Sepak Bola Bukan Pertunjukan Sulap, maka Beri Sarri Waktu

18 Februari 2019 11:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi pemain-pemain Chelsea. Foto: Reuters/Matthew Childs
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain-pemain Chelsea. Foto: Reuters/Matthew Childs
ADVERTISEMENT
Lapangan sepak bola bukan arena bagi para pesulap. Segala hal hebat, ajaib, dan masyhur yang terjadi di atasnya tidak bisa diraih dalam sekejap. Semua membutuhkan waktu.
ADVERTISEMENT
Segenius-geniusnya Josep Guardiola, ia memerlukan kekalahan untuk bisa mengecap gelar juara. Tak peduli sebrilian apa pun talentanya sebagai pelatih, ia harus diasah lebih dulu di Barcelona B. Sehebat-hebatnya Guardiola, ia membutuhkan waktu untuk memberikan gelar juara bagi Manchester City.
Gianfranco Zola memahami benar adagium tadi. Karena itu ia menilai, kekalahan telak 0-6 Chelsea dari City di pekan ke-26 Premier League 2018/19 adalah bagian dari proses yang dibutuhkan oleh Maurizio Sarri untuk besar bersama 'The Blues', untuk membawa tim ini kembali berjaya di Premier League.
"Dua tahun lalu, kalian semua mungkin menanyakan hal yang sama kepada Pep Guardiola. Kalian meragukan apakah ia memang pantas untuk melatih klub papan atas Premier League," ujar Zola, dilansir ESPNFC.
ADVERTISEMENT
"Pep menjawab bahwa pertanyaan itu bukan hal yang pantas buat didiskusikan. Ia berkata bahwa segala hal yang ada di tim adalah bagian dari permainannya, termasuk kekalahan yang menghasilkan momen-momen buruk," ucap Zola.
Gianfranco Zola di laga Manchester City melawan Chelsea. Foto: REUTERS/Phil Noble
Sarri datang ke Stamford Bridge dengan membawa ide bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang. Bahwa pertahanan kokoh pun bisa dibangun lewat permainan yang mengasyikkan untuk ditonton. Untuk menjadi tim yang kokoh kau tidak perlu memarkir bus melulu, tapi juga bisa dengan memacu busmu kencang-kencang.
Sialnya, ide itu tak langsung berbuah manis. Salah satunya, ya, kekalahan 0-6 tadi. Bagaimana kecewanya Sarri terlihat jelas dalam fragmen ini. Saat ia memutuskan untuk kembali ke bench pelatih dan menulis entah apa dalam buku catatan kecilnya.
ADVERTISEMENT
Entahlah bagi kalian, tapi momen itu seperti menunjukkan bahwa kekalahan telak berubah wujud menjadi guru yang 'menelanjangi' segala kekeliruan Sarri. Sebagai murid, yang dilakukan Sarri adalah mencatat setiap detail dan mempelajari kembali apa-apa yang bercokol di balik torehan minor tersebut.
Sarri terduduk lesu di laga vs Man City. Foto: Reuters/Carl Recine
Kabar baiknya, Chelsea bangkit. Lawannya di babak 32 besar Liga Europa 2018/19 memang cuma Malmoe FF. Tapi, tak jarang kekalahan di masa lalu menjadi beban yang begitu memberatkan langkah para pemain di laga berikutnya. Jadi, bersyukurlah publik Stamford Bridge karena kemenangan 2-1 berhasil direngkuh oleh jagoan-jagoan mereka.
"Mungkin yang Pep lakukan selanjutnya adalah beradaptasi. Ia berkembang dengan begitu pesat. Buktinya, timnya sanggup bertahan dan menekan dengan lebih baik, bahkan menyerang dengan lebih ganas. Ia menyesuaikan segala hal, kecuali apa yang dilihatnya (konsep yang dipercayainya) dalam sepak bola," ucap Zola.
ADVERTISEMENT
"Kebanyakan kita mengagumi apa yang dikerjakan oleh Pep. Ia memang inspirasi yang baik bagi siapa pun yang menghidupi sepak bola. Tapi, kawan, tak ada yang menjamin segala sesuatu bisa berjalan persis seperti apa yang terjadi padanya dan timnya," jelas Zola.
Kalau boleh jujur, yang menyebalkan dari rentetan kekalahan Chelsea adalah fakta bahwa kekalahan itu tak hanya didapat dari tim hebat macam City. Melawan Bournemouth, terlepas di kandang siapa laga digelar, Chelsea pun menelan kekalahan telak 0-4. Sialnya, kekalahan itu didapat tepat setelah tak sampai dua minggu ditaklukkan 0-2 oleh Arsenal.
Selebrasi gol para pemain Arsenal ke gawang Chelsea. Foto: REUTERS/Toby Melville
Isu yang menyeruak setelahnya dapat ditebak. Pemain-pemain tak lagi percaya pada Sarri karena menganggap pelatihnya ini tak punya rencana cadangan, sementara Sarri muak pada para pelatihnya karena menilai mereka tak punya semangat bertarung.
ADVERTISEMENT
Barangkali jika dibandingkan dengan seluruh manusia yang ada di Chelsea, Zola adalah orang yang paling memahami silang sengkarut yang mengendap dalam benak Sarri. Bukan hanya karena Zola berstatus sebagai asisten Sarri, tapi juga karena ia sudah lama malang-melintang di lapangan bola dengan membawa panji 'The Blues'.
Ia tahu kesulitan apa yang lazim dihadapi oleh siapa pun yang menjadi juru taktik Chelsea. Sejak diambil alih oleh Roman Abramovich, Chelsea memang tampil sebagai tim yang trengginas mengejar gelar juara.
Tapi, Chelsea tidak pernah menjadi seperti Barcelona atau Manchester United. Klub ini bukan tempat yang tepat bagi siapa pun yang punya hasrat untuk membangun kultur sepak bolanya sendiri.
Olivier Giroud (kiri) dan Ross Barkley merayakan gol Chelsea ke gawang Malmo FF. Foto: Peter Cziborra/Reuters
Chelsea bukan klub yang membentuk kultur dan identitas dulu baru mengejar gelar juara. Chelsea adalah klub yang menjadikan gelar juara sebagai identitas mereka. Karena itulah klub cenderung gampang untuk memecat pelatih.
ADVERTISEMENT
Hanya, Zola paham siapa Sarri. Lewat tangan dinginnya, Empoli bahkan tampil sebagai tim yang tak layak buat dipandang sebelah mata. Napoli, tim asal Italia Selatan, itu dikembalikannya sebagai tim yang layak buat bersaing di papan atas Serie A.
"Kalian semua tahu seperti apa Maurizio (Sarri). Ia orang yang ceplas-ceplos. Ia mengucapkan apa yang ia pikirkan, dia memang seperti itu. Kadang, omongannya memang menusuk, tapi ia selalu jujur," kata Zola.
"Ia mengerjakan banyak dalam perjalanannya di ranah sepak bola. Ia memiliki hasrat yang tinggi soal sepak bola. Semakin kamu mengenalnya, kamu akan semakin menyukainya. Ia orang yang tegas, tanpa tedeng aling-aling. Ia pelatih yang apa adanya, tak ada yang ditutup-tutupi," jelas Zola.
ADVERTISEMENT
Maurizio Sarri Foto: Reuters/John Sibley
Waktu bukan hal yang tak terbatas dalam sepak bola. Dalam pertandingan saja, normalnya, setiap tim hanya diberi kesempatan selama 90 menit untuk mengejar kemenangan, untuk mempertahankan diri dari kekalahan.
Begitu pula dengan Sarri. Ia memang bukan pesulap yang dapat mengubah segala sesuatu dalam sejekap. Tapi, ia pun punya waktu yang terbatas.
Dan barangkali, salah satu waktu terbaik untuk membuktikan Chelsea belum habis, untuk menunjukkan bahwa Chelsea beruntung memiliki Sarri sebagai pelatih adalah pertandingan babak kelima Piala FA 2018/19, di laga melawan Manchester United.
***
Laga babak kelima Piala FA 2018/19 antara Chelsea dan Manchester United akan digelar pada Selasa (19/2/2019) di Stadion Stamford Bridge. Sepak mula akan berlangsung pada pukul 02:30 WIB.
ADVERTISEMENT