Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Melihat apa yang dialaminya bersama AC Milan di awal 2019/20, Ante Rebic mungkin memaki-maki dalam hati. Ia bisa saja kesal bukan kepalang dengan Eintracht Frankfurt yang meminjamkannya ke Milan.
ADVERTISEMENT
Ini bukan tentang keadaan Milan yang terseok-seok. Ini soal jam terbang Rebic yang makin lama makin terkuras.
Rebic hanya berlaga sebanyak empat kali di paruh pertama Serie A 2019/20. Itu pun tidak pernah bermain penuh, itu juga hanya sekali bermain sebagai starter.
Imbasnya, wacana untuk memulangkan Rebic ke Frankfurt menyeruak. Katanya, Rebic tidak berkembang bersama Milan.
Tidak ada yang namanya niscaya. Hanya karena bermain bagus di satu atau dua laga, bukan berarti ia bakal spektakuler di pertandingan selanjutnya. Cuma karena penghuni bangku cadangan, bukan berarti ia tak dapat tampil spesial begitu diizinkan bertanding.
Rebic menjadi pembeda untuk Milan dalam laga melawan Udinese, Minggu (19/1/2020). Laga yang berlangsung di San Siro itu ternyata serupa thriller. Ancaman kekalahan sudah terlihat jelas di hadapan wajah Milan pada menit keenam.
ADVERTISEMENT
Milan tertinggal 0-1 akibat gol Jens Stryger Larsen. Situasi ini ironis karena Milan tampil beringas dengan membuat delapan percobaan tembakan, bandingkan dengan dua percobaan Udinese. Sialnya, enam dari delapan percobaan tadi tidak tepat sasaran.
Milan tak punya pilihan selain bangkit usai turun minum. Stefano Pioli--pelatih Milan--memutuskan untuk menarik Bonaventura dan memasukkan Rebic di awal babak kedua. Pioli membutuhkan serangan yang lebih berenergi untuk membongkar formasi 5-3-2 Udinese.
Di sinilah Rebic menjadi pembeda pertama. Baru dua menit berlaga, ia berhasil mengonversi umpan Andrea Conti menjadi gol penyama kedudukan.
Rebic tidak merayakannya dengan meriah. Kawan-kawannya datang berlari ke arahnya dan memeluknya yang tak bereaksi apa pun. Di sebelahnya ada Franck Kessie yang bersorak kegirangan.
Barangkali dalam sekelebat, tepat saat bola menyentuh jala gawang, ingatan Rebic kembali pada 1.540 hari lalu.
ADVERTISEMENT
Saat itu Sabtu, 1 November 2015, Fiorentina berpesta di Artemio Franchi. Pesta itu bukan pesta besar, tetapi tetap meriah. Fiorentina menang 4-1 atas Frosinone. Ante Rebic membuka kucuran keran gol pada menit 24.
Perjalanan Rebic di Italia adalah perjalanan yang kusam. Di musim perdananya bersama Fiorentina pada 2013/14, Rebic cuma turun area lima kali. Pada 2014/15, ia dipinjamkan ke RB Leipzig.
Rebic dipulangkan ke Fiorentina pada 2015/16. Situasinya membaik sedikit. Ia berlaga 17 kali untuk Fiorentina di semua kompetisi. Gol ke gawang Frosinone itu menjadi satu-satunya gol Rebic bagi Fiorentina di musim itu.
Minimnya jam terbang membuat Rebic angkat kaki ke Frankfurt pada 11 Juli 2016. Nasibnya membaik di sana. Ia bahkan berhasil mengantar Frankfurt juara DFB Pokal 2017/18.
ADVERTISEMENT
Namun, nasib baik itu juga tak selamanya. Pada 2019/20 ia dipinjamkan ke Milan dan menjadi salah satu penghuni bangku cadangan paling setia.
San Siro akhirnya memberi tepuk tangan dan aplaus untuk Rebic. Gol ke gawang Udinese tadi menjadi gol pertama Rebic di Serie A sejak torehan ke gawang Frosinone pada 2015.
Gol itu adalah yang pertama di pentas tertinggi sepak bola Italia sejak 1.540 hari. Gol itu menjadi yang pertama di Serie A setelah hari-hari penuh dengan bangku cadangan dan asumsi bahwa ia tak layak berlaga di Serie A dan Milan.
Rebic belum selesai. Milan kembali terancam pada menit 85. Bayangkan, Udinese menyamakan kedudukan jadi 2-2 lewat gol Kevin Lasagna. Empat belas menit sebelumnya, Hernandez merayakan golnya dengan meriah dan mengantar Milan unggul 2-1.
Saat laga sedang genting-gentingnya, saat publik San Siro bersiap-siap menerima kenyataan bahwa mereka tak bisa menang, Rebic datang. Ia mengelabui empat pemain Udinese dan menembak tepat ke arah gawang.
ADVERTISEMENT
Juan Musso yang bersiaga di bawah mistar ternyata tak siap. Udinese menutup hari dengan kekalahan. Kemenangan 3-2 menjadi milik Milan.
Dua gol masih belum cukup pantas menjadi jaminan bahwa Rebic bakal tampil hebat terus. Kemenangan atas Udinese juga belum cukup hebat untuk memastikan Milan bakal kembali ke papan atas.
Namun, gol itu tetap penting bagi Ante Rebic . Brace ini adalah pembuktian kepada diri sendiri bahwa ia belum habis.
"Saya puas karena pada akhirnya bisa membuktikan apa yang sebenarnya bisa saya lakukan. Namun, yang terpenting tetap kemenangan untuk tim. Sekarang kami harus tetap melangkah," jelas Rebic.
Pioli tidak dapat menahan aplausnya untuk Rebic. Keberadaan pemain Kroasia ini penting dalam mengubah ritme permainan Milan di babak kedua.
ADVERTISEMENT
"Saya memasukkan pemain seperti Rebic karena saya pikir ia bisa mengubah pace. Angkat topi untuknya. Saya memiliki 19 pilihan. Sebenarnya yang menentukan itu bukan saya, tetapi mereka sendiri. Tugas mereka adalah memastikan diri bahwa mereka siap setiap kali dipanggil," jelas Pioli.