Sinisa Mihajlovic Tidak Mau Berutang pada Bologna

23 Mei 2020 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sinisa Mihajlovic saat mendampingi Bologna di laga melawan AS Roma. Foto: Filippo MONTEFORTE / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sinisa Mihajlovic saat mendampingi Bologna di laga melawan AS Roma. Foto: Filippo MONTEFORTE / AFP
ADVERTISEMENT
Jika ada satu tempat yang tidak mungkin dilupakan oleh Sinisa Mihajlovic, itu adalah Bologna. Klub ini merupakan pijakan pertama Mihajlovic dalam perjalanannya sebagai pelatih.
ADVERTISEMENT
Mihajlovic memulai kariernya sebagai arsitek taktik pada 2008/09. Ketika pertama kali datang ke Stadio Renato Dall'Ara, Bologna di ambang degradasi.
Ia datang ke tempat ini dengan membawa pengalamannya sebagai pemain dan pengetahuan taktik yang diimplementasikan saat berstatus sebagai asisten pelatih Internazionale Milano.
Pelatih Bologna, Sinisa Mihajlovic. Foto: Marco Bertorello / AFP
"Bologna adalah tim pertama yang saya latih (sebagai pelatih kepala) dan tidak akan mungkin saya lupakan. Mereka adalah tim Serie A yang memberikan kepercayaan kepada orang yang baru saja pensiun sebagai pemain," tutur Mihajlovic, dilansir Football Italia.
Performa Bologna sempat membaik walau tak drastis di bawah kepelatihan Mihajlovic. Lima laga pertama pelatih asal Serbia ini berakhir dengan skor imbang. Harapan untuk bangkit itu baru benar-benar terlihat pada 13 Desember 2008, saat mereka membantai Torino 5-2.
ADVERTISEMENT
Sayangnya perjalanan Mihajlovic bersama Mihajlovic tak panjang. Ia dipecat pada April 2009 setelah menelan kekalahan 1-4 dari Siena di kandang sendiri. Hasil minor itu membuat Bologna ada di situasi kritis.
Tujuh pertandingan lagi musim berakhir, sementara mereka terjerembap lagi di zona degradasi. Pelatih kepala yang baru, Giuseppe Papadopulo, jelas punya tugas berat.
Pada akhirnya keajaiban untuk Bologna datang. Di pertandingan terakhir musim itu, mereka menang atas Catania dan terhindar dari degradasi.
Sekitar 10 tahun sejak pengalaman itu, Mihajlovic kembali ke Bologna. Ia mengisi jabatan pelatih yang tadinya diemban oleh Filippo Inzaghi.
Di hari kedatangannya, Bologna ada di peringkat 18. Zona degradasi. Akan tetapi, Bologna justru berhasil merengkuh 30 poin hanya dalam 17 laga tersisa Serie A 2018/19. Musim itu, Bologna menutup kompetisi di peringkat 11 dengan 44 poin.
Penyerang Bologna, Federico Santander (kiri), merayakan gol bersama Rodrigo Palacio Foto: REUTERS/Alberto Lingria
"Kepuasan terbesar yang saya alami bersama Bologna, bahkan sampai sekarang, adalah membantu mereka lolos dari zona degradasi. Di situasi seperti seorang optimis sekalipun tidak akan berpikir kami mengakhiri musim di posisi 10," tutur Mihajlovic.
ADVERTISEMENT
Sepuluh tahun lalu, Bologna menerima Mihajlovic walau ia masih minim pengalaman. Keberanian Bologna untuk mengambil keputusan yang kala itu belum wajar adalah alasan mengapa Mihajlovic bersedia menerima tawaran Bologna pada 2019.
"Saya tidak suka berutang dan saya ingin menyelesaikan pekerjaan yang saya mulai. Saya kembali untuk para suporter. Dulu, waktu melatih Catania (setelah melatih Bologna --red) saya kembali ke stadion ini sebagai lawan. Namun, para suporter berdiri menyambut saya," jelas Mihajlovic.
"Kota dan orang-orang di Bologna selalu memberikan ingatan dan kenangan yang indah buat saya. Ketika mereka memanggil saya kembali pada musim lalu, saya tidak perlu berpikir dua kali. Saya ingin membalas kepercayaan dan penerimaan yang pernah mereka beri untuk saya," tutur Mihajlovic.
Mihajlovic di Olimpico. Foto: Filippo MONTEFORTE / AFP
Ucapan tersebut bukan isapan jempol, apalagi omong kosong. Bahkan saat baku-hantam melawan leukemia yang diidapnya, Mihajlovic tetap datang mendampingi timnya.
ADVERTISEMENT
Pemandangan ini terlihat pada pekan 23 Serie A 2019/20. Ketika itu, Bologna mesti bertandang ke markas AS Roma.
Mihajlovic tadinya diprediksi bakal absen di laga itu karena masih menjalani pengobatan leukemia di Rumah Sakit Sant’Orsola-Malpighi, Bologna.
Mihajlovic adalah sebenar-benarnya kejutan. Leukemia belum cukup hebat untuk menaklukkan dan menghentikan kegilaannya.
Pada pagi hari beberapa jam sebelum laga dimulai, Mihajlovic yang sudah boleh meninggalkan rumah sakit langsung berangkat ke Roma. Alih-alih beristirahat di rumah, ia duduk di bench Bologna demi mendampingi anak-anak asuhnya.
Para pemain Bologna merayakan gol di laga melawan AS Roma. Foto: Filippo MONTEFORTE / AFP
Kehadiran Mihajlovic memberi efek yang tak main-main. Kegigihan sang pelatih menginjeksikan kekuatan baru bagi Bologna yang baku hantam melawan Roma.
Laga itu selesai dengan kemenangan 3-2 untuk Bologna. Dari bangku pelatih, Mihajlovic melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar kepada anak-anak asuhnya.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi Mihajlovic membuktikan bahwa ia dan Bologna diciptakan bukan untuk ditaklukkan.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!