Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Hampir enam tahun sudah berlalu sejak Massimiliano Allegri diberhentikan secara paksa dari jabatannya sebagai pelatih Milan . Sejak itu delapan pelatih berbeda sudah berusaha mengangkat kembali performa 'Iblis Merah'. Namun, tak satu pun dari mereka berhasil.
ADVERTISEMENT
Allegri menjadi patokan karena dialah pelatih terakhir yang mampu membawa Milan berprestasi. Pada musim 2010/11 dia berhasil mengantarkan Milan merengkuh Scudetto. Itu adalah kali terakhir Milan mendapatkan trofi mayor. Dua Supercoppa yang diraih sesudah itu tidak masuk dalam hitungan.
Keberhasilan Allegri membawa Milan meraih Scudetto itu didapatkan pada musim perdananya sebagai pelatih. Setelahnya, secara perlahan prestasi Milan menurun sampai akhirnya Allegri dipecat pada pertengahan musim 2013/14. Ketika itu Milan duduk di urutan 11 klasemen.
Empat musim dihabiskan Allegri sebagai pelatih Milan dan sampai sekarang belum ada lagi sosok yang bisa bertahan selama dirinya. Marco Giampaolo, pelatih yang ditunjuk Milan jelang musim 2019/20, bahkan hanya bertahan tujuh pekan.
Dengan hanya bertahan selama tujuh pekan, Giampaolo pun menjadi pelatih dengan masa jabatan tersingkat di Milan. Di satu sisi Giampaolo memang pantas dipecat, tetapi di sisi lain pemecatan ini adalah bukti lain bahwa ada sesuatu yang salah secara fundamental dalam diri Milan.
ADVERTISEMENT
Penunjukan Giampaolo sendiri awalnya dilakukan dengan spirit yang tepat. Direktur Olahraga Rossoneri, Paolo Maldini, menginginkan sosok yang mampu memberi identitas permainan bagi Milan. Sebelumnya, pelatih dengan spesifikasi seperti ini memang tidak pernah mereka miliki.
Mauro Tassotti, Clarence Seedorf, Filippo Inzaghi, Sinisa Mihajlovic, Christian Brocchi, Vincenzo Montella, dan Gennaro Gattuso tak memiliki identitas jelas seperti Giampaolo. Ini tidak secara otomatis membuat mereka jadi pelatih yang buruk, tetapi itu berarti mereka memang tidak pas untuk Milan .
Allegri dipecat ketika Milan berada dalam kesulitan keuangan. Saat meraih Scudetto, Milan masih diperkuat oleh nama-nama macam Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva. Namun, perlahan skuat Allegri itu dipereteli untuk menambal lubang di brankas uang Milan.
ADVERTISEMENT
Milan memang mendapat suntikan finansial saat Li Yonghong datang. Akan tetapi, tidak ada perencanaan yang jelas di sana. Milan hanya membeli pemain dari sana-sini secara asal sampai menghabiskan lebih dari 200 juta euro. Tidak ada koherensi antara pelatih dan manajemen.
Bukti paling kentara adalah saat Milan mendatangkan Leonardo Bonucci. Ketika itu Montella sudah menyiapkan Milan untuk bermain dengan pakem 4-3-3. Akan tetapi, kedatangan Bonucci—yang kini sudah kembali lagi ke Juventus—membuat Montella harus mengaplikasikan pola tiga bek.
Situasi ini diperparah dengan munculnya fakta bahwa Li sebenarnya hanyalah seorang penipu. Dia tidak punya uang untuk memimpin Milan dan akhirnya Elliott Management mengambil alih kepemilikan klub. Di bawah Elliott, Milan sebenarnya sudah berusaha berbenah.
ADVERTISEMENT
Elliott melakukan pembenahan dari atas. Mereka merombak jajaran manajemen, termasuk dengan menunjuk Ivan Gazidis sebagai CEO. Kedatangan Maldini sebagai Direktur Olahraga pun berasal dari sini. Tak lama kemudian, Zvonimir Boban pun dipulangkan ke Milanello.
Giampaolo sebenarnya ditunjuk untuk memimpin era baru Milan. Akan tetapi, dukungan yang dia dapat, khususnya secara finansial, tidak terlalu optimal. Alhasil, dalam menerapkan filosofinya, pria kelahiran Swiss itu harus banyak mengandalkan nama-nama lawas hasil rekrutan rezim sebelumnya.
Dengan situasi demikian, Giampaolo tak bisa berbuat banyak pula. Milan terpuruk dan akhirnya dia dipecat. Kini, manajemen sudah menyiapkan Stefano Pioli sebagai calon pengganti.
Pioli sebetulnya bukan kandidat terkuat. Manajemen Milan awalnya menginginkan jasa Luciano Spalletti yang sebelumnya sukses mengembalikan Internazionale ke Liga Champions. Namun, untuk mendapatkan Spalletti, Milan harus mengeluarkan dana ekstra.
ADVERTISEMENT
Alasannya, Spalletti masih terikat kontrak dengan Inter. Proses terminasi kontrak Spalletti memang tak berjalan mulus lantaran eks pelatih Zenit St. Petersburg itu meminta kompensasi yang tak bersedia dipenuhi oleh Inter. Dengan demikian, Pioli muncul sebagai alternatif.
Celaka bagi Milan karena Pioli sendiri sebenarnya bukan kandidat ideal. Belum resmi ditunjuk, Pioli sudah mendapat tentangan. Alasannya adalah karena Pioli, seperti halnya Giampaolo, merupakan suporter Inter.
Selain itu, rekam jejak Pioli belakangan ini kurang oke. Dua kali secara beruntun dia dipecat dari jabatannya. Pertama, sebagai pelatih Inter di musim 2016/17. Kedua, pada musim lalu sebagai pelatih Fiorentina. Selama 16 tahun melatih, Pioli belum pernah sekalipun mendapat gelar.
Satu-satunya nilai plus Pioli adalah gajinya yang murah. Konon, dia bersedia menerima gaji antara 1 dan 1,5 juta euro per musim. Sebagai perbandingan, gaji Antonio Conte di Inter saat ini menembus angka 11 juta euro per musim. Sangat jauh.
ADVERTISEMENT
Namun, tentu saja, ada harga ada rupa. Pioli mau digaji sekian karena dia memang tak punya rekam jejak bagus. Belum lagi dia bukanlah sosok yang pas untuk memimpin tim dalam jangka waktu lama. Pioli bukan Giampaolo yang punya identitas permainan jelas.
Dengan kata lain, penunjukan Pioli ini adalah sebuah pengakuan dari manajemen Milan bahwa misi mereka, setidaknya untuk musim ini, telah gagal. Mereka menginginkan identitas dan hal itu tidak mereka dapatkan. Pragmatisme pun jadi jalan pintas.
Langkah pragmatis ini tak bisa dilepaskan dari sifat kepemilikan Elliott Management di Milan. Sedari awal, Elliott sudah menegaskan bahwa mereka hanyalah pemilik sementara. Elliott berencana memperbaiki Milan agar klub ini bisa dijual lagi dengan harga setidaknya 1 miliar euro.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, Milan hanya bisa dijual dengan harga tinggi apabila mereka berprestasi. Masuk ke Liga Champions jelas jadi harga mati. Namun, untuk tujuan itu pun, menunjuk Pioli adalah sebuah perjudian. Gaji Pioli memang murah, tetapi apa yang akan terjadi jika Milan terus-terusan terpuruk?
Di sinilah letak dilema Milan. Langkah terbaik Elliott dan Milan sebenarnya adalah dengan meneruskan proyek jangka panjang mereka. Akan tetapi, untuk menjalankan proyek jangka panjang itu, modal yang harus dikeluarkan tidaklah sedikit.
Selain uang, kesabaran sangat diperlukan. Giampaolo memang gagal, tetapi setidaknya dia adalah perwujudan langkah yang tepat untuk membawa Milan kembali berjaya. Dengan diberhentikannya Giampaolo, Milan kembali ke jalan sesat dari masa lampau yang terbukti tak menghasilkan apa-apa.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, tetap saja Pioli perlu diberikan kesempatan. Biar bagaimana juga, pria satu ini pernah sukses menakhodai Fiorentina di masa sulit usai wafatnya kapten Davide Astori. Penampilan Fiorentina membaik setelah Astori wafat berkat bimbingan Pioli meski di musim berikutnya itu tak berlanjut.
Dengan pengalaman demikian, Pioli tetap memiliki kans untuk membawa Milan tampil lebih baik. Akan tetapi, sulit untuk membayangkan dirinya sebagai pelatih Milan di musim depan. Besar kemungkinan, penunjukan Pioli ini hanyalah langkah strategis untuk merevisi proyek jangka panjang tadi.