Streaming Gratis Kisah Schmeichel di Channel SuperSoccer TV x kumparan

6 Maret 2018 18:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peter Schmeichel (Foto: AFP/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peter Schmeichel (Foto: AFP/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Hidup penjaga gawang tidak mudah. Dia hidup terisolasi, sendirian dengan pikirannya.”
ADVERTISEMENT
Dalam penjabaran Albert Camus, penjaga gawang mewakili dua hal: solider dan soliter (kesendirian). Camus, yang semasa remaja bermain sebagai kiper, menjadikan dua hal itu sebagai basis dalam tulisan-tulisannya.
Kiper menjadi pihak yang (paling) disalahkan ketika gawang sebuah tim kebobolan. Namun, ketika tim menang, yang menjadi pahlawan adalah para pencetak gol. Oleh karena itulah kiper kerap terpekur dan terisolasi dalam kesendirian mereka.
Kalimat pembuka tulisan ini menjadi penggambaran yang amat layak akan kehidupan seorang kiper. Mereka hidup sendirian di bawah mistar gawang. Siapa pun itu, entah kiper sekaliber Peter Schmeichel atau mereka yang masih berjuang saban hari Minggu di pertandingan-pertandingan antarkampung.
***
Schmeichel lahir di Gladsaxe, Denmark, 18 November 1963. Kariernya mulai mendapatkan perhatian ketika bergabung dengan Manchester United di usia 28 tahun dan mengantarkan Denmark menjadi juara Piala Eropa pada 1992.
ADVERTISEMENT
Tidak sampai satu dekade ia bermain untuk United. Tidak pula ia mengakhiri kariernya di klub itu —Schmeichel bahkan sempat bermain untuk rival sekota United, Manchester City, setelahnya. Namun, ia justru identik dengan ‘Iblis Merah’.
Ada banyak momen ditorehkan Schmeichel bersama United. Mulai dari golnya ke gawang Rotor Volgograd, penyelamatan gemilangnya ketika berhadapan dengan Newcastle United, hingga kesuksesannya mengantarkan United meraih treble pada 1999.
Eks manajer United, Sir Alex Ferguson, pernah menyebutnya sebagai pembelian terbaik yang ia miliki. Bagaimana tidak, ‘hanya’ dengan 505 ribu poundsterling, ia mendapatkan salah satu kepingan yang mengantarkan United ke era kejayaan di medio 1990-an.
Schmeichel total meraih 11 trofi juara bersama United —belum termasuk empat trofi Community Shield yang dianggap sebagai trofi minor. Namun, yang membuatnya dikenal bukan sekadar raihan trofi saja.
ADVERTISEMENT
“Dia punya karakter yang kuat,” ujar Ferguson suatu waktu.
Boleh jadi Ferguson merasa, Schmeichel adalah pengejawantahan dirinya di atas lapangan. Jika Ferguson sering berteriak-teriak memarahi anak-anak buahnya —biasanya karena tampil buruk— di ruang ganti, Schmeichel juga bisa bersikap sama di lapangan.
Jika merasa tidak dilindungi dengan baik, Schemeichel tak segan berteriak kepada para bek hingga muka (dan hidungnya) memerah. Eks bek United, Gary Pallister, suatu kali bercerita, ia sudah sering mendengar teriakan dari belakang kepalanya. Entah itu berupa instruksi atau teriakan kesal karena bek-bek United tidak becus.
“Itu pasti Pete,” kata Pallister, merujuk pada teriakan tersebut.
Schmeichel, pada akhirnya, adalah salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki United. Ketika ia memutuskan pergi dari Old Trafford pada 1999, United membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencari pengganti yang sepadan.
ADVERTISEMENT
Dari Mark Bosnich, Fabien Barthez hingga Tim Howard, tidak ada satu pun yang bisa menggantikan Schmeichel. Baru pada 2005, United menemukan sosok pengganti yang pas pada diri Edwin van der Sar.
Kini, Anda bisa menyaksikan kisah soal perjalanan karier Schmeichel lewat streaming gratis di channel SuperSoccer TV di kumparan. Anda bisa menyaksikan ‘Football’s Greatest - Peter Schmeichel’ dengan meng-klik tautan di berikut: https://kumparan.com/kumparanbola/super-soccer/ligainggris (baru tersedia untuk versi web dan mobile web).
Selamat menyaksikan.