Tak Ada 'Champagne Football' di Kemenangan Napoli atas Atalanta

4 Desember 2018 12:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Callejon berusaha lolos dari kawalan Marten de Roon. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Callejon berusaha lolos dari kawalan Marten de Roon. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
ADVERTISEMENT
Kemenangan Napoli atas Atalanta bukan kemenangan yang mudah. Skor 2-1 pada laga pekan ke-14 Serie A 2018/19, Selasa (4/12/2018), itu menandai bahwa keunggulan Napoli tidak berbeda jauh dengan Atalanta. Fabian Ruiz sempat membawa Napoli unggul cepat di menit kedua sebelum Duvan Zapata sukses menyamakan kedudukan di babak kedua. Beruntung bagi Partenopei, Arkadiusz Milik yang masuk di babak kedua berhasil mencetak gol kemenangan di menit 85.
ADVERTISEMENT
Carlo Ancelotti menjelaskan bahwa di sepanjang laga, Napoli tidak tampil sebagai tim yang mendominasi. Atalanta bertanding dengan bertopang pada kedinamisan dan agresivitas mereka. Alhasil, Napoli harus mengubah pola permainan menjadi lebih defensif.
"Kita semua tahu bahwa Atalanta bermain dengan begitu dinamis dan agresif, jadi ini merupakan laga yang sulit. Kami menghadapi pertandingan yang berbeda dari apa yang kami bayangkan sebelumnya. Kami memang sempat unggul, tapi Atalanta berhasil menyamakan kedudukan. Mereka menekan dengan kuat dan memang layak untuk mencetak gol penyama kedudukan itu. Tapi, faktor pembeda itu memang muncul di pengujung pertandingan," jelas Ancelotti, dilansir Football Italia.
"Mungkin mereka kehabisan energi di akhir pertandingan. Beruntung, kami masih memiliki bensin yang cukup untuk tetap tampil prima hingga menit-menit akhir."
ADVERTISEMENT
Di sepanjang pertandingan, dominasi Atalanta ditunjukkan penguasaan bola dan agresivitas mereka. Anak-anak asuh Gian Pierro Gasperini itu memenangi 55,7% penguasaan bola dan membukukan 14 upaya tembakan. Sementara, Napoli memenangi 44,3% penguasaan bola dan mencatatkan 10 tembakan.
Dries Mertens (kiri) dan Fabian Ruiz melakukan selebrasi usai mengantarkan Napoli menang atas Crvena Zvezda. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
zoom-in-whitePerbesar
Dries Mertens (kiri) dan Fabian Ruiz melakukan selebrasi usai mengantarkan Napoli menang atas Crvena Zvezda. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
Yang menjadi pembeda, tekanan berupa serangan bombardir itu minim efektivitas. Dari 14 upaya tadi, Atalanta hanya mampu menorehkan dua tembakan tepat sasaran, sementara pasukan Ancelotti lebih menggigit dengan enam tembakan mengarah gawang.
Walaupun Atalanta buruk dalam penyelesaian akhir--salah satu faktor karena absennya Josip Ilicic, topskorer mereka--bukan berarti Napoli bisa bersikap naif dengan menjawabnya lewat permainan menyerang yang agresif juga. Dan beruntunglah Napoli karena Ancelotti bukan tipe pelatih yang keras kepala. Kesukaannya akan sepak bola menyerang, tak serta-merta membuatnya enggan bermain lebih tertutup.
ADVERTISEMENT
"Saya menyukai sepak bola menyerang, tapi bukan berarti saya tidak menyukai permainan defensif. Kami menyerang saat memang dibutuhkan, tapi kami juga perlu bertahan. Permainan defensif memang bukan ciri kami, tapi permainan Atalanta memaksa kami untuk mengubah pola demi meredam tekanan," ucap mantan pelatih Juventus itu.
"Setiap orang menginginkan champagne football (permainan atraktif), tapi jangan lupa bahwa di atas lapangan kau memiliki lawan yang harus diatasi. Penampilan Napoli hari ini menunjukkan kedewasaan. Saya juga menyadari atmosfer pertandingan yang menakjubkan ini, semuanya terasa seperti festival. Suporter Atalanta memberikan amunisi yang hebat bagi penampilan tim mereka. Segala hal yang ada di pertandingan itu, baik di dalam atau luar lapangan, terasa begitu menakjubkan," jelas Ancelotti.
ADVERTISEMENT