Tentang Bristol City yang Belum Anda Ketahui

9 Januari 2018 20:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi bench Bristol usai menyingkirkan United (Foto: REUTERS/David Klein )
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi bench Bristol usai menyingkirkan United (Foto: REUTERS/David Klein )
ADVERTISEMENT
Kemenangan atas Manchester United dengan skor 2-1 dalam babak delapan besar Piala Liga Inggris 2017/18 melambungkan nama mereka. Bristol City akhirnya mulai dikenal sebagai pembunuh tim besar dalam ajang Piala Liga Inggris musim 2017/18. Tapi sebenarnya ada yang lebih menarik dari Bristol ini.
ADVERTISEMENT
Bristol sebenarnya bukan tim kemarin sore. Musim 2017/18 adalah musim ke-120 mereka berlaga di kompetisi sepak bola profesional Inggris. Sepanjang sejarah kompetisi sepak bola Inggris, Bristol memang tidak pernah menetap lama di Divisi Utama. Sejak pertama kali masuk ke Football League pada 1901 silam, Bristol bolak-balik Divisi Tiga, Dua, Satu, dan begitu seterusnya.
Sejak 2015, kesebelasan yang bermarkas di Ashton Gate ini mulai fokus berkompetisi di Divisi Championship. Dengan keadaan keuangan yang lebih stabil, serta materi pemain yang cukup mumpuni, Bristol mampu bertahan tiga musim di Divisi Championship, yaitu pada musim 2015/16, 2016/17. serta 2017/18.
Sempat berada di papan bawah Divisi Championship selama dua musim berturut-turut, pada musim 2017/18 ini Bristol mulai menunjukkan peningkatan performa. Diasuh oleh Lee Johnson, Bristol sekarang berada di peringkat keempat sementara klasemen Divisi Championship dengan raihan 13 kemenangan, delapan kali seri, serta lima kali kalah dari 26 laga yang sudah dijalani. Di ajang Piala Liga Inggris, mereka membikin sensasi dengan mengalahkan Manchester United dan lolos ke babak semifinal.
ADVERTISEMENT
Bristol sedang menjalani mimpi. Lee Johnson juga sedang menjalani mimpi. Perihal menjalani mimpi, itu memang sudah sesuai dengan raihan yang mereka capai pada musim 2017/18 (pengecualian kalah dari Watford dalam babak ketiga Piala FA). Bukan hanya di Piala Liga, mereka juga punya kesempatan di tempat lain untuk bercahaya.
***
Pada era 80an awal, tidak ada bayangan dalam benak pendukung tim berjuluk The Robins tersebut untuk berprestasi tinggi. Utang yang membelit klub membuat Bristol lebih banyak berkutat di kompetisi-kompetisi level bawah. Sekalinya naik, paling tinggi hanya ke Divisi Kedua.
Namun pada musim 2017/18 ini, selain mimpi yang sedang dirajut di ajang Piala Liga, para pendukung Bristol punya mimpi lain yang sedang mereka kejar: tampil di Premier League. Dengan selisih dua poin atas Derby County di peringkat kedua, Bristol punya kesempatan besar untuk tampil di Premier League musim depan.
ADVERTISEMENT
Gaya main yang diusung Bristol pada musim 2017/18 memang sedikit berbeda dibanding musim 2016/17 kemarin. Masih diasuh oleh Lee Johnson, Bristol pada musim ini masih menerapkan permainan yang agresif, permainan a la Inggris yang mengandalkan kecepatan dan bola panjang. Bedanya, ada bumbu-bumbu possession football yang mereka terapkan. Umpan-umpan pendek mulai diterapkan oleh Bristol, meski bola-bola panjang masih terlihat.
Meski ada gaya yang sedikit berbeda, hal ini yang bikin Bristol menjadi sedikit lebih berwarna. Berkat permainan berwarna ini, The Robins sukses duduk di peringkat empat klasemen sementara Divisi Championship, serta menjadi semifinalis Piala Liga.
Jalan Bristol menuju babak semifinal Piala Liga juga terhitung tidak ringan. Terhitung sejak babak kedua hingga masuk delapan besar (babak kelima), Bristol selalu dipertemukan dengan klub Premier League. Namun alih-alih melempem, klub yang bermarkas di Ashton Gate ini justru tampil mengesankan.
ADVERTISEMENT
Terhitung Watford, Stoke City, Crystal Palace, serta Manchester United sukses mereka kalahkan. Bristol juga sukses menorehkan 16 gol dari lima laga di Piala Liga, termasuk yang tertinggi di antara kontestan yang lain.
Di tengah cahaya Bristol yang mulai berpendar ini, para pemain di dalamnya juga perlahan mulai menunjukkan cahayanya masing-masing. Ada Bobby Reid yang sudah mencetak 12 gol sejauh ini. Ada juga Korey Smith si penentu kemenangan atas United. Ada Jamie Paterson si ahli assist dengan torehan tujuh assist-nya.
Selain ketiganya, ada juga nama-nama semacam Nathan Baker atau Marlon Pack yang juga memiliki kontribusi tak kalah besar. Sinar dari merekalah yang membuat Briston pada musim ini tampak lebih bercahaya.
ADVERTISEMENT
***
Menjalani mimpi memang sesuatu yang menyenangkan. Tapi pertanyaan yang muncul setelahnya adalah: Apa yang akan dijalani jika mimpi itu tercapai? Apa yang akan terjadi jika mimpi itu belum terwujud dalam waktu dekat?
Semua pertanyaan tersebut akan menghantui benak para suporter, pemain, pelatih, dan manajemen Bristol kelak setelah laga melawan Manchester City. Jalan itu akan muncul dengan sendirinya, sesaat setelah mimpi indah yang sekarang mereka jalani berakhir sudah.
Pilihan akan tetap ada, tapi setidaknya musim 2017/18 ini akan menjadi kenangan tersendiri bagi Bristol. Bahwa mereka tampil apik di Divisi Championship (syukur-syukur kalau bisa masuk Premier League). Bahwa mereka sudah pernah mengalahkan tim sebesar Manchester United.
ADVERTISEMENT