Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Tentang Masa Kelam Di Maria Bersama Manchester United
12 Februari 2019 20:05 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB

ADVERTISEMENT
"Bakat alaminya yang luar biasa tidak bisa diragukan lagi."
Demikian Louis van Gaal berujar setelah Manchester United mendatangkan Angel Di Maria 2014 silam. Arsitek asal Belanda itu menambahkan bahwa kemampuan individu, kecepatan, dan kreativitas yang dimiliki Di Maria bakal membantu United nantinya.
ADVERTISEMENT
Gary Neville pun juga berkata bahwa kemampuan Di Maria dalam menyisir lapangan akan memenuhi kebutuhan United akan sosok winger tradisional. Jadi, cukup masuk akal andai 'Iblis Merah' memberikan nomor punggung 7, angka keramat yang juga dipakai Eric Cantona, David Beckham, serta Cristiano Ronaldo, kepada pemain asal Argentina itu.
Sayang, ekspektasi itu tak terealisasi. Jangankan menjadi penggawa andalan, masa baktinya saja cuma semusim berjalan. Padahal, kontribusi Di Maria tak buruk-buruk amat untuk seorang pemula di Premier League. Meski hanya mencetak 3 gol di pentas liga, pemain kelahiran Rosario itu sukses mendulang 10 assist--tertinggi di antara rekan-rekan setimnya.
"Saya hanya bertahan selama satu tahun (di United). Itu bukan periode terbaik dalam karier saya, atau mereka memang sengaja tidak membiarkan saya menemukan bentuk terbaik di sana," kata Di Maria seperti dilansir France Bleu.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Di Maria juga tak menampik bahwa Van Gaal jadi salah satu faktor yang membuat pendarnya pampat di United.
Pada Premier League edisi 2014/2015, Van Gaal tercatat memakai enam formasi berbeda dengan pakem 4-1-4-1 sebagai pilihan yang paling intens. Menjadi sulit karena Di Maria terbiasa berada dalam wadah 4-3-3 semasa berseragam Real Madrid.
Sialnya lagi, Van Gaal cenderung memilih Juan Mata dan Ashley Young untuk mengisi sektor sayap. So, makin sulit saja Di Maria merangsek pos pemain reguler. Padahal, bukan rahasia lagi bahwa buka perkara mudah bagi pemain untuk beradaptasi di ajang sekelas Premier League.
"Ada masalah dengan pelatih pada saat itu. Tetapi saya terima kasih kepada Tuhan karena bisa datang ke PSG dan bisa kembali menjadi diri sendiri," ucap Di Maria.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya United melepasnya ke Paris Saint-Germain (PSG) semusim berselang, dengan harga yang relatif murah pula. Di Maria dilepas dengan banderol 44,3 juta pundsterling atau 15,4 juta poundsterling lebih murah saat digaet dari Madrid.
Beruntung bagi Di Maria, karena PSG bisa merawatnya dengan baik. Total 57 gol dari 158 penampilan di semua ajang jadi buktinya. Total 10 gelar juga jadi bayaran setimpal yang akhirnya ia dapat--termasuk sepasang titel Ligue 1.
Kini bersama PSG, Di Maria mematok target untuk menguasai Eropa. Ya, perlahan Les Parisiens mulai menunjukkan tajinya sebagai tim yang diperhitungkan di turnamen Liga Champions. Dalam enam edisi termutakhir, mereka tak pernah gagal lolos ke babak 16 besar.
ADVERTISEMENT
PSG berhasil finis sebagai juara Grup C, mengungguli tim-tim kuat macam Liverpool dan Napoli. Mereka juga berhasil melewati 5 laga terakhir tanpa sekalipun kalah.
"Saya pikir kami memulai musim ini dengan sangat baik, meski tidak begitu baik dimulai di Liga Champions--tetapi kami berhasil bangkit dan finis sebagai juara grup," kata Di Maria.
Rabu (12/2/2019) dini hari WIB, Di Maria akan bereuni dengan United di Old Trafford pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions. Ini bakal jadi panggung sempurna bagi pemain berusia 30 tahun tersebut mengingat absennya Neymar dan Edinson Cavani.
Jadi, besar kemungkinan Thomas Tuchel akan mengandalkannya sebagai pengakmodir Mbappe serta alternatif pencetak gol, sebagaimana yang pernah dilakukannya kala mejebol gawang Napoli sekaligus menyelamatkan PSG dari kekalahan di fase grup pada akhir Oktober lalu.
ADVERTISEMENT