Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Lucas Paqueta menjadi bintang baru AC Milan. Sorotan tentangnya tak cuma tentang kiprah di Serie A, tapi juga pentas internasional.
ADVERTISEMENT
Mantan pesepak bola Milan, Rui Costa, pun tak bisa menampik persona Paqueta. Mustahil pula baginya untuk tak mendengar argumen yang menyebut Paqueta sebagai the next Ricardo Kaka.
"Ia (Paqueta) memiliki kualitas dan sedang ada dalam usia produktif. Modal yang dimilikinya akan sangat membantu untuk berkembang di liga yang sulit seperti Serie A. Ia akan menjadi dirinya sendiri sebagaimana seharusnya," jelas Rui Costa, dilansir Football Italia.
"Kaka adalah seorang pemain nomor 10, tapi ia memiliki kekuatan yang begitu jarang saya lihat di antara pemain nomor 10 lainnya. Tapi, Paqueta adalah Paqueta. Saya menyaksikannya bertanding berulang kali sebagai gelandang tengah. Ia punya teknik yang kuat, ia pemain luar biasa dan sangat mahir menggunakan kaki kiri," ujar sosok berkebangsaan Portugal ini.
ADVERTISEMENT
Pengenalan Rui Costa akan Kaka tidak dibangun dari apa kata orang. Saat masih berstatus sebagai Milan, Kaka dan Rui Costa adalah rekan setim.
Di bawah kepemimpinan Carlo Ancelotti saat itu, Milan berubah rupa menjadi champagne football. Nama-nama besar ada di sana, termasuk deretan gelandang kreatif yang entah bagaimana caranya bisa dimainkan dalam satu tim--termasuk Kaka dan Rui Costa. Namun demikian, lambat laun Kaka lebih sering mengambil peran sebagai pencetak gol.
Kreativitas yang lekat dengan permainan Kaka itulah yang membikin keberadaan Paqueta disandingkan dengannya. Bersama Milan , Paqueta memang bukan pemain yang rajin mencetak gol. Tapi, tanpa kehadirannya sekarang, bukan tak mungkin serangan Milan jadi tak tentu arah.
ADVERTISEMENT
Performa Paqueta bersama Milan memang menggembirakan. Sejak bergabung bersama Rossonerri pada Januari 2019, Paqueta berhasil menjadi orkestrator ofensif skuat asuhan Gennaro Gattuso berkat pemahamannya akan ruang.
Satu gol dan satu assist berhasil dikemas Paqueta dalam sembilan laga perdananya bersama Milan di Serie A. Ia juga berhasil mencatatkan rata-rata 1,2 dribel dan 0,7 operan kunci per laga.
Argumen soal Paqueta sebagai titisan Kaka makin santer terdengar di jeda internasional. Pasalnya, Paqueta diberi kehormatan untuk memakai nomor punggung 10 di laga persahabatan Timnas Brasil melawan Panama dan Republik Ceko.
Biasanya nomor punggung ini diserahkan kepada Neymar. Namun, cedera membuat bintang Paris Saint-Germain itu menepi untuk sementara. Paqueta bahkan berhasil mencetak gol saat melawan Panama walau pertandingan tuntas dengan skor 1-1.
ADVERTISEMENT
"Saya mengikuti Paqueta waktu masih di Brasil. Saya mengenalnya dengan baik. Tadinya, saya bermaksud membawanya ke Benfica, tapi saya tidak bisa mendapatkan tanda tangannya. Ia terlalu mahal untuk klub Portugal," jelas Rui Costa.
Disebut-sebut sebagai the next Kaka memang prestise tersendiri. Tapi, itu cuma satu hal. Di sisi lain, gelar ini bukannya tak mungkin menjadi beban yang sebenarnya tidak perlu dipikul oleh Paqueta. Toh, Paqueta dan Kaka juga bermain di Milan yang berbeda.
Maka, membiarkan Paqueta bermain sebagai Paqueta adalah solusi terbaik. Siapa tahu, yang dibutuhkan Milan sekarang bukan the next Kaka, tapi Paqueta. Titik, tanpa embel-embel yang lain.