Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Liga Indonesia 2010/11 menghadirkan skuat istimewa di kubu Persija Jakarta. Untuk lini depan, tim ibu kota mengandalkan trisula Greg Nwokolo, Aliyudin, dan Bambang Pamungkas. Sektor tengah tak kalah mewah karena Syamsul Bachri Chaeruddin berduet dengan Tony Sucipto , salah satu andalan Timnas U-23 Indonesia di SEA Games 2009.
ADVERTISEMENT
Khusus Tony, kehadirannya tak lepas dari hubungan spesial dengan pelatih Rahmad Darmawan alias RD. Pemain yang kini berusia 33 tahun itu dibawa RD dari klub sebelumnya, Sriwijaya FC. Bersama 'Laskar Wong Kito', nama Tony mencuat lewat empat --satu Liga Indonesia dan tiga Piala Indonesia.
Atas dasar itulah, Tony menjadi pilihan utama. Begitu garang lini tengah 'Macan Kemayoran' karena tipe permainan Tony dan Syamsul. Ya, keduanya tergolong piawai dalam gal tekel dan intersep.
Tercatat, Tony tampil 24 kali bersama Persija di musim perdananya. Pemain yang kuat dengan kaki kiri ini juga berhasil membuat dua gol untuk tim kebanggaan Jakmania itu. Sayang, Tony tak mampu menyumbangkan gelar juara karena Persija hanya finis di posisi ketiga, di bawah Persipura dan Arema FC.
ADVERTISEMENT
Kebersamaan Tony dan Persija tak berlangsung lama. Gajinya tak telat dibayar. Maka, demi menyambung hidup, Tony menyeberang ke Persib Bandung pada musim berikutnya. Dia tak sendiri karena sang rival juga memboyong tiga penggawa Persija lainnya: Muhammad Ilham, Aliyudin, dan Abanda Herman.
Bersama Persib, Tony pun bertransformasi. Dia bukan lagi gelandang jangkar yang bertugas mematahkan serangan-serangan lawan. Ketika itu, pelatih Drago Mamic mengoperasikan Tony sebagai full-back kiri menimbang kaki kidalnya. Posisi inilah yang terus dimainkannya sampai musim pemungkas bersama 'Maung Bandung'.
Di Persib, Tony lebih bergelimang gelar ketimbang di Persija. Tony menjadi salah satu penggawa yang sukses mengantarkan Persib juara Liga Indonesia 2014. Pada Piala Presiden 2015, Tony juga ikut ambil bagian dan membawa Persib juara. Sampai 168 laga yang dilakoninya bersama Persib.
ADVERTISEMENT
Tak ada yang abadi, termasuk posisi inti untuk Tony. Pada 2018 yang merupakan musim terakhirnya, Tony mulai tergerus. Akselerasinya tak seperti dulu, sehingga pelatih Roberto Carlos Mario Gomez memilih anak muda bernama Ardi Idrus sebagai penggantinya.
Ardi tak tergoyahkan sebagai pilihan utama di sisi kiri pertahanan Persib. Maka, untuk mempertahankan eksistensi, Tony memilih pergi. Dan, sungguh mengejutkan lantaran pelabuhannya adalah Persija, si mantan klubnya dan rival abadi Persib.
Tony paham betuk rivalitas panas antara pendukung Persib dan Persija. Tak heran jika dia merasakan sedikit kejanggalan ketika bercermin dengan seragam oranye.
"Kalau soal delapan tahun membela Persib lalu ke Persija, ya pastinya mungkin bisa dibilang ada perasaan aneh lah," kata Tony saat menjalani latihan perdana bersama Persija.
ADVERTISEMENT
Menariknya, kepindahan Tony juga melanjutkan tren pribadinya. Ya, klub baru berarti posisi baru. Dia kali ini bermain sebagai bek tengah karena cedera menerpa Paulle dan Ryuji Utomo. Tony pun tak canggung karena posisi ini juga yang ia mainkan beberapa kali di Persib Bandung.
Tubuh Tony memang tak terlalu tinggi untuk bek tengah. Tapi, gaya main ngotot ditambah kemampuan membaca permainan adalah bekal besarnya untuk mengawal jantung pertahanan.
Tony sungguh serbabisa. Bahkan, menjelang laga menghadapi Persib, Rabu (10/7), dia bisa kembali bergeser ke posisi gelandang tengah karena Sandi Suthe absen. Sementara, duet bek tengah bisa diisi Ryuji dan Maman Abdurrahman.
Nah, duel kedua tim di Stadion Utama Gelora Bung Karno bakal begitu berarti untuk seorang Tony. Setelah sewindu kebersamaan bersama Persib, mampukah Tony membawa Persija berjaya atas mantan klubnya?
ADVERTISEMENT