Utang Budi Brigata Curva Sud kepada Didi Kempot

5 Mei 2020 19:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampilan Didi Kempot dalam konser The Lord Of Loro Ati di The Pallas, SCBD, Jakarta Selatan.  Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Didi Kempot dalam konser The Lord Of Loro Ati di The Pallas, SCBD, Jakarta Selatan. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Brigata Curva Sud (BCS) tak punya kedekatan khusus dengan Didi Kempot, tetapi mereka punya utang budi yang tak sedikit. Semua itu berkaitan dengan perjalanan mereka dalam mendukung PSS Sleman di Liga 2 beberapa tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Ceritanya, 'Super Elja' yang diperkuat nama-nama berkualitas sedang dalam performa apik. Kemenangan demi kemenangan begitu gampang mereka peroleh, baik pada laga kandang di Stadion Maguwoharjo ataupun partai tandang.
Suatu hari kala bermain di kandang, kondisi ini bikin geram tim lawan. Pada titik tertentu mereka bahkan sampai membenci PSS dan menganggap setiap keputusan wasit selalu merugikan. Dari situ serangkaian protes jadi hal yang kerap terlihat.
Jalannya pertandingan lantas kena dampak. Laga terhenti beberapa kali.
Penyanyi Campur Sari Didi Kempot. Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Dari tribune selatan, basis BCS, berbagai umpatan kemudian keluar dari mulut sejumlah anggota yang kesal karena situasi tersebut. Ada yang mengumpat 'protes wae a**', 'baji**** gek cepet dikertu sit', dan semacamnya.
Rangkaian umpatan itu baru mereda begitu capotifo BCS, Batak, meminta mereka berhenti. Berikutnya, tiba-tiba saja dia berteriak "Wong salah ora gelem ngaku salah” yang langsung disambung oleh anggota lain menjadi chant.
ADVERTISEMENT
Wong salah ora gelem ngaku salah (orang salah nggak mau ngaku salah)
Suwe-suwe sopo wonge sing betah (lama-lama siapa yang betah)
Mripatku uwis ngerti sak nyatane (mataku sudah mengerti yang sesungguhnya)
Kowe selak golek menangmu dewe (kamu keburu ingin menang sendiri)
Tak tandur pari jebul tukule malah suket teki (kutanam padi yang tumbuh kok rumput teki)
Oa … oe
Itu adalah penggalan lirik salah satu tembang milik Didi Kempot yang berjudul 'Suket Teki'. Lewat lagu ini BCS mengkritik kelakuan lawan tadi dengan cara sarkas. Sejak saat itu tak pernah terdengar lagi umpatan dan ini terus bertahan hingga sekarang.
Suporter PSS Sleman. Foto: dok. Liga Indonesia
Kisah tersebut dituturkan sendiri oleh salah satu anggota BCS bernama Tonggos Darurat (@stronggos) melalui blog pribadinya yang sudah diizinkan untuk kumparanBOLA kutip. Dia menulisnya tak lama setelah Didi Kempot meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
"Tribune selatan berutang budi pada karya Didi Kempot, pada Suket Teki dan pesan-pesan dalam lariknya. Jika tanpa lagu itu, mungkin tribune selatan tidak akan menemui kebiasaannya untuk menertawakan keadaan."
"Lagu itu membuat tribune menjadi tak sepemarah dulu, menjadi lebih terbuka untuk tawa sembari tetap merayakan sepakbola yang tertunda."
"Ingatanku pada 'Suket Teki' juga membawa memori yang baik tentang PSS yang cakarnya sungguh tajam sekalipun di liga dua. Tapi kejayaan itu terus bisa diingat setiap kali “wong salah ora gelem ngaku salah” terdengar kapan saja," tulis Tonggos.
Di luar kisah ini, BCS juga pernah menjadikan lagu-lagu Didi Kempot lain sebagai chant kala mendukung PSS. Saat melawan Bhayangkara FC di Liga 1 musim lalu, misalnya, lewat 'Pamer Bojo' alias 'Cendol Dawet' yang populer itu.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi ini jadi bukti bahwa tembang Didi Kempot benar-benar menembus batas. Ia tak cuma dinyanyikan dan dinikmati para penggila campur sari, tetapi juga nyaris semua kalangan, termasuk suporter sepak bola seperti BCS.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!