Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nama lengkapnya Altalariq Erfa Aqsal Ballah. Nama belakangnya boleh jadi familiar bagi pencinta sepak bola era 2000-an. Ya, dia adalah anak kandung dari eks legiun asing sejumlah klub Liga Indonesia, termasuk Persita dan Arema, Anthony Jomah Ballah.
Sang ayah tercatat pernah tiga kali membela Timnas Liberia, negara asalnya. Kini, sang anak akan membela negara yang berbeda di pentas sepak bola internasional, yakni bersama Timnas Indonesia.
Altalariq masuk dalam daftar 34 pemain yang akan bergabung dengan pemusatan latihan (TC) di Jakarta jelang lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 di Uni Emirat Arab (UEA). Kans ini didapatnya bukan karena dia adalah anak Anthony, melainkan karena kerja keras.
Altalariq Ballah turun tiga kali membela Persita sebagai pemain pengganti di Piala Menpora 2021. Walau tak sempat mencetak gol, jebolan Persib ini menunjukkan performa apik di pos sayap kiri. Kecepatan dan kemampuan dribel bolanya cukup menonjol.
ADVERTISEMENT
Boleh jadi, atas dasar pertimbangan itu juga, PSSI dan Shin Tae-yong lalu memutuskan untuk memberi pemain 22 tahun ini kesempatan ikut TC Timnas Indonesia senior. Ini adalah pengalaman pertama untuknya, apakah Altalariq siap?
kumparan berkesempatan berbincang dengan Altalariq pada Rabu (28/4). Pemain 19 tahun ini menceritakan berbagai hal termasuk tentang kesiapan dirinya menjalani TC bersama Timnas Indonesia, sosok panutannya di Persita, dan hal-hal menarik lainnya. Silakan disimak.
Apakah kamu pernah menyangka sebelumnya akan dapat panggilan Timnas Indonesia?
Belum, sih, karena kaget juga baru ini enggak nyangka bisa dipanggil [Timnas Indonesia senior]. Tapi, ya, alhamdulillah, bersyukur bahwa hal yang saya mimpi-mimpikan selama ini, yakni masuk timnas, bisa tercapai.
Perasaan apa yang dominan dirasakan saat ini? Apakah ada perasaan cemas atau deg-degan karena ini panggilan pertama?
Kalau dibilang deg-degan, ya, pasti deg-degan, apalagi karena ini pengalaman pertama dipanggil Timnas Indonesia. Tapi, sampai yang berlebihan, sih, enggak. Tetap, ya, saya harus fokus dan kerja keras karena ini kesempatan dan jangan sampai saya sia-siakan.
ADVERTISEMENT
Adakah perasaan terbebani dengan persaingan di timnas? Soalnya kan banyak pemain hebat di pos winger.
Terbebani sih enggak, saya juga enggak ada beban ini. Ya, tetap kerja keras saja terus, tanpa terpikir apa pun seperti persaingan. Yang penting, saya datang terus bekerja dan belajar dari pemain dan pelatih yang lebih berpengalaman.
Sebenarnya kamu memilih karier sepak bola ini dorongan dari orang tua kah?
Enggak ada dorongan dari orang tua. Orang tua kasih kebebasan saya mau menjadi apa. Ini dari hati saya memang mau jadi pemain sepak bola sedari kecil.
Mimpi terbesar kamu sebagai pesepak bola apa, sih?
Yang jelas, saya ingin bisa bermain di luar negeri, di Eropa. Saya ingin membanggakan orang tua, membanggakan orang Indonesia di luar sana. Saya ingin sekali bermain di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Kalau sosok pesepak bola Idola, siapa sosok yang kamu idolakan?
Sosok Idola bagi saya itu adalah yang jelas bapak saya (Anthony Ballah) yang selalu men-support saya. Dan juga, kalau pemain sepak bola [internasional] adalah Cristiano Ronaldo. Selain itu, ada juga Kylian Mbappe.
Dipanggilnya kamu ke Timnas tak lepas dari kesempatan main di Piala Menpora, apa yang ingin disampaikan ke pelatih dan Persita?
ADVERTISEMENT
Yang jelas, saya sangat-sangat berterima kasih pada Persita Tangerang yang telah memberi saya kesempatan. Saya juga berterima kasih kepada tim-tim pelatih semua, senior, dan rekan-rekan yang membantu saya di Piala Menpora. Karena tak lepas dari bantuan merekalah saya bisa ke timnas.
Siapa sosok terbesar yang selama ini jadi panutan di Persita?
Hampir semua dari pelatih. Coach Widodo C Putro, Coach Enal (Francis Reynald Wewengkang, Asisten Pelatih Persita), dan lain-lainnya itu panutan saya.
ADVERTISEMENT
Cuma kalau saya di mess, itu sekamar sama salah satu senior juga, mas Annas Fitranto, kiper. Dia yang selalu menasihati saya bagaimana baiknya ke depannya buat saya.
***