Wawancara Eksklusif Kai Boham: Kagumi Shin Tae-yong hingga Tekad Bela Timnas

21 Juli 2022 16:10 WIB
·
waktu baca 10 menit
clock
Diperbarui 28 Juli 2022 20:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesepak bola keturunan Indonesia, Kai Boham. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Pesepak bola keturunan Indonesia, Kai Boham. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Kai Boham menjadi salah satu pemain keturunan yang diproyeksikan untuk memperkuat Timnas U-19 Indonesia. Ia tengah dalam pantauan pelatih Shin Tae-yong.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, Boham bersama dua pemain keturunan lainnya, Jim Croque dan Max Christoffel, mengikuti pemusatan latihan Timnas U-19 di Jakarta. Kehadiran ketiganya merupakan keinginan Shin.
Boham ikut berlatih bersama seluruh skuad Timnas U-19 di Stadion Madya, Senayan, Jakarta. Sebelumnya, ia juga mengikuti agenda Timnas U-19 saat berlaga di Toulon Cup di Prancis.
Saat itu, Timnas U-19 berlatih di Jakarta guna mempersiapkan diri melawan Piala AFF U-19 2022 yang digelar 2-15 Juli lalu. Sebelum turnamen, Kai Boham dan dua rekannya dipulangkan ke Belanda.
kumparan berkesempatan mewawancarai langsung Kai Boham melalui konferensi video pada Rabu (20/7). Dalam obrolan tersebut, Boham bercerita banyak soal perjalanan sepak bolanya.
Ia bertutur soal mimpi bermain untuk Timnas Indonesia, hingga cerita pengalaman saat melawan tim-tim besar Eropa, seperti Manchester United (MU) dan Juventus.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa saja cerita yang disampaikan Boham? Simak wawancaranya berikut ini.

Bisa ceritakan bagaimana perjalanan karier sepak bola kamu?

Kai Boham (duduk kedua dari kiri) aat memulai karier sepak bolanya di usia belia. Foto: Dok. Pribadi
Saat usia empat tahun, saya mulai bermain sepak bola. Saya memulainya dengan klub di dekat rumah saya, namanya FC Vrine. Saya bermain sekitar dua hingga tiga tahun. Di sana, ternyata saya bertalenta, sehingga selalu dimainkan di tim level usia yang lebih tinggi.
Kemudian, dari FC Vrone, saya bergabung dengan tim terbesar di kota saya, namanya AFC 234. Saya bermain di sana selama sekitar dua tahun.
Saya lalu pergi ke kota lain dan bermain untuk tim ADO 20. Saat itu, usia saya 13 tahun. Awalnya saya bukan pemain bertahan, saya adalah seorang gelandang, lalu dimainkan juga sebagai penyerang. Di ADO 20, saya bermain satu tahun.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, saya pergi ke klub besar di Amsterdam, AFC Amsterdam, tapi tidak di level profesional. Saya bermain empat tahun dai di tahun terakhir, bek kanan kami cedera. Saya lalu bilang ke pelatih 'coach, saya mau bermain untuk menang, pasang saya di posisi bek kanan'. Itu pertama kali saya main sebagai pemain bertahan.
Masa kecil Kai Boham. Foto: Dok. Pribadi
Setelah empat tahun, dari Amsterdam, saya bergabung ke Almere City untuk bermain di tim profesional. Saya bermain cukup baik, di tahun pertama saya bermain di tim U-17. Beberapa bulan kemudian, saya naik level ke U-19. Tahun depannya, saya bergabung tim U-18 karena ada perubahan struktur tim, jadi tak ada lagi tim U-19.
Di minggu pertama, saya bisa bermain dengan bagus. Saya kemudian langsung naik kelas ke tim kedua Almere City, Jong Almere City.
ADVERTISEMENT
Ketika saya bermain untuk Jong Almere City, pandemi Covid-19 datang. Jadinya tak ada kompetisi, tak ada sepak bola. Saya harus tetap di rumah mengikuti arahan pemerintah.
Sekarang adalah tahun ketiga saya bermain di Jong Almere City. Saya bermain sebagai bek tengah.
(Almere City adalah tim yang berkompetisi di Divisi Dua Liga Belanda atau Eerste Divisie. Sementara, Jong Almere City adalah tim kedua Almere City. Jong Almere City adalah tim muda kategori U-21-RED).

Mengapa kamu memilih posisi sebagai pemain bertahan?

Ketika saya masih bermain sebagai penyerang, saya suka bertahan. Saya pikir bermain di bek kanan akan banyak bertahan, karena itu saya ingin bermain bertahan.
Saya lebih suka bermain dengan melihat lapangan ke depan, bukan ke belakang. Jadi, saya bisa melihat ke mana saya mengalirkan bola, ke mana para pemain bergerak, ke mana saya harus bergerak.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, saya adalah pemimpin yang baik di atas lapangan. Saya suka memimpin tim, saya suka mengarahkan para gelandang dan penyerang dan membantu mereka, jadi itu alasannya.
Kami sebagai bek itu memimpin tim. Saya melihat idola saya, Sergio Ramos dan Virgil van Dijk. Mereka semua adalah pemimpin yang hebat untuk membawa timnya menang.

Apakah kamu pernah bermain di posisi lain di Jong Almere?

Ya, pernah. Saya pernah bermain di pos bek kanan. Tapi, saya lebih memilih untuk bermain sebagai bek tengah.
Pesepak bola keturunan Indonesia, Kai Boham. Foto: Dok. Pribadi

Apa kelebihan kamu sebagai pesepak bola?

Saya bisa bermain dengan kaki kiri maupun kanan. Saya adalah pemimpin yang baik di lapangan. Ketika bertahan, saya akan mati-matian merebut bola, berjuang keras di setiap menitnya. Saya adalah pekerja keras yang baik.
ADVERTISEMENT
Saya harus meningkatkan kemampuan saya di setiap sesi latihan, setiap pertandingan. Saya harus selalu belajar di setiap latihan, setiap pertandingan, untuk menjadi lebih baik lagi. Jika saya ingin maju, saya harus bekerja lebih keras.

Apakah kamu pernah bermain melawan tim besar Eropa?

Ya, pernah. Saya pernah melawan tim-tim seperti Juventus, Celtic FC, dan RSC Anderlecht. Ketika itu saya bermain untuk turnamen U-13. Kami mengikuti turnamen yang ada tim-tim besar seperti Celtic, MU, Tottenham Hotspur, saya bermain melawan mereka.

Apakah kamu pernah bermain melawan pemain besar?

Saya pernah bermain melawan [Mohamed] Ihattaren, Xavi Simons. Xavi Simons sekarang bermain untuk PSV Eindhoven, sebelumnya dia bermain di Barcelona. Saya juga pernah bermain melawan talenta hebat Celtic, Karamoko [Dembele]. Kebanyakan saya bermain bersama nama-nama yang besar di Belanda.
ADVERTISEMENT

Apakah kamu benar-benar ingin bermain untuk Timnas Indonesia?

Pasti. Itu adalah sebuah kehormatan bagi saya untuk bermain bersama Indonesia.

Dari siapa garis keturunan Indonesia kamu?

Keturunan Indonesia dari ayah. Ayah saya lahir di Belanda, tapi kakek dan nenek saya lahir di Indonesia. Kakek saya dari Surabaya dan nenek saya dari Sumatra.

Sebagian pencinta sepak bola Indonesia pro dengan naturalisasi, sebagian lainnya kontra. Bagaimana pendapat kamu?

Saya tidak tahu, saya hanya fokus untuk bermain sepak bola. Saya berharap mendapat panggilan PSSI, tapi saya enggak tahu juga. Saya akan senang jika bisa bermain untuk Indonesia, itu sebuah kehormatan.
Jim Croque, Kai Boham dan Max Christoffel usai latihan Timnas U-19 di Stadion madya, Jakarta, Selasa (21/6/2022). Foto: Soni Insan Bagus L/kumparan

Bagaimana ceritanya kamu bisa dipanggil ke Timnas U-19?

ADVERTISEMENT
Jadi, saya mendapat panggilan dari PSSI. Mereka bertanya 'mau atau enggak?'. Pertamanya saya dipanggil untuk [uji coba sebelum] Toulon Cup. Mereka panggil saya dan bertanya 'kamu mau main untuk Indonesia?'. Saya jawab 'pasti mau, pasti'.
ADVERTISEMENT
Ketika pertandingan [uji coba sebelum Toulon Cup], saya bermain dan mencetak gol. Setelah pertandingan, keesokan harinya, coach bilang ke saya 'Shin Tae-yong ingin melihat kamu'. Saya langsung seperti 'Wow! Shin Tae-yong mau melihat saya, saya harus bermain lebih baik'.
Kemudian saya pulang, sekitar dua hari, lalu mendapat panggilan PSSI untuk latihan di Jakarta. Saya sangat senang. Lalu, saya ke Jakarta, saya bermain bagus. Saya harus belajar bagaimana bermain di cuaca yang sangat panas, itu adalah pengalaman luar biasa.

Kamu terlihat lelah sekali saat latihan di Jakarta, apakah karena cuaca?

Ya, cuaca sangat panas. Di Belanda tidak sepanas itu. Tapi, di Jakarta sangat panas. Tapi, setelah beberapa hari, saya mulai belajar bagaimana cara bermain di cuaca seperti itu.
ADVERTISEMENT

Apakah kamu merasa berhasil menunjukkan kemampuan terbaik di depan Shin Tae-yong saat berlatih di Jakarta?

Menurut saya, saya bermain bagus. Saya harus belajar bagaimana pemain-pemain Indonesia bermain. Tapi, saya cukup bagus di sesi latihan itu.
Ada perbedaan latihan di sana dengan di Belanda, sangat berbeda. Di Belanda lebih banyak taktik, di Jakarta banyak berlari.
Jadi, saya harus belajar. Saya sangat respek ke pemain, pelatih, bagaimana mereka berlatih. Saya suka latihan itu.
Sangat berat. Tapi, saya pikir jika bisa maksimal 100 persen, maka saya akan menjadi lebih baik sesudah latihan itu. Saya ingin memberikan yang terbaik setiap latihan dan pertandingan.
Dia adalah pelatih yang sangat bagus. Dia bicara ke pemain, apa yang dia inginkan dan apa yang dia harapkan dari pemain. Saya sangat respek ke dia. Saya belajar dan mendengarkan dia. Dia adalah pelatih yang sangat-sangat baik.
Pemain keturunan Indonesia Kai Boham mengikuti latihan bersama timnas U-19 di Stadion Madya, Kompeks Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (21/6/2022). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO

Apakah kamu mengetahui sosok Shin Tae-yong sebelum latihan di Jakarta?

Ya, saya juga menonton Timnas Indonesia senior bermain. Dia [Shin Tae-yong] adalah bintang. Dia adalah pelatih yang bagus. Saya sangat respek ke dia.
ADVERTISEMENT

Apa yang dikatakan PSSI atau Shin Tae-yong saat kamu dipulangkan ke Belanda?

Mereka meminta saya untuk menunggu. Mungkin saya akan dipanggil lagi, mungkin juga tidak.
Saat itu, mereka fokus ke turnamen di bulan Juli [Piala AFF U-19]. Setelah Juli, Shin Tae-yong akan pulang ke keluarganya. Setelah itu mungkin saya dipanggil, mungkin tidak. Tapi saya terbuka jika dipanggil lagi.
Shin Tae-yong banyak rapat untuk membahas soal saya, Jim [Croque] dan Max [Christoffel].

Kalau lihat di sosial media, kamu dapat menu latihan mandiri di rumah, bisa diceritakan?

Ya, itu seperti latihan. Saya pikir itu sangat baik jadi saya bisa belajar juga. Saya bisa bersiap-siap mungkin untuk September. Bentuknya seperti buku panduan latihan kecil, itu bagus buat saya.
Wawancara Eksklusif Kai Boham bersama kumparan. Foto: Soni Insan Bagus/kumparan

Bagaimana pendapat kamu soal Timnas U-19 di Piala AFF U-19 lalu?

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mereka bermain dengan baik. Saya berharap tim mereka juara, tapi mereka enggak menang. Saya pesan ke tim, saya bilang 'saya bangga' ke mereka. Saya tahu bagaimana mereka latihan keras. Sebelum AFF U-19 saya ikut latihan dan latihan mereka memang sangat keras.
Saya mengirim pesan ke teman-teman 'saya bangga sama kamu, kamu sudah latihan dengan baik, bermain juga bagus'. Saya berharap Indonesia juara, tapi ternyata enggak.
(Di Piala AFF U-19 2022 beberapa waktu lalu, Timnas Indonesia U-19 gagal merengkuh gelar juara meski berstatus tim tuan rumah. Timnas U-19 terhenti di babak grup--RED).

Ngomong-ngomong, siapa teman terbaik kamu di Timnas U-19?

Saya pikir banyak teman baik di timnas, mereka baik-baik semua. Mereka pemain hebat. Saya pikir [Alfriyanto] Nico baik ke saya. Ronaldo [Kwateh] juga sangat baik ke saya. Banyak pemain yang baik, saya merasa seperti keluarga.
ADVERTISEMENT

Siapakah pemain terbaik dan pemain terlucu di Timnas U-19?

Semua pemain itu terbaik. Untuk pemain yang lucu, saya pikir itu adalah Kakang [Rudianto]. Dia sangat lucu, dia 'gila'. Ya, dia sangat-sangat lucu.

Bagaimana hubungan kamu dengan Jim Croque dan Max Christoffel?

Ya, kami adalah teman dekat. Mereka juga pemain-pemain yang hebat dan lucu-lucu juga. Kami saling kontak lewat handphone, kami juga saling telepon.
Keluarga besar Kai Boham. Foto: Dok. Pribadi

Banyak pemain Indonesia ingin berkarier di Eropa, apa saran kamu?

Jika kamu latihan, di sesi latihan itu kamu harus maksimal lebih dari seratus persen. Jika kamu mau, maka lakukan itu. Kamu harus bekerja keras, latihan dengan baik.
Kamu juga harus punya mental yang bagus, fisik juga, itu dua hal yang penting. Mental itu penting. Jika punya mental yang bagus, tubuh kamu akan ikut merespons yang bagus juga. Saya kira seperti itu, setiap latihan, berikan maksimal lebih dari 100 persen.
ADVERTISEMENT

Apakah kamu pernah menonton sepak bola Indonesia, baik itu klub maupun timnas?

Saya pernah menonton timnas senior sebelum dipanggil PSSI. Untuk tim, saya pernah nonton Bali United dan Persija, saya tahu tim-tim itu. Tapi, di Belanda susah untuk menonton itu karena enggak ada di televisi. Saya pernah nonton timnas di YouTube.
Mereka bermain bagus. Saya kira pemain-pemain itu bagus, akan lebih baik jika mereka bermain secara tim.

Apakah kamu ingin main di klub Indonesia kelak?

Ketika saya tua nanti, saya mau bermain di Indonesia. Ada banyak tim bagus, tapi saya belum tahu. Saya harap bisa menyudahi karier saya di Indonesia.

Kamu ingin merasakan atmosfer suporter di Indonesia?

Iya, para penggemar sangat hebat, saya senang melihat itu, sangat bagus. Atmosfer pertandingan selalu penuh dengan penggemar. Bagaimana saya bilangnya, ya,.. bagi saya seperti 'wow!' luar biasa.
Masa kecil Kai Boham. Foto: Dok. Pribadi

Apakah momen terbaik kamu dalam sepak bola?

Tahun ini, saya juara bersama tim. Dan, ini adalah tahun kedua saya berhasil juara di Belanda.
ADVERTISEMENT
(Kai Boham masuk skuad Jong Almere City yang menjuarai Liga Belanda U-21 atau U-21 Divisie 1. Mereka mengalahkan Jong Feyenoord dalam final yang digelar di Stadion Sportcomplex Varkenoord 1, Rotterdam, pada 21 Mei 2022--RED).

Bagaimana rencana kamu ke depannya?

Saya berharap bisa naik kelas ke tim utama Almere City, naik ke level yang lebih tinggi. Saya ingin bermain di Italia [Serie A], Spanyol [La Liga] dan Premier League. Saya juga ingin main di Chelsea, Bayern [Muenchen], Juventus dan juga Liverpool.
Kai Boham, pemain Almere City. Foto: Dok Almere City

Terakhir, apa pesan kamu untuk para suporter Indonesia?

ADVERTISEMENT
Untuk para penggemar, saya ucapkan terima kasih untuk semuanya. Saya berterima kasih atas dukungan selalu kalian. Juga kepada seluruh tim pelatih, saya berharap bisa bertemu kembali dengan penggemar. Kami akan bermain di Piala Dunia U-20 bersama.
ADVERTISEMENT
(Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun depan. Timnas U-19 saat ini dipersiapkan untuk ajang tersebut--RED).