Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Hari penentuan itu segera tiba. Pada Minggu (12/5/2019) mendatang, dalam pekan terakhir Premier League musim 2018/19, sang juara akan muncul. Dari pertarungan melelahkan yang berlangsung hampir sepuluh bulan, lahirlah dua kandidat yang sama-sama pantas merengkuh trofi juara: Manchester City dan Liverpool.
ADVERTISEMENT
Sudah lama perburuan gelar Premier League tidak seseru ini. Sejak Manchester City merebut gelar pada musim 2011/12 lewat gol Sergio Aguero ke gawang Queens Park Rangers, belum ada lagi kampiun yang muncul pada pekan terakhir. Musim lalu, City bahkan sudah menyegel gelar juara sejak pekan ke-33.
Kini, situasinya berubah. Sama-sama punya poin lebih dari 90, City dan Liverpool cuma terpaut satu angka di tabel klasemen. City yang ada di puncak punya koleksi 95 poin, sementara Liverpool 94. Mereka pun, kalau memang betulan ingin menjadi juara, wajib menang atas lawannya masing-masing.
Nah, lalu bagaimana, sih, keadaan kedua tim ini? Seberapa besar sebenarnya peluang mereka? Lalu, apa saja yang harus mereka lakukan?
ADVERTISEMENT
Well...
Ah, here we go again...
City atau Liverpool, nih, kira-kira?
Kamu mau jawaban yang pendek atau panjang?
Ya, yang panjang, dong. Biar jelas sejelas-jelasnya. Biar kami bisa jelasin juga ke teman-teman yang lain.
Oke, kalau begitu. Jadi, sebelumnya sudah dibilang kalau City dan Liverpool wajib menang kalau ingin jadi juara. Itu sama sekali enggak berlebihan karena kalau sampai terpeleset, kayak Steven Gerrard waktu itu, risikonya terlalu besar.
Di sisa satu pertandingan, poin maksimum City adalah 98, sementara Liverpool 97. Kalau City cuma bisa main imbang lawan Brighton and Hove Albion tetapi Liverpool juga ditahan imbang Wolverhampton Wanderers, ya, City yang bakal jadi juara. Kalau sudah begini, sebenarnya tekanan lebih besar ada di pihak City.
ADVERTISEMENT
Lho, kok, bisa? Bukannya mereka yang mimpin klasemen?
Ya, justru itu. Justru karena mereka memimpin klasemen itulah kenapa tekanan di mereka jadi lebih besar. Sekarang bayangin, deh. Capek-capek mereka mempertahankan puncak klasemen sampai pekan ke-38, capek-capek mereka kumpulin itu 95 poin, tapi ujung-ujungnya enggak bisa menang lawan Brighton. Apa enggak malu-maluin malahan?
Bener juga, ya.
Ya, iya, lah. Tapi untungnya City sebenarnya punya pengalaman lebih baik di situasi semacam ini. Buktinya, ya, waktu mereka juara tahun 2012 itu. Waktu itu malah persaingannya lebih kacau lagi. Poin City waktu itu sama persis dengan Manchester United. Yang bikin mereka juara waktu itu murni selisih gol, bukan lagi selisih poin. Jadi, tekanan lebih besar ada di City, tetapi mereka punya modal bernama pengalaman.
ADVERTISEMENT
Baiklah. Tapi, seberapa besar, sih, kans mereka buat gagal menang lawan Brighton?
Sebenarnya, sih, kecil. Brighton 'kan sekarang ada di papan bawah; di posisi 17. Mereka cuma satu setrip di atas zona degradasi. Dari situ pun udah kelihatan sebetulnya ketimpangan kualitas di antara kedua tim. City, di atas kertas, jelas bakal menang lawan Brighton. Di dua pertandingan sebelumnya juga mereka selalu menang, kok.
Sebentar, sebentar...
Hmm?
Kok, dua?
Iya, dua, karena City sama Brighton ini enggak cuma ketemu di liga. Di semifinal Piala FA kemarin dua tim itu juga ketemu. Di Premier League putaran pertama, City menang 2-0. Di Piala FA, mereka menang 1-0. Selain soal peringkat di klasemen, rekor pertemuan ini juga memihak City.
ADVERTISEMENT
Wah, berarti hampir pasti juara, dong, mereka?
Well, iya. Tapi, hampir 'kan cuma hampir. Mereka belum juara. Poinnya 'kan di situ. Brighton ini kadang-kadang bisa bikin kejutan juga, lho. Pekan lalu, misalnya. Mereka sukses menahan imbang Arsenal 1-1 di Emirates Stadium. Oke, Arsenal memang tidak bisa dibandingkan dengan City, tapi itu adalah bukti bahwa Brighton punya kemampuan untuk menyulitkan tim yang kelasnya ada di atas mereka.
Berarti City belum pasti juara?
Ya, belum dong, Sutarmaaaan. Makanya jangan buru-buru ambil konklusi.
Iya, deh, iya. Maaf. Tapi, gimana caranya si Brighton ini bisa bikin City gagal juara?
Nah, ini baru pertanyaan bagus. Dan jawabannya sebetulnya sederhana. Brighton enggak punya opsi lain kecuali bertahan sebaik mungkin. Itu sudah lumayan bikin City kesulitan di semifinal Piala FA. Siapa tahu, kalau itu dicoba lagi, mereka bakalan betul-betul bisa mencegah City menang.
ADVERTISEMENT
Apalagi, pertandingan nanti bakal digelar di Amex Stadium, kandang mereka sendiri. Musim ini 61 persen poin Brighton didapatkan di sana, termasuk waktu mengalahkan Manchester United 3-2 di awal musim. Jadi, modal Brighton sebenarnya bukannya nihil sama sekali.
Tapi, yang jadi masalah, Brighton kemungkinan bakal tampil tanpa Davy Proepper. Gelandang Timnas Belanda itu adalah salah satu andalan The Seagulls. Dia udah main 30 kali di liga dan berhasil bikin 1 gol plus 1 assist. Kontribusi menyeluruhnya juga oke. 1,7 tekel, 1,8 intersep, 1,1 sapuan per laga bikin Proepper jadi aktor sentral di pertahanan Brighton. Tanpa dia, peluang City menang makin besar.
Hmm, menarik. Terus, City sendiri kudu berbuat apa?
Ini juga pertanyaan apik. Intinya, buat City, mereka harus tetap bermain dengan identitas dan kemampuan mereka. Memang, mereka enggak akan diperkuat Kevin de Bruyne sama Fernandinho, tapi mereka punya pelapis yang enggak kalah oke. Bernardo Silva bisa main di tengah. Ilkay Guendogan bisa jadi jangkar juga. Soal pemain, City enggak bermasalah.
ADVERTISEMENT
Yang bisa jadi penghalang City sebenarnya adalah perkara ketenangan. City 'cuma' bisa bikin dua gol dari dua pertandingan terakhir. Gol-gol mereka pun boleh dibilang ada unsur keberuntungannya. Gol Aguero ke gawang Burnley diitentukan lewat teknologi garis gawang. Sementara, gol Vincent Kompany ke gawang Leicester City adalah gol yang amat sangat langka.
Tapi, bisa jadi justru itulah yang nantinya bakal membantu City. Enggak semua tim punya keberuntungan semacam itu. Keberuntungan itu sebenarnya bisa diupayakan dan City punya sumber daya yang cukup untuk mengupayakan keberuntungannya sendiri.
Wow, oke. Baiklah. Sekarang, Liverpool. Mereka bakal main lawan Wolves. Wolves ini 'kan tim yang enggak jelek. Terus, apa yang harus Liverpool lakukan supaya bisa menang lawan tim ini?
ADVERTISEMENT
Betul, Wolves bukan tim jelek. Mereka ini tim yang paling banyak ngumpulin poin ketika bertemu tim enam besar. Wolves juga berhasil bikin Liverpool keok di Piala FA. Ini artinya, Liverpool kudu betul-betul waspada dan hal pertama yang harus mereka lakukan adalah menenangkan pikiran.
Ini sepak bola, lho, bukan ESQ...
Lho, sebentar. Memangnya di sepak bola kejernihan pikiran enggak diperlukan?
Hhe~
Hmm.
Oke, lanjut.
Oke. Jadi, Liverpool wajib menenangkan pikiran karena mereka belum pernah berada di titik ini dalam sejarah Premier League. Ini adalah pencapaian terbaik mereka dan kalau enggak ada Manchester City mereka jelas pantas jadi juara. Tapi, ketenangan pikirlah yang sempat tidak mereka punyai sehingga akhirnya harus tertinggal dari City.
ADVERTISEMENT
Eh, gimana maksudnya?
Mulai akhir Januari sampai awal Maret kemarin, Liverpool sempat gagal menang empat kali. Itulah yang bikin mereka kemudian disalip oleh City. Padahal, tiga dari empat lawan mereka—West Ham United, Leicester, & Everton—semestinya bisa mereka kalahkan. Liverpool waktu itu seperti tidak biasa ada di puncak dan mereka pun goyah tertiup angin kencang. Jangan sampai, ini kejadian lagi di pekan terakhir.
Hmm, oke. Itu dari segi mental. Dari segi lainnya gimana?
Well, di sini Liverpool punya masalah juga. Di pertandingan terakhir nanti ada kemungkinan mereka enggak akan diperkuat Andy Robertson, Alex Oxlade-Chamberlain, Mo Salah, Jordan Henderson, sama Bobby Firmino. Sementara, Naby Keita sudah dipastikan absen. Ada krisis pemain yang bakal bikin Juergen Klopp pusing tujuh keliling.
ADVERTISEMENT
Tapi...
Tapi?
Tapi, bukan berarti semua pemain itu seratus persen bakal absen. Salah dan Henderson kemungkinan bisa dipaksakan bermain. Henderson yang rajin bergerak itu bakal jadi aktor kunci di lini tengah. Selain rajin bergerak, Hendo juga sosok pemimpin yang bisa membangkitkan semangat rekan-rekannya.
Tahu enggak kalau waktu lawan Barcelona kemarin dia sebenarnya cedera tapi tetap memaksa supaya bisa berjuang bersama rekan-rekannya? Sosok seperti itu bisa jadi faktor pembeda nantinya.
Sementara, Salah tak perlu penjelasan panjang-panjang. Dia adalah bintang lini depan Liverpool yang punya kemampuan mencetak gol dari situasi-situasi sulit. Melawan Wolves yang bermain rapat dan disiplin, Salah punya kans juga buat jadi sosok penentu.
Nah, keberadaan dua pemain inilah yang akan memastikan Liverpool bisa menerapkan taktik yang biasanya. Kecepatan dan agresivitas adalah kunci bagi Liverpool. Hanya dengan beginilah mereka memaksakan hasil yang mereka inginkan melawan Wolves nanti. Di putaran pertama Premier League dulu Wolves berhasil mereka kalahkan. Jadi, Liverpool sendiri punya peluang besar untuk menang. Apalagi, pertandingan kedua nanti bakal dihelat di Anfield.
ADVERTISEMENT
Oke, berarti, intinya Liverpool juga punya kans besar buat menang? Tapi, kalaupun menang, mereka belum tentu jadi juara?
Yah, begitulah. Memang kejam sepak bola ini. Walaupun hasil imbang diakui, tetap saja ini adalah zero-sum game yang tak mengenal belas kasih. Nantinya, cuma ada satu juara dan merekalah yang bakal dicatat di buku sejarah. Tapi, mustahil, sih, untuk enggak mengenang tim Liverpool yang ini. Bayangkan, 97 poin. Itu adalah jumlah poin tertinggi ketiga dalam sejarah Premier League. Bayangkan.
Setuju. Tapi, pertanyaan tadi tetap belum terjawab. Kira-kira, City atau Liverpool yang akan jadi juara?
Aku ini bukan dukun. Sudahlah, tonton saja pertandingannya sendiri.
Yhaaa~
Bye.