Yang Terpenting bagi Giampaolo, Milan Melawan walau Tertekan

6 Oktober 2019 10:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih AC Milan, Marco Giampaolo. Foto: Miguel MEDINA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih AC Milan, Marco Giampaolo. Foto: Miguel MEDINA / AFP
ADVERTISEMENT
Akhirnya AC Milan merasakan kembali semenyenangkan apa menutup laga dengan kemenangan. Bertanding melawan Genoa pada Minggu (6/10/2019), Milan menyegel kemenangan 2-1 berkat gol Theo Hernandez dan Franck Kessie.
ADVERTISEMENT
Genoa sebenarnya unggul lebih dulu pada menit 40 lewat gol Lasse Schoene. Namun, ya, itu tadi. Milan berhasil membalas.
Menemukan game changer adalah tugas penting bagi seorang pelatih. Beruntunglah Milan karena pelatih mereka, Marco Giampaolo, mampu merespons ketertinggalan dengan tepat.
Sebelum babak kedua dimulai, Giampaolo mengutus Rafael Leao dan Lucas Paqueta untuk menggantikan Krzysztof Piatek dan Hakan Calhanoglu. Keputusan ini memberi kemujuran buat Milan.
Gol Hernandez pada menit 51 adalah buktinya. Gol penyama kedudukan itu dimulai dari umpan Paqueta kepada Hernandez via tendangan bebas. Usai melakukan solo-run, Hernandez melayangkan sepakan yang gagal dihalau Andrei Radu.
Enam menit berselang, Milan unggul. Leao melambungkan bola di kotak penalti lawan dan mengenai tangan Davide Biraschi. Tak lama, wasit menyimak kembali insiden ini via Video Assistant Referee. Fragmen ini lantas ditutup dengan perayaan gol Kessie usai menuntaskan tugasnya sebagai eksekutor tendangan penalti.
ADVERTISEMENT
"Untungnya kepala saya tetap dingin di sepanjang pertandingan. Ini pertandingan yang sulit, kami seperti tenggelam dan menerima banyak tekanan," ujar Giampaolo, dilansir Football Italia.
"Tim pantas dipuji karena mereka berhasil keluar dari tekanan. Saya bahkan tidak peduli waktu mereka salah umpan atau jika tembakan mereka melenceng dari gawang. Yang penting ialah respons mereka. Karakter tim terlihat dari respons saat ditekan," jelas Giampaolo.
Milan tampil lebih menekan di babak kedua dibanding dengan babak pertama. Sebenarnya jumlah percobaan tembakan mereka tidak berbeda jauh dibandingkan di paruh pertama.
Masalahnya adalah efektivitas. Dari empat percobaan di babak pertama, hanya dua yang mengarah ke gawang. Bandingkan dengan babak pertama. Dari lima percobaan, Milan mencatatkan empat tembakan tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Kondisi Milan di babak pertama itu masuk akal karena tiga dari empat tembakan itu dilesakkan dari jarak jauh. Para penyerang Milan yang turun arena di babak pertama sering kelimpungan menghadapi pengawalan dan adangan bek Genoa.
Daripada bola direbut, lebih baik langsung dilesakkan. Namun, ya, begitu. Jangankan menjadi gol, akurat pun tidak.
Lain cerita di babak kedua. Milan bahkan berhasil merangsek masuk ke dalam kotak 6 yard dan melepaskan dua tembakan dari sana meski hanya satu yang mengarah gawang.
Namun, dua percobaan dari dalam area penalti dan satu di luar kotak tepat sasaran. Milan juga lebih gigih memberikan tekanan saat tidak menguasai bola. Tercatat, mereka membuat sembilan tekel sukses, tiga intersep, dan empat sapuan.
ADVERTISEMENT
Kreativitas Milan menciptakan peluang masih menjadi catatan. Di sepanjang babak kedua ketika mereka unggul pemain saja, Milan cuma mampu membuat tiga umpan kunci, sedangkan Genoa membuat enam umpan kunci.
Untungnya Milan tidak kehabisan akal. Kalau dari open play tidak bisa mencetak gol, kenapa tidak mencoba skema bola mati?
"Saya ingin kami tetap menunjukkan karakter seperti ini. Saya juga berharap agar kualitas permainan tim ini semakin tajam dan lebih tinggi," ujar Giampaolo.
Kemenangan ini jelas begitu penting bagi Milan. Sebelumnya Milan menelan tiga kekalahan beruntun di Serie A 2019/20. Kondisi itu turut memperparah posisi Milan di klasemen.
Usai kalah 1-3 dari Fiorentina pada pekan lalu, Milan terperosok hingga peringkat 16 dengan koleksi enam poin. Kemenangan kali ini lantas turut membawa mereka naik ke peringkat 11 sementara.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Milan tidak bisa senang dulu. Masih ada tujuh pertandingan pekan ketujuh Serie A 2019/20 yang belum digelar. Karena itu, bukan tak mungkin Milan akan kembali turun ke papan bawah.