Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Yoo Hyun-koo Merasa Aneh Liga 2 Berjalan di Tengah Kasus Tunggakan Gaji Pemain
18 Maret 2020 13:24 WIB
![Pelatih Kalteng Putra (kiri), Gomes de Olivera dan Yoo Hyun-goo (kanan) dalam sesi jumpa pers sebelum laga perempat final Piala Presiden 2019. Foto: Alan Kusuma/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1553677400/ne571e7w6f7i4hv4voer.jpg)
ADVERTISEMENT
Yoo Hyun-koo menjadi salah satu pemain yang vokal menagih gaji kepada Kalteng Putra . Sampai-sampai pemain asal Korea Selatan ini mengunggah kover perjanjian kontrak dengan Laskar Isen Mulang di Instagram pribadinya @yuhyunkoo9.
ADVERTISEMENT
Gelandang 37 tahun itu punya hak yang belum dibayarkan Kalteng Putra sebesar Rp210 juta. Detailnya, satu bulan gaji Agustus (Rp75 juta), kompensasi (Rp75 juta), dan pembayaran rumah kontrakan serta tiket pesawat (Rp60 juta).
Itu masih soal tunggakan kepada Yoo saja. Laskar Isen Mulang masih punya utang gaji 25 pemain lainnya berkisar Rp1,4 miliar selama tampil di Liga 1 musim 2019.
Menariknya, Kalteng Putra tetap bisa tampil di Liga 2 2020 seakan tak punya masalah. Padahal, kasus tunggakan gaji itu membuat Laskar Isen Mulang tak lolos verifikasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI ).
“Anehnya, kenapa tahun ini bisa jalan kompetisi (Liga 2 )? Musim lalu contoh baik. Saya dulu pernah bermasalah dengan Sriwijaya FC (2018). Mereka terpaksa melunasi karena kompetisi mau bayar. Kalau belum bayar, mereka tidak bisa ikut. Klub-klub takut tidak boleh main jika utang belum lunas. Kalau seperti itu, kami bisa tenang. Namun, kemarin pertandingannya tetap jalan,” kata Yoo.
ADVERTISEMENT
Yoo sedang merasa waswas lantaran Liga 2 bisa bergulir tanpa ada kejelasan klub melunasi utangnya. Gelandang Korea Selatan itu khawatir bahwa kasus Kalteng Putra akan jadi contoh buruk ke depan.
Dengan kata lain, klub menyepelekan soal hak pemain, tak mematuhi perjanjian, dan tak ada hukuman yang membuat efek jera.