Ambisi Brasil di Olimpiade 2024: Persembahkan Emas buat Marta da Silva

23 Juli 2024 16:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi Marta setelah Brasil disingkirkan Prancis. Foto: Reuters/Lucy Nicholson
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Marta setelah Brasil disingkirkan Prancis. Foto: Reuters/Lucy Nicholson
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi publik sepak bola wanita, nama Marta da Silva mungkin sudah lekat di telinga. Ia adalah salah satu pesepak bola wanita terhebat sepanjang sejarah dengan sederet prestasi, baik untuk klub atau negara.
ADVERTISEMENT
Gelar Pemain Terbaik Wanita FIFA sudah disandangnya enam kali. Raihan itu sekaligus menandakan bahwa ia masih yang the GOAT di kancah sepak bola wanita setidaknya hingga saat ini.
Namun, tumpukan prestasi individu Marta tak sejalan dengan torehannya saat membela timnas. Ia tak pernah membawa Brasil menjuarai turnamen besar internasional sepanjang 20 tahun lebih kariernya di sepak bola.
Prestasi tertingginya hanyalah berkalung medali perak di tiga turnamen akbar: Olimpiade 2004 dan 2008 serta Piala Dunia Wanita 2007.
Tentu sangat aneh mengingat Brasil adalah ratu di benuanya sendiri. Mereka sukses memborong delapan dari sembilan Copa America sejak 1991. Olimpiade tentu gelar prestisius yang mereka incar selanjutnya.
Tapi, Olimpiade Paris 2024 bakal jadi panggung akbar terakhir bagi pemilik nama lengkap Marta Vieira da Silva itu. Marta bakal melakukan Last Dance-nya dengan Brasil di Paris nanti.
ADVERTISEMENT
"Saya telah memberikan kontribusi yang seharusnya saya berikan kepada tim nasional. Saya merasa nyaman untuk pergi karena ketika saya melihat sekeliling saya dan melihat pemain yang sangat, sangat bagus, pemain muda yang dapat terus bekerja keras dan terus mewakili Brasil dengan sangat baik," kata Marta dikutip dari Orlando Sentinel.
Laga di Paris esok bakal jadi turnamen internasional terakhir bagi Marta. Perasaannya campur aduk; di satu sisi ia sedih karena harus berpisah dengan Brasil, di sisi lain ia bahagia melihat generasi penerus yang sangat potensial di As Canarinhas.
Marta sudah siap menurunkan ban kapten di lengan kirinya pada generasi baru nanti.
"Ini sudah menjadi bagian besar hidup saya, sejak saya berusia 14 tahun, saya meninggalkan rumah dan kemudian saya hanya menjalani hidup dengan sepak bola setiap hari. Saya merasa mungkin sudah waktunya untuk sedikit menjauh dari itu dan membiarkan para pemain muda bersinar," lanjut Marta.
Timnas Wanita Brasil saat melawan Meksiko pada pertandingan pertandingan semifinal CONCACAF Women's Gold Cup 2024. Foto: USA TODAY Sports/via REUTERS

Tekad Brasil Raih Emas untuk Marta

Keputusan Marta untuk pensiun dari Timnas Brasil sudah diungkapkan dari beberapa bulan lalu. Statement itu jelas jadi pukulan telak bagi Brasil yang harus ditinggal salah satu legendanya.
ADVERTISEMENT
Rekan-rekan Marta di Brasil tak ingin terus meratapi itu. Mereka mengubah kesedihan jadi motivasi tinggi untuk mempersembahkan yang terbaik bagi sang legenda. Brasil siap mati-matian demi Marta da Silva.
"Dengan pernyataannya bahwa ini adalah Olimpiade terakhirnya, itu berarti dia dan kami memiliki lebih banyak tanggung jawab untuk mengakhiri turnamen ini dengan baik, dengan gelar yang tidak dimiliki tim nasional dan dia juga tidak memilikinya," kata Adriana, penyerang Brasil yang kini bermain di Orlando Pride dengan Marta.
"Jadi, ini menjadi motivasi lebih bagi kami untuk membantunya dan semoga menang."
Rafaelle Leone, bek Brasil, juga merasa punya tanggung jawab yang sama. Tekadnya memuncak, ia siap melakukan segalanya agar akhir kisah Marta di Brasil berakhir bahagia.
ADVERTISEMENT
“Saya merasa setiap kali melangkah di lapangan, bermain dengan Marta di sisi Anda, itu merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Dia pemain yang hebat dan kami harus bermain untuknya sekarang,” tutur Rafaelle.
Marta Vieira da Silva Foto: Ayaka Naito/AFP

Andalkan Pengalaman, Jalani Peran Ganda

Menginjak usia ke-38, Marta tahu betul bahwa ia tak bisa bertumpu dan mengandalkan kecepatan atau kelenturan fisiknya untuk bermain. Kini jurus jitunya adalah pada pengalaman. Kepiawaian membaca situasi dan pergerakan lawan jadi kuncinya saat ini.
Marta mengaku bahwa ia masih sangat bisa membaca permainan dengan baik di lapangan.
"Saya mencoba menempatkan diri saya dalam situasi yang baik untuk memberikan yang terbaik bagi tim. Jadi saya tidak akan bersaing sepanjang waktu dengan pemain yang 10, 11 tahun lebih muda dari saya. Namun, saya mungkin bisa menggunakan otak saya sedikit lebih cepat dan kemudian membaca situasi serta mencoba melakukan yang terbaik," kata pemain Orlando Pride itu.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, Marta juga tak bisa terus memaksakan diri untuk bermain full di lapangan. Maka, yang dilakukannya saat ini adalah memberi arahan dan bimbingan pada pemain-pemain muda.
Perannya di Brasil juga saat ini menjadi ganda. Tak hanya jadi pemain, Marta juga secara tak langsung jadi pelatih bagi pemain yang berusia jauh di bawahnya.
"Jadi saya mencoba untuk berbagi yang terbaik dari diri saya dan yang terbaik dari apa yang saya alami dalam sepak bola dengan para pemain agar mereka merasa nyaman, atau membuat mereka merasa bangga berada di sana," tutup Marta.
Saat ini, Marta masih memegang rekor pencetak gol terbanyak di Piala Dunia, baik wanita maupun pria dengan torehan 17 gol. Sedangkan di Olimpiade ia catatkan 13 gol, kurang satu saja untuk menyamai raihan legenda Brasil yang lain, Cristiane.
ADVERTISEMENT