Begini Kualitas Pesepak Bola Putri Kudus Setelah Ikuti 3 Seri MSC

28 September 2024 9:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
MilkLife Soccer Challenge Kudus Series 3 2024. Foto: Dok. MilkLife Soccer
zoom-in-whitePerbesar
MilkLife Soccer Challenge Kudus Series 3 2024. Foto: Dok. MilkLife Soccer
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MilkLife Soccer Challenge Kudus Series 3 resmi dimulai pada awal pekan ini. Turnamen sepak bola putri U-10 dan U-12 itu digelar selama enam hari sejak Senin (23/9) hingga Sabtu (29/9).
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan tujuh kota lainnya di 2024 ini, Kudus jadi satu-satunya kota yang menggelar MilkLife Soccer Challenge sebanyak tiga putara. Sedangkan tujuh kota lainnya hanya dua putara di tahun ini.
Tak hanya menjadi kota dengan edisi terbanyak, MSC Kudus juga berhasil memecahkan dua rekor soal jumlah peserta dan jadwal penyelenggaraan. Total 1.886 siswi saling beradu keterampilan mengolah bolanya dalam enam hari di Super Soccer Arena dan Lapangan Rendeng.
Dengan digelarnya MSC sebanyak tiga kali dalam setahun, bagaimana progres peningkatan kualitas pesepak bola putri di Kudus? Apakah Djarum Foundation selaku penyelenggara sudah memenuhi ekskpektasinya?
Untuk menjawab pertanyaan itu kumparanBOLANITA berbincang dengan Program Director Djarum Foundation, Yoppy Rosimin. Menurutnya, secara kuantitas gelaran MSC di Kudus ini sudah sangat bagus karena tujuan awalnya adalah pemassalan sepak bola putri.
Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin di Supersoccer Cafe, Kamis (31/8). Foto: Andi Fajar/kumparan
Namun, membludaknya jumlah peserta atau kuantitas pemain itu masih belum diimbangi dengan kualitasnya. Yoppy menuturkan kekuatan pemain belum merata, ada sekolah yang sudah baik secara perkembangan lalu ada juga yang masih harus ditingkatkan lagi.
ADVERTISEMENT
"Dari kuantitas sangat bagus, drawing-nya bagus. Dari kualitas didominasi SD SD tertentu, jadi memang belum merata. Tapi memang naturalnya seperti itu, jadi memang kita pemassalan pasti akan seprti itu," tutur Yoppy Rosimin kepada kumparanBOLANITA, Jumat (27/9), di Super Soccer Arena.
"Nanti step selanjutnya adalah dengan Liga SSB KU-14 itu akan lebih merata kualitasnya," sambung Yoppy.
Timo Scheunemann, pelatih kepala MilkLife Soccer Challenge ketika diwawancarai tim kumparanBOLANITA di Progresif Sport Centre, Bandung, Sabtu (22/6). Foto: Antika Fahira/kumparanBOLANITA
Sementara itu, Head Coach MilkLife Soccer Challenge Timo Scheunemann menilai, progres atau peningkatan kualitas itu tergantung dari individu atau sekolah yang turut serta. Jika peserta berlatih sungguh-sungguh setelah MSC 1 dan MSC 2 maka kualitasnya akan terlihat.
Baginya, pemain atau sekolah tak bisa hanya bertumpu kepada MSC saja untuk meningkatkan kualitasnya. Ia menyarankan agar individu atau sekolah mengadakan latihan tambahan baik di rumah atau sekolah untuk mengembangkan teknik dasar dalam bermain sepak bola.
ADVERTISEMENT
"Perbedaan Series 2 dan 3 itu terlihat bahwa sekolah yang serius itu sedang berkembang dan kelihatan perkembangannya. Jadi tidak bisa dibohongi, yang serius berkembang, yang kurang serius alakadarnya ya akhirnya perkembangannya minim,"
"Termasuk secara individu apakah melakukan ball mastery di rumah, jadi kita kasih PR buat anak-anak tuh jadi selain push ke SSB, SD latihan, kita push supaya latihan di rumah."
"Nah ada guru yang membelikan bola untuk anak-anak didiknya dan hal seperti itu yang membuat saya sangat respect. Ada yang seperti itu ada yang baru mau turnamen baru latihan, itu kelihatan jelas dari attitude sekolah, pelatih kelihatan gak bisa dibohongi pasti hasilnya gak sama," tutup pelatih yang mengantongi lisensi UEFA Pro License tersebut.
ADVERTISEMENT