Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Caroline Graham Hansen Ternyata Hampir Pensiun di Umur 23 Tahun, Kenapa?
19 April 2024 17:35 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Ini adalah musim terbaik bagi Caroline Graham Hansen. Performanya selalu memukau setiap kali membela Barcelona .
ADVERTISEMENT
Kontribusinya bagi Blaugrana tak terbantahkan, 26 gol dan 24 assist berhasil ia bukukan hanya dari 31 penampilan. Torehan itu jelas menjadikannya salah satu kandidat terkuat untuk membawa pulang Ballon d'Or Feminin 2024 nanti.
Namun, capaian-capaian besar itu bisa saja tak terjadi jika Graham Hansen memutuskan pensiun beberapa tahun lalu. Tak banyak yang tahu jika penyerang tajam asal Norwegia itu sempat berpikir untuk gantung sepatu di usia yang terbilang muda, 23 tahun.
Kata pensiun sempat terlintas di kepalanya usai alami cedera serius pada 2018 silam. Cedera itu didapatnya saat membela Wolfsburg kontra Lyon di final Liga Champions Wanita 2017/18. Graham Hansen tak menyelesaikan pertandingan, ia ditarik keluar di babak pertama.
Selepas laga, Graham Hansen sempat putus asa dengan parahnya cedera yang ia derita. Pikirannya tak karuan, ia bahkan sempat bilang pada keluarganya untuk berhenti main sepak bola.
ADVERTISEMENT
"Pada saat itu, setelah begitu banyak rehabilitasi, saya tidak punya motivasi," imbuhnya.
Bagi sebagian pemain, bukan hanya fisik yang sakit saat cedera. Mental juga ditempa sama beratnya. Rasa khawatir hingga putus asa tak bisa melanjutkan karier selalu membayangi pikiran mereka.
Tapi, Graham Hansen termasuk yang beruntung, mentalnya selamat berkat orang-orang terdekat.
Selama proses rehabilitasi, Graham Hansen ditemani oleh salah satu senior sekaligus teman dekatnya di Timnas Norwegia, Mats Moller Daehli. Keduanya disebut kerap menghabiskan waktu bersama saat rehabilitasi, dan itu ternyata ampuh bagi pemulihan Graham Hansen.
Di samping itu, pihak keluarga juga memberi support penuh bagi sang pemain. Dua pihak itulah yang membuat proses pemulihan Graham Hansen berlangsung sukses dan mentalnya pulih.
ADVERTISEMENT
"Mereka (keluarga) mendukung saya, membuat saya tetap tenang dan bilang 'Hei, santai saja. Jangan berpikir terlalu jauh ke depan'," tutur Hansen.
Keteguhan Graham Hansen melewati masa-masa sulit membuahkan hasil yang sepadan. Di tahun berikutnya, ia dilirik oleh salah satu raksasa Spanyol, Barcelona.
Sempat Diragukan, Kini Jadi Andalan
Caroline Graham Hansen diikat Barcelona di musim panas 2019. Tapi, saat itu ia mendapat cibiran sekaligus keraguan atas keputusannya pindah ke Catalunya.
Pertama, ia dituduh pindah ke Barca karena uang semata. Sebab, di masa itu Barcelona memang belum sedominan saat ini. Di kancah Eropa, kala itu, Wolfsburg sudah punya dua trofi UWCL sedangkan Barca belum.
Kedua, Graham Hansen diragukan bakal cocok dengan gaya main khas Barcelona yang mengandalkan passing-passing pendek. Graham Hansen yang lebih dominan sebagai winger dan mengandalkan akselerasi dianggap tak akan bisa beradaptasi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Tapi, kegigihan Graham Hansen sukses mematahkan dua anggapan di atas. Pemain yang lahir 18 Februari 1995 itu klop dengan Barca sekaligus menghadirkan belasan trofi.
"Saya pikir, saya didatangkan untuk membawa keberagaman, untuk keluar dari gaya passing."
"Saya adalah tipe pemain vertikal yang bergerak cepat dalam transisi. Saya bisa menggiring bola, keluar dari ruang tertutup ketika tidak ada ruang sehingga membuat tim lawan tidak seimbang," ucap Graham Hansen soal gaya permainannya yang memberi warna tersendiri bagi Barcelona.
Graham Hansen sukses membuktikan ucapannya. Di musim ini, ia sering terlibat dalam gol yang dilesakkan Barcelona. Permainannya di sisi kanan sangatlah efektif, usai melakukan penetrasi ia kerap memberi assist pada rekannya di kontak penalti.
ADVERTISEMENT
Setelah lima tahun berseragam Barcelona, Graham Hansen telah menciptakan 92 gol. Menariknya, jumlah assist-nya juga tak kalah banyak, yakni 49. Angka yang sangat besar bagi seorang winger.
Namun, dengan segala kontribusi dan pencapaiannya, Graham Hansen tak kunjung mendapat gelar Ballon d'Or Feminin. Prestasi individu tertingginya ialah jadi Pemain Terbaik Liga F musim 2020/21. Mungkinkah tahun ini CGH merasakan trofi individu paling prestisius tersebut?