Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Celana Putih Bisa Bikin Performa Tim Wanita Turun, kok Bisa?
20 Maret 2024 16:02 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Pemakaian celana putih ternyata bisa mempengaruhi performa pesepak bola wanita saat bertanding. Tim yang menggunakan celana putih ternyata punya capaian yang lebih buruk dibanding tim yang memakai warna lain. Kenapa ini bisa terjadi dan apa alasannya?
ADVERTISEMENT
Nah, Alex Krumer dari Molde University College di Norwegia membuat satu penelitian khusus soal dampak penggunaan celana putih pada pemain wanita. Penelitian itu bermula dari rasa penasarannya atas keluhan sejumlah pemain yang timnya menjadikan warna putih sebagai warna dasar celananya.
Dalam risetnya, Krumer mengumpulkan semua hasil pertandingan sepak bola di Piala Dunia dan kejuaraan di Eropa antara tahun 2022 hingga 2023. Ia meneliti sepak bola wanita dan pria secara bersamaan.
Setelah melakukan pengambilan data, Krumer pun lalu membagi hasilnya dalam dua bagian; tim dengan celana putih dan non putih. Hasilnya, tim yang menggunakan celana putih rata-rata memperoleh 1,27 poin setiap match. Sedangkan, tim yang memakai warna selain putih punya rerata poin yang lebih tinggi, yakni 1,57.
ADVERTISEMENT
Ada sejumlah variabel yang menjelaskan temuan penelitian itu. Namun, yang paling mendominasi yakni soal rasa cemas dan ketidaknyamanan pemain wanita saat menstruasi dan harus memakai celana putih. Dari hasil penelitiannya, celana putih disebut membuat pemain tak maksimal saat main Si Kulit Bundar.
"Salah satunya adalah kebocoran yang menyebabkan kurang percaya diri di kalangan perempuan. Ada penelitian tentang hal itu dimana perempuan secara eksplisit mengatakan bahwa celana pendek putih membuat mereka cemas dan tidak mau bermain," kata Krumer dari hasil penelitiannya dikutip dari Play The Game.
Selain rata-rata jumlah poin, tim atau negara yang bercelana putih juga punya rata-rata peringkat sedikit di bawah tim yang pakai celana warna lain.
"Tim yang memakai celana pendek putih memiliki rata-rata peringkat FIFA 13,6 menurut data saya. (Lalu) tim yang memakai celana pendek non-putih 13,7," imbuh profesor di Molde University itu.
ADVERTISEMENT
Sempat disinggung bahwa Krumer tak hanya meneliti tim wanita, tapi juga tim pria. Dan, hasilnya cukup kontras dengan tim wanita. Penggunaan celana putih bagi tim laki-laki tak memiliki dampak apa pun, baik secara performa atau rata-rata perolehan poin per game-nya.
Sangat wajar jika hasil penelitian pada tim pria menunjukkan hasil demikian. Sebab, pria tak mengalami kecemasan yang sama dengan wanita saat menstruasi. Jadi, pria seharusnya tak masalah menggunakan celana dan pakaian dengan warna apa pun.
"Untuk (tim) pria, kami tidak menemukan efek apa pun. Tidak ada perbedaan antara pertandingan yang dimainkan menggunakan celana putih atau non-putih," tutur Krumer.
Dalam kesimpulannya, Krumer pun menekankan satu hal: hindari celana putih untuk tim sepak bola wanita. Alasannya sederhana, satu, wanita akan jauh lebih nyaman saat berlaga, kedua, meminimalisasi kekalahan.
Partisipasi Perempuan di Sepak Bola Masih Rendah
ADVERTISEMENT
Keluhan pemain wanita soal celana putih sebenarnya sudah beberapa kali disuarakan, salah satunya hadir dari Mary Fowler. Bomber Manchester City itu sempat curhat kalau celana putih bikin dirinya nggak nyaman saat bermain.
Bahkan, suatu waktu, ia pernah harus memakai empat lapis celana saat menstruasi. Tujuannya, ya, untuk mencegah agar darah yang keluar saat menstruasi tidak merembes ke celana Man City yang berwarna putih.
Pemain Timnas Wanita Denmark juga sempat mengungkapkan nada keluhan yang hampir sama. Mereka bahkan sempat memprotes pihak federasinya pada 2023 lalu agar menyetop penggunaan celana putih yang menjadi celana di jersi utamanya.
Meski telah beberapa kali disuarakan, tapi penggunaan celana putih masih mendominasi pada Piala Dunia Wanita 2023 kemarin. 19 dari 32 tim kontestan masih menggunakan celana putih saat mereka bertanding.
ADVERTISEMENT
Alex Krumer berspekulasi bahwa hal itu masih bisa terjadi karena sebagian besar ofisial hingga decision maker di sepak bola wanita adalah laki-laki. Padahal, kaum Adam tak merasakan apa yang wanita rasakan dengan celana putihnya.
“Ini artinya bahwa perempuan kurang punya partisipasi dalam olahraga. Padahal, harusnya olahraga menjadi sarana pemberdayaan gender, misalnya melalui jejaring sosial," imbuh Alex Krumer
"Jika perempuan lebih sedikit berolahraga, mereka memiliki lebih sedikit jaringan dan lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik lalu menghasilkan banyak uang," pungkas Krumer.