Coach Timo Harap Pembinaan Usia Dini Bawa Indonesia Tampil di Pildun Wanita 2031

8 Mei 2025 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timo Scheunemann berbagi pangalaman dan materi seputar penguasaan bola hingga program latihan sesuai standar Sekolah Sepak Bola (SSB) di Supersoccer Arena, Rendeng, Kudus, Jawa Tengah. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Timo Scheunemann berbagi pangalaman dan materi seputar penguasaan bola hingga program latihan sesuai standar Sekolah Sepak Bola (SSB) di Supersoccer Arena, Rendeng, Kudus, Jawa Tengah. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
2023 lalu jadi titik awal pemassalan sepak bola wanita usia dini. Dimulai dari Kota Kudus, Bakti Olahraga Djarum Foundation menggelar turnamen sepak bola putri MilkLife Soccer Challenge untuk kelompok usia 10 dan 12 tahun.
ADVERTISEMENT
Setelah dua tahun berjalan, program tersebut kini sudah menjangkau delapan kota di Pulau Jawa. Hingga akhir 2024 kemarin, setidaknya ada 12.778 atlet yang berpartisipasi dalam gelaran tersebut.
Kini, pembinaan sepak bola wanita tak hanya berhenti di kelompok usia 10 dan 12 tahun. Program tersebut dilanjutkan bagi atlet U-14 dan U-16 melalui turnamen sepak bola wanita HydroPlus Piala Pertiwi yang digelar di 16 wilayah di Indonesia.
Timo Scheunemann, mantan pelatih Timnas Wanita Indonesia yang kini jadi Pelatih Kepala MilkLife Soccer, berharap pembinaan sepak bola putri yang dilakukan dapat membuahkan hasil yang nyata di masa depan. Ia pengin melihat Indonesia tampil untuk pertama kalinya di Piala Dunia Wanita 2031 mendatang.
Menurut Timo Scheunemann, pemain-pemain dari Piala Pertiwi U-14 dan U-16 yang bertanding tahun ini akan mencapai puncak performanya pada 2035 mendatang saat usia mereka berkisar 24-26 tahun.
ADVERTISEMENT
“Kita challenge pertama masuk Piala Dunia (Wanita) yang make sense kan 2031. Kenapa 2031? Di situ tiket Asia-nya ditambah,” tutur Timo kepada awak media usai gelaran MilkLife Soccer Challenge Jakarta di Kingkong Soccer Arena, Jakarta Timur, Minggu (4/5).
“Dan yang sekarang (Piala) Pertiwi U-14 & U-16 peak-nya di sana ya, 2031, di situ lah. Jadi bukan peak sih peak-nya nanti 2035. Jadi 2031 itu first attack-lah,” lanjut Pelatih Garuda Pertiwi di 2008 itu.
Katarina Stalin berebut bola saat Timnas Wanita Indonesia menghadapi Kamboja di final ASEAN Women's Cup 2024. Foto: Dok. PSSI

Naturalisasi Boleh, tapi Harus Berkualitas

Untuk menuju Piala Dunia Wanita 2031 mendatang, Timo memang memprioritaskan hasil pembinaan sepak bola wanita dari usia dini. Namun, ia juga tak menampik jika Garuda Pertiwi menggunakan cara lain seperti naturalisasi pemain dan menarik diaspora di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Timo menyarankan agar naturalisasi pemain di Timnas Wanita Indonesia didasarkan pada dua aspek, yakni berkualitas dan masih muda. Pelatih yang mengantongi Lisensi UEFA A Pro itu mencontohkan pemain seperti Katarina Stalin yang harusnya digaet untuk membela Merah Putih.
Menurut Timo, Katarina yang masih berusia 16 tahun memiliki kualitas yang memumpuni. Pemain yang kini berlaga di Liga Pelajar Amerika Serikat (ECNL) itu juga bisa jadi proyeksi jangka panjang untuk menggapai Piala Dunia Wanita 2031 mendatang.
“Kalau yang saya suka, bener-bener suka sih ini, (Katarina) Stalin. Kalau itu menurut saya kualitas dan masih muda. Masih muda berkembang, karena masih 16 tahun. Jadi masih bisa berkembang dipersiapkan untuk tim 2031,” sambung Timo.
ADVERTISEMENT