Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Di Balik Ambisi Jepang Jadi Host Piala Dunia Wanita 2031
27 Oktober 2024 12:46 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) memiliki ambisi besar untuk membawa Piala Dunia Wanita 2031 ke Tanah Air mereka. Presiden JFA, Tsuneyasu Miyamoto, menyatakan keinginannya untuk memperkecil kesenjangan antara sepak bola wanita di Jepang dengan Eropa dan Amerika Utara.
ADVERTISEMENT
“Kami ingin meningkatkan nilai sepak bola wanita di sini,” ujar Miyamoto kepada AFP di kantor pusat JFA, Tokyo, Jepang, seperti dikutip dari The Straits Time, Kamis (24/10).
Timnas Wanita Jepang pernah meraih prestasi luar biasa pada Piala Dunia Wanita 2011. Mereka jadi juara setelah mengalahkan Amerika Serikat lewat adu penalti di final. Gelar tersebut menjadi yang pertama dan satu-satunya bagi tim Asia di ajang ini.
Namun, sejak saat itu, kiprah Nadeshiko sedikit menurun. Pada Piala Dunia Wanita 2015, mereka hanya berhasil menjadi runner-up setelah kalah 5-2 dari Amerika Serikat.
Prestasi tersebut kemudian menurun lebih jauh ketika Jepang tidak berhasil menembus empat besar pada beberapa edisi berikutnya, termasuk saat terhenti di perempat final Piala Dunia Wanita 2023.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Miyamoto berambisi mengembalikan kejayaan timnas sepak bola wanita Jepang dengan menjadi tuan rumah Piala Dunia Wanita 2031. Ia berharap keinginannya bisa terwujud, terutama karena hingga kini belum ada negara Asia yang menjadi tuan rumah ajang empat tahunan tersebut.
Namun sayangnya, Jepang harus menghadapi persaingan ketat dalam memperebutkan status tuan rumah. Sebab, ada beberapa negara yang dilaporkan sudah menyatakan minatnya menjadi host Piala Dunia Wanita 2031, yaitu Amerika Serikat-Meksiko, China, hingga Inggris.
Jepang sendiri punya liga sepak bola wanita profesional, yaitu WE League. Liga itu diluncurkan pada 2021.
Namun, Miyamoto menilai bahwa WE League belum mampu menarik minat penonton dalam jumlah besar. Berbeda dengan liga-liga wanita di Eropa dan Amerika Serikat yang mendapat banyak perhatian untuk sepak bola wanitanya.
ADVERTISEMENT
“Kami punya WE League, tapi masih kesulitan menarik penonton. Kami ingin lebih banyak perempuan bermain sepak bola di sini,” tambah Miyamoto.
Sebagai mantan pemain Timnas Jepang dengan 71 caps dan pernah menjadi kapten di Piala Dunia 2002 dan 2006, Miyamoto punya visi untuk membangun budaya sepak bola Jepang menjadi lebih kuat.
Pengalamannya bermain di klub Austria, Red Bull Salzburg, memberinya inspirasi. “Mereka punya budaya sendiri; sepak bola adalah bagian dari hidup sehari-hari,” kata Miyamoto.
“Kami belum membangun komunitas semacam itu di Jepang. Saya ingin menjadikan sepak bola sebagai budaya di Jepang,” pungkasnya.