Didenda Rp86 Juta usai Chant “UEFA Mafia”, Presiden Brann Sambat UEFA Represif

4 April 2024 16:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim asal Norwegia, SK Brann. Foto: Aset: Instagram/@brannkvinner
zoom-in-whitePerbesar
Tim asal Norwegia, SK Brann. Foto: Aset: Instagram/@brannkvinner
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tim sepak bola wanita asal Norwegia, SK Brann, dijatuhi denda sebesar 5 ribu euro atau sekitar Rp86 juta oleh UEFA. Denda itu dijatuhkan usai suporter Brann dianggap menyanyikan chant bernada negatif kepada UEFA.
ADVERTISEMENT
UEFA menjatuhkan sanksi usai suporter Brann meneriakkan chant "UEFA mafia" dalam pertandingan kontra SKN Polten di Liga Champions Wanita pada Januari lalu. Kalimat tersebut dilontarkan oleh suporter Brann karena timnya tidak diberi tendangan bebas oleh wasit di lapangan.
Teriakan itu dinyanyikan kurang lebih 20 detik saat pertandingan memasuki menit ke-29. Duel itu dimenangkan Brann dengan skor 2-1.
Menurut laporan media Norwegia, NRK, UEFA menyebut jika chant yang diteriakkan oleh suporter Brann di pertandingan tersebut merupakan pernyataan yang provokatif yang bersifat ofensif.
Sementara itu, Brann merasa tak terima dengan denda yang dijatuhkan UEFA. Pihak klub merasa apa yang dilakukan oleh suporternya merupakan bagian dari wujud kebebasan berekspresi.
Brann pun lalu mengajukan banding karena keberatan. Sayangnya, banding mereka ditolak oleh UEFA, alhasil Brann harus tetap membayar besaran denda yang dicantumkan sebelumnya.
Tim asal Norwegia, SK Brann. Foto: Aset: Instagram/@brannkvinner
Presiden Brann, Aslak Sverdrup, baru-baru menuliskan opininya di The Guardian sebagai wujud protes atas hukuman yang dijatuhkan UEFA kepada klubnya. Ada beberapa yang ia soroti, mulai dari UEFA yang membatasi kebebasan berekspresi hingga denda yang dinilai terlalu besar bagi tim wanita.
ADVERTISEMENT
“Kata-kata tersebut terdengar jelas dalam pertandingan, namun sebagai presiden Brann, saya berpendapat bahwa kata-kata tersebut berada dalam kebebasan berekspresi,” tulisnya di kanal The Guardian, Selasa (2/4).
Lebih lanjut, Sverdrup juga merasa keberatan dengan besarnya denda yang dijatuhkan kepada Brann. Jumlah denda itu cukup besar karena di sepak bola wanita jumlah hadiah yang didapat tak sebesar pria.
“Dalam waktu singkat saat pertandingan kami melawan St Pölten pada bulan Januari, pendukung kami meneriakkan “UEFA mafia” setelah tidak mendapat hadiah tendangan bebas,” tulis Sverdrup.
“Masalah besar? Rupanya begitu karena kami didenda 5 ribu euro oleh UEFA. Dalam sepak bola wanita, itu adalah uang yang banyak; sekitar 10% dari hadiah uang untuk memenangkan pertandingan,” imbuhnya kemudian.
Tim asal Norwegia, SK Brann. Foto: Aset: Instagram/@brannkvinner
Terakhir, Sverdrup juga mempertanyakan standar mana yang dipakai UEFA dalam kasus tersebut. Sebab, menurutnya hal-hal yang dilakukan suporter Braan di stadion kala itu sudah dilindungi oleh Pasal 10 ECHR (European Court of Human Rights).
ADVERTISEMENT
"Kami juga bertanya bagaimana UEFA menafsirkan nyanyian tersebut. Kami bertanya 'siapa atau apa yang telah mereka provokasi dan sakiti?' dan 'mengapa penting dalam masyarakat demokratis untuk memberikan sanksi terhadap nyanyian ini?’" tulis Sverdrup.
Di akhir tulisannya, Sverdrup pun berujar kalau UEFA lebih baik memprioritaskan perkembangan sepak bola wanita dibanding mengurus hal-hal semacam itu.
"Daripada membangun penghalang, bergabunglah dengan perempuan untuk mendobrak batasan di sepak bola wanita. Abaikan seruan mafia dan bergembiralah atas dukungan yang diterima perempuan kita dari tribun," tulis Presiden Brann tersebut di akhir tulisannya.