Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Diinterogasi & Diancam Dibunuh, Wasit Wanita Iran Ini Kabur ke Swedia
14 Januari 2025 16:37 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Mahsa Ghorbani, wasit sepak bola perempuan terkemuka dari Iran, akhirnya memutuskan terbang dari tanah airnya dan hijrah ke Swedia. Tekanan, pembatasan, ancaman pembunuhan, serta segala macam ketidakadilan memaksanya untuk pindah dari negaranya sendiri.
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, Ghorbani menjadi wajah kemajuan wanita di kancah sepak bola Iran. Ia menjadi salah satu wasit internasional wanita pertama yang berasal dari Iran. Dimulai dari turnamen U-14, wasit kelahiran 1989 itu resmi menjadi wasit internasional yang diakui FIFA sejak 2017.
Ghorbani berpengalaman memimpin laga di Piala Asia Wanita dan Piala Dunia Wanita 2023. Ia juga menjadi wasit wanita pertama yang memimpin laga CAFA Championship U-20 antara Tajikistan dan Afghanistan pada 2024 lalu.
Tapi, progresnya sebagai seorang wasit terhenti dengan mengerikan saat ia hendak menjadi wasit VAR di pertandingan antara Esteghlal vs Persepolis, dua tim pria terbesar di Iran, pada Maret 2024 lalu. Beberapa hari sebelumnya, ia mendapati dirinya ditentang secara nasional untuk tak ikut campur dalam laga tersebut.
ADVERTISEMENT
Parahnya lagi, Federasi Sepak Bola Iran, 48 jam sebelum pertandingan, menghapus namanya dari daftar wasit pertandingan tersebut.
“Beberapa hari sebelum pertandingan (derby Tehran) itu, pengurus memaksaku untuk datang ke kantor federasi. Ketika aku ke sana, mereka mematikan HP-ku dan mengambilnya. Tasku juga ditaruh di luar ruangan. Di dalam, ada dua petugas keamanan dan beberapa pejabat federasi. Mereka mengunci pintunya,” kata Ghorbani kepada Al Jazeera (13/1).
Ghorbani bercerita, awalnya ia diminta baik-baik untuk mundur sebagai wasit dari pertandingan itu. Mereka minta ia menulis surat yang bilang bahwa dirinya tak siap secara mental untuk menjadi wasit. Mereka juga minta Ghorbani untuk membuat video dan bilang bahwa ia sakit dan tak bisa menjadi wasit.
ADVERTISEMENT
“Isu mereka (federasi) sebenarnya bukan dengan media atau masyarakat Iran. Mereka cuma mau dokumentasi untuk dikirim ke FIFA untuk menghindari gangguan di olahraga mereka. Aku tentu saja tidak menuruti permintaan mereka. Tapi, beberapa waktu kemudian, aku mengetahui bahwa ada surat, yang tidak aku tandatangani atau tulis, yang dikirim federasi ke FIFA bahwa aku sakit dan tidak bisa menjadi wasit di derbi Tehran,” ujarnya.
Tak sampai di situ, ia juga pernah diancam beberapa kali akan disiram cairan asam.
“Mereka bahkan bilang, ‘Kalau kamu keluar dari pintu ini, mereka akan membunuhmu, misalnya lewat kecelakaan palsu. Jadi baiknya kamu bekerja sama,’” tutur Ghorbani kepada Al Jazeera.
“Tapi, jawabanku selalu sama. ‘Aku lebih baik mati daripada hidup tanpa kehormatan,’” katanya.
ADVERTISEMENT
Kejadian ini bukan kali pertama kariernya justru dihambat oleh federasi sendiri. Pada 2022, Ghorbani mengaku tinggal selangkah lagi menjadi wasit di Piala Dunia 2022.
“Tapi federasi menghapus namaku, karena ditekan oleh institusi (internal) lainnya,” ujar Ghorbani. “Mereka takut memberi tempat buat wanita berkembang lebih jauh lagi.”
Hal-hal tersebut membuatnya memutuskan untuk meninggalkan Iran. Ia mengatakan, menjadi wasit di Piala Dunia masih menjadi mimpinya.
“Aku tidak akan meluangkan upaya apa pun agar bisa meraih tujuan ini. Ini penting bagiku, bukan hanya untuk mengangkat namaku, tapi juga untuk dengan bangga mewakili Iran di kancah internasional. Setiap kali memikirkan ini, jantungku berdebar lebih keras penuh pengharapan sebab aku ingin ada di hati orang-orang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT