Duka dan Tak Percaya: Respons Amerika Serikat usai Kalah Dramatis di 16 Besar

7 Agustus 2023 13:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Reaksi Megan Rapinoe dari AS setelah gagal mengeksekusi penalti saat adu penalti di Melbourne Rectangular Stadium, Melbourne, Australia. Foto: Hannah McKay/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Reaksi Megan Rapinoe dari AS setelah gagal mengeksekusi penalti saat adu penalti di Melbourne Rectangular Stadium, Melbourne, Australia. Foto: Hannah McKay/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minggu (6/8) lalu jadi hari berkabung buat Timnas Wanita Amerika Serikat. Itu adalah kali pertama mereka tersingkir di fase gugur awal Piala Dunia Wanita, usai dikandaskan Swedia dalam babak adu penalti.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, dalam delapan seri Piala Dunia Wanita, Amerika Serikat selalu perkasa. Catatan “terburuk” mereka adalah menjadi juara ketiga—prestasi yang bahkan tak bisa dengan mudah diraih negara-negara lain. Mereka menjadi jawara di empat edisi (1991, 1999, 2015, 2019), runner up satu kali (2011), dan sisanya menempati posisi ketiga sebelum akhirnya ambruk di edisi kesembilan.
Rasa kecewa, sedih, dan putus asa, bercampur menjadi satu. Para pemain, juga jajaran pelatih, tidak menyangka bahwa harapan mereka untuk bisa meraih trofi Piala Dunia Wanita ketiga berturut-turut harus pupus di sedini itu.
“Ini terasa seperti mimpi buruk”, kata striker andalan USWNT, Alex Morgan.
Lindsey Horan dan Lynn Williams dari AS berpelukan setelah pertandingan di Melbourne Rectangular Stadium, Melbourne, Australia. Foto: Hannah McKay/Reuters

Tertatih-tatih di Fase Grup, Kandas di Adu Penalti

Ini merupakan tahun terburuk bagi The Stars and Stripes. Tim yang terbiasa melintasi adimarga itu kini terpaksa melewati jalan koyak nan berliku.
ADVERTISEMENT
Sebelum melakoni babak 16 besar, tim asuhan Vlatko Andonovski hanya meraih satu kali kemenangan, yakni saat bersua Vietnam (3-0). Sementara dua lainnya diraih dengan hasil imbang; Belanda (1-1) dan Portugal (0-0).
Laga pamungkas kontra Portugal menjadi mula cibiran publik terhadap Timnas AS. Bagaimana tidak, Portugal–debutan yang notabenenya memiliki peringkat jauh di bawah AS, 21–bisa mengimbangi permainan sang pemuncak strata sepak bola wanita.
Kekecewaan kembali meluap sesaat setelah USWNT tumbang secara tragis dari Swedia. Kekalahan itu sekaligus membuat Megan dkk gagal berhadapan dengan Jepang di perempat final.
Menanggapi situasi ini, sang kapten, Lindsey Horan, angkat bicara. Dirinya mengaku bahwa ia dan timnya memang tidak menampilkan performa sebaik mungkin di babak grup hingga bisa terhempas lewat adu penalti di fase 16 besar.
ADVERTISEMENT
“Kami tampil cukup menghibur, kami menciptakan peluang, (tapi) kami tidak mencetak gol. Ini adalah bagian dari permainan,” ungkap Lindsey Horan yang dikutip dari CNN, Senin (7/8).
“Adu penalti terlalu kejam. Saya bangga kepada setiap pemain yang mau menendang penalti pada hari ini, mencetak (gol) ataupun meleset, (mereka) berani mengambil penalti. Saya sangat bangga dengan tim ini,” imbuhnya kemudian.
Gelandang Timnas AS, Julie Ertz, juga ikut menunjukkan sisi emosionalnya ketika ia dan kawan-kawan dinyatakan gagal melaju ke babak selanjutnya.
“Ini adalah waktu yang emosional. Ini benar-benar menyebalkan. Maksud saya, penalti adalah yang terburuk,” kata pemain kelahiran 1992 itu dengan mata berkaca-kaca. “Tapi sebuah kehormatan untuk (bisa) mewakili tim ini. Saya bersemangat untuk masa depan gadis-gadis itu.”
ADVERTISEMENT
Sama halnya seperti penjaga gawang Timnas AS, Alyssa Naeher, yang kala itu ikut ditunjuk menjadi algojo. Ia mengatakan bahwa meskipun timnya kalah satu milimeter pada Piala Dunia, namun Naeher tetap bangga akan perjuangan rekan-rekannya.
“Saya pikir kami tahu bahwa kami tidak memberikan yang terbaik di penyisihan grup dan kami menginginkan kinerja tim yang lengkap. Ini akan terasa menyakitkan untuk waktu yang lama,” tutur Alyssa Naeher.
Tak hanya itu, sang pelatih, Vlatko Andonovski, juga turut menyayangkan kekalahan tragis yang menimpa ia dan timnya. Kendati demikian, semangat pantang menyerah yang ditunjukkan pemainnya membuat pelatih berusia 46 tahun itu bangga akan perjuangan The Stars and Stripes.
“Kami menunjukkan semua yang kami bisa untuk memenangkan pertandingan. Namun sayangnya, terkadang sepak bola bisa kejam,” kata Vlatko Andonovski soal kandasnya Timnas Amerika Serikat untuk pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya pemain dan pelatih, tersingkirnya The Stars and Stripes di babak 16 besar juga disambut respon yang hangat dari para petinggi Negeri Paman Sam. Ibu Negara, Jill Biden, bahkan turut memberi semangat kepada Alex Morgan dkk agar terus berjuang meski gagal untuk pertama kalinya.
“Hari ini, Anda menginspirasi kami dengan perjuangan dan tekad Anda. Kami bangga pada kalian. Ingatlah selalu bahwa kalian menginspirasi para wanita dan anak perempuan di mana pun untuk tampil dan berjuang demi impian mereka,” cuit Jill Biden melalui akun Twitter-nya.