FIFPro: Kualifikasi yang Tak Seimbang Bahayakan Pesepak Bola Wanita

21 Juni 2023 19:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Amalie Eikeland (Norwegia) berduel dengan Ellen White (Inggris) di perempat final Piala Dunia Wanita 2019. Foto: Damien MEYER / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Amalie Eikeland (Norwegia) berduel dengan Ellen White (Inggris) di perempat final Piala Dunia Wanita 2019. Foto: Damien MEYER / AFP
ADVERTISEMENT
Asosiasi Pesepak Bola Profesional Internasional (FIFPro) mengungkap bahwa kualifikasi Piala Dunia Wanita yang tak seimbang akan membahayakan para pesepak bola wanita. Selain membahayakan kesehatan, kualifikasi yang tak seimbang itu juga berdampak pada mental para pemain.
ADVERTISEMENT
Adapun mekanisme kualifikasi untuk Piala Dunia Wanita berbeda-beda tiap konfederasinya. Hanya satu konfederasi, yakni UEFA (Eropa) yang menyediakan proses kualifikasi khusus.
Sedangkan, lima konfederasi lainnya mengandalkan kejuaraan konfederasi dan merangkap sebagai kualifikasi Piala Dunia. Bahkan, untuk Concacaf (Amerika Utara dan Karibia) dan Conmebol (Amerika Selatan), kejuaraan konfederasi digunakan juga sebagai kualifikasi Olimpiade 2024.
Untuk babak kualifikasi UEFA, setiap tim akan terbagi menjadi sembilan grup plus playoff yang menentukan 12 perwakilan dari Eropa. Sementara itu, kualifikasi AFC (Asia) digelar pada awal Januari 2022 yang membuat pemain kehilangan menit bermain di tim masing-masing, yang berdampak pada sumber pendapatan utama mereka.
Mengutip BBC, FIFPro baru saja menerbitkan sebuah penelitian terbaru yang mengungkap betapa kondisi permainan dan dukungan yang tidak memadai akan berdampak besar pada kesehatan dan kesejahteraan pesepakbola. FIFPro juga mengatakan bahwa lebih dari satu dari tiga pesepakbola mengalami gejala depresi jelang Piala Dunia Wanita.
ADVERTISEMENT
"Kewajiban dan tekanan telah meningkat seiring meningkatnya keharusan untuk profesional, tetapi kondisi dan kesejahteraan pemain tetap sama atau justru menurun," tutur Dr Alex Culvin, kepala penelitian sepak bola wanita FIFPro kepada BBC.
Dalam penelitian tersebut, FIFPro meminta para pemain untuk menilai pengalaman mereka dalam proses kualifikasi selama 18 bulan terakhir dan menanyakan sejauh mana kesehatan, keselamatan, jadwal, kondisi permainan, dan kompensasi yang mereka dapatkan. Sebanyak 362 pemain berpartisipasi dalam survei itu.
Hasilnya, FIFPro menyebut bahwa hampir satu dari tiga pemain yang disurvei mengatakan bahwa mereka tidak mendapatkan kompensasi finansial oleh tim nasional mereka untuk babak kualifikasi. Bahkan, lebih dari setengah dari mereka tidak mendapat pemeriksaan medis sebelum kualifikasi tersebut.
Para pemain juga menyoroti soal fasilitas gym yang tidak sesuai dengan standar profesional. Lalu, untuk akomodasi seperti transportasi juga sekitar 59 persen pemain terbang dengan kelas ekonomi, bahkan saat melakukan penerbangan jarak jauh.
ADVERTISEMENT
“Ini bukan lingkungan yang mendukung pemain untuk menjadi yang terbaik sepanjang waktu. Jumlahnya sendiri cukup mengejutkan dan berbahaya,” ujar Sarah Gregorius, Direktur Strategis FIFPro untuk sepak bola wanita.
Sekretaris Jenderal FIFPro, Jonas Baer-Hoffmann mengaku miris dengan hal tersebut. Piala Dunia Wanita yang seharusnya menjadi puncak dari turnamen sepak bola wanita antara bangsa, justru tidak terakomodir persiapannya oleh para negara peserta.
“Piala Dunia adalah puncak sepak bola tim nasional, tetapi jalur menuju turnamen menentukan kondisi para pemain dalam waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, memastikan kondisi terbaik di sini sangat penting. Kami siap bekerja dengan FIFA dan konfederasi untuk meningkatkan kondisi kualifikasi Piala Dunia dan mengatasi ketidakadilan dan fragmentasi saat ini,” tutur Baer-Hoffmann, dikutip dari laman FIFPro.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan kualifikasi antar-konfederasi itulah yang berpotensi membahayakan para pemain. Ada konfederasi yang membuat babak kualifikasi sebaik mungkin, namun ada juga konfederasi yang menggelar babak kualifikasi tak sesuai jadwal FIFA.
Pemain Amerika Serikat dan Belanda berduel. Foto: REUTERS/Jean-Paul Pelissier

FIFPro Tuntut Kenaikan Bonus Pemain di Piala Dunia Wanita

Pada bulan November 2022 lalu, FIFPro melayangkan surat ke FIFA yang ditandatangani 150 pemain sepak bola wanita internasional. FIFPro menuntut kesetaraan baik finansial maupun kondisi bekerja, utamanya soal kesetaraan dalam hadiah yang diterima perseorangan.
Tuntutan itu tak lepas dari banyaknya tantangan yang harus dihadapi oleh pesepak bola wanita yang berlaga di Piala Dunia. Pasalnya, kebanyakan dari pemain berstatus amatir atau semi-profesional.
Hal itu tentu mempengaruhi persiapan mereka serta penampilan mereka di Piala Dunia Wanita nanti. Selain itu, banyak pemain yang tak punya kesepakatan tertulis dengan asosiasi negara mereka soal bonus dan hadiah yang akan mereka terima.
ADVERTISEMENT
Beruntungnya, tuntutan tersebut dikabulkan oleh FIFA. Nantinya, para peserta Piala Dunia Wanita 2023 kan mendapat bonus langsung meski hanya bermain di fase grup saja.
Para pemain yang berlaga hanya di fase grup akan mendapatkan bonus sebesar USD30 ribu (Rp445 juta). Jumlah bonus itu akan terus meningkat seiring dengan langkah mereka di Piala Dunia. Yang terbesar adalah tim juara, masing-masing pemain diproyeksikan akan mendapat bonus sebesar USD 270 ribu, atau sekitar Rp4 miliar.
Sebagai informasi, pada 2023 ini, FIFA akan menyediakan hadiah total sebesar USD152 juta atau setara Rp2,258 triliun. Jumlah tersebut mencapai tiga kali lipat dari Piala Dunia Wanita edisi 2019, yang hanya memberikan USD50 juta (Rp742 miliar) saja.