FIFPro Luncurkan Panduan 'Kembali Bermain' untuk Pemain dan Staf Wanita Hamil

28 Agustus 2024 18:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sofia Jakobsson dari Swedia duel dengan Crystal Dunn dari Amerika Serikat pada pertandingan Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Tokyo, Tokyo, Jepang. Foto: Edgar Su/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Sofia Jakobsson dari Swedia duel dengan Crystal Dunn dari Amerika Serikat pada pertandingan Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Tokyo, Tokyo, Jepang. Foto: Edgar Su/Reuters
ADVERTISEMENT
Asosiasi Pesepak Bola Profesional (FIFPro) baru saja merilis sebuah panduan baru berisi 48 halaman bertajuk “Postpartum Return to Play”. Panduan ini bertujuan untuk memberikan bantuan dan informasi kepada pesepak bola profesional serta orang-orang terdekat mereka—termasuk keluarga, staf tim, dan kepentingan sepak bola lainnya untuk lebih memahami dalam mengelola kehamilan dan fase setelah melahirkan.
ADVERTISEMENT
Panduan ini membimbing pemain dari langkah awal dalam merencanakan kehamilan sebagai seorang profesional hingga kembali ke peak-nya. Ini lengkap dengan informasi tentang peraturan, metode persalinan, dampaknya, serta dukungan yang dibutuhkan di setiap tahap.
Postpartum Return to Play” dikembangkan oleh para ahli medis dan beberapa pemain sepak bola wanita profesional yang telah mengalami kehamilan dan melahirkan selama karier mereka, antara lain Sara Bjork Gunnarsdottir, Crystal Dunn, Cheyna Matthews, dan Almuth Schult.
Matthews adalah salah satu pemain sepak bola wanita yang memiliki anak sambil masih aktif bermain. Saat ini, ia sudah pensiun setelah melahirkan anak ketiganya pada 2023.
“Saya mungkin menjadi salah satu pemain sepak bola pertama di Amerika Serikat yang memiliki anak di awal karier saya. Saya rasa, itu di tahun kedua atau ketiga saya bermain,” kata Matthews.
ADVERTISEMENT
“Kami melihat semakin banyak kehamilan dan banyak pemain mendatangi saya untuk menanyakan berbagai hal,” sambungnya.
Selain itu, ada pula Crystal Dunn, pemain Timnas Wanita Amerika Serikat, yang melahirkan putranya bernama Marcel pada 2022 lalu. Ia menekankan betapa pentingnya rencana matang agar atlet wanita bisa kembali berkompetisi dengan aman dan terlindungi.
Pemain Timnas Wanita Portugal Diana Silva berebut bola dengan pemain Timnas Wanita Amerika Serikat Crystal Dunn pada pertandingan Grup E Piala Dunia Wanita 2023 di Eden Park, Auckland, Selandia Baru, Selasa (1/8/2023). Foto: David Rowland/REUTERS
Selain itu, Alexandra Gomez Bruinewoud, penasihat hukum senior di FIFPro, mengatakan bahwa masalah utama yang perlu diatasi sekarang adalah memperpanjang kontrak pemain yang masa berlakunya habis selama mereka hamil atau sedang menikmati cuti hamil.
Bruinewoud membantu merancang aturan cuti hamil pertama yang mulai berlaku pada 2021 dan diperbarui pada Juni lalu. Ia juga memberikan nasihat kepada Sara Bjork Gunnarsdottir, pemain Timnas Wanita Islandia, dalam kasus hukum yang sukses melawan klubnya, Lyon, terkait pembayaran cuti hamil.
ADVERTISEMENT
“Rata-rata lama kontrak pemain sepak bola wanita profesional hanya satu tahun. Jadi, di satu sisi, kami memberikan manfaat dan perlindungan yang sangat baik terkait hak-hak cuti hamil dan pembayaran selama cuti hamil,” kata Bruinewoud.
“Di sisi lain, dalam praktiknya, jika tidak ada perpanjangan kontrak, hak-hak ini menjadi tidak pasti. Untuk mendapatkan perlindungan penuh, pemain harus hamil tepat setelah menandatangani kontrak, dan itu tidak masuk akal. Kami sudah memperjuangkan perpanjangan kontrak ini sejak awal,” imbuhnya.
“Kami terus mendorong hal ini. Di setiap pertemuan tentang topik ini, kami selalu menyoroti pentingnya perpanjangan kontrak. Sayangnya, hingga saat ini kami belum mendapatkan dukungan dari pihak-pihak terkait lainnya,” pungkas Bruinewoud.
AC Milan Women. Foto: Dok. AC Milan
Saat ini, baru AC Milan saja yang menerapkan kebijakan seperti itu. Belum lama ini mereka mengumumkan akan menjamin perpanjangan kontrak bagi pemain yang sedang hamil selama musim terakhir kontrak mereka.
ADVERTISEMENT
Klub berjuluk Rossoneri itu akan memperpanjang kontrak otomatis selama satu tahun jika kontrak pemain habis saat mereka mengandung.
Tujuan dari kebijakan tersebut adalah menciptakan suasana yang mendukung agar pemain beserta staf wanita mereka bisa membuat keputusan penting dalam hidup.