Hayes vs Eidevall: Aksi Dorong, Saling Serang, Chelsea-Arsenal Makin Panas

2 April 2024 13:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Manajer Arsenal Jonas Eidevall dan manajer Chelsea Emma Hayes pada Final Piala Liga Wanita FA Arsenal vs Chelsea di Stadion Molineux, Wolverhampton, Inggris, Minggu (31/3/2024). Foto: Action Images via Reuters/Peter Cziborra
zoom-in-whitePerbesar
Manajer Arsenal Jonas Eidevall dan manajer Chelsea Emma Hayes pada Final Piala Liga Wanita FA Arsenal vs Chelsea di Stadion Molineux, Wolverhampton, Inggris, Minggu (31/3/2024). Foto: Action Images via Reuters/Peter Cziborra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pelatih tim sepak bola wanita Chelsea, Emma Hayes, menyebut Jonas Eidevall sebagai orang yang agresif. Disebut demikian, juru taktik Arsenal Women itu tak terima.
ADVERTISEMENT
Cerita bermula pada saat kedua tim bertemu dalam partai final Conti Cup yang digelar di Stadion Molineux, Wolverhampton, Inggris, pada Minggu (31/3). Duel tersebut dimenangi Arsenal berkat gol semata wayang Stina Blackstenius di extra time (116’).
Sebelum pertandingan dimulai, kedua tim memang sempat berselisih pendapat. Chelsea menginginkan sistem satu bola, sedangkan Arsenal lebih menyukai multi-bola. Karena ketidaksepakatan ini, akhirnya keputusan diambil berdasarkan preferensi Chelsea, yakni penggunaan satu bola.
Namun, menjelang akhir pertandingan, ada salah satu pemain Chelsea, Erin Cuthbert, yang melakukan lemparan ke dalam dengan menggunakan bola lain alih-alih bola sebelumnya.
Melihat kejadian tersebut, Eidevall pun langsung mengungkapkan rasa frustrasinya. Dalam tayangan langsung, terlihat pelatih berusia 41 tahun itu sempat berseteru sejenak dengan Cuthbert yang kemudian disimpulkan Emma Hayes sebagai tindakan agresif.
ADVERTISEMENT
“Dengar, saya pikir ada cara untuk bersikap di sisi lapangan, dan ini bukan untuk pertama kalinya. Saya sudah lama berkecimpung di sepak bola wanita dan saya tidak melakukannya,” kata Hayes, menyinggung perilaku Eidevall, kepada BBC Sport pada Minggu (31/3) kemarin.
“Saya tidak mendukung agresi pria di pinggir lapangan. Saya benar-benar tidak setuju. Dan bersikap di depan pemain, bagi saya, itu tidak bisa diterima. Saya kecewa dan saya memberi tahu Jonas (Eidevall) tentang hal itu,” imbuhnya.
Karena insiden ini, pelatih The Gunners langsung diganjar kartu kuning oleh wasit. Namun, Emma Hayes mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan Eidevall seharusnya bisa lebih dari sekadar mendapat kartu kuning.
“Menurutku, tidak pantas bersikap seperti itu. Dia mendapat kartu kuning, dan seharusnya diusir dari lapangan,” ucap Hayes, melansir laman The Guardian pada Selasa (2/4).
ADVERTISEMENT
“Saya tidak pernah mendapat kartu kuning selama 12 tahun, selama saya di sini. Saya sepenuhnya menerima dia adalah pemenang, tetapi perilakunya di pinggir lapangan tidak dapat diterima,” pungkasnya.
Manajer Arsenal Jonas Eidevall dan manajer Chelsea Emma Hayes pada Final Piala Liga Wanita FA Arsenal vs Chelsea di Stadion Molineux, Wolverhampton, Inggris, Minggu (31/3/2024). Foto: Action Images via Reuters/Peter Cziborra
Disebut agresif oleh pelatih tim lawan, Eidevall tak terima. Ia lalu membela diri dengan mengatakan bahwa keputusan ini sudah sesuai dengan apa yang diinginkan Chelsea, yaitu penggunaan satu bola.
“Menurut saya, itu adalah cara yang sangat tidak bertanggung jawab untuk melabeli perilaku yang saya miliki. Saya tidak nyaman dengan sebutan itu,” balas Eidevall.
“Bola ditendang dan Chelsea ingin mengambil bola baru untuk melakukan lemparan ke dalam dengan cepat, dan saya berkata: ‘Kalian ingin bermain dengan satu bola, sekarang kalian harus mendapatkan bola itu’,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah insiden ribut-ribut terjadi, wasit pun meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Pelatih dari dua kesebelasan pun saling berjabat tangan. Namun, usai bersalaman, Hayes terlihat mendorong Eidevall sambil menuding-nuding ke arahnya.
“Saya pikir pasti ada cara Anda bersikap di area teknis, dan ada juga cara Anda bersikap setelah pertandingan. Menjadi pemenang yang baik, tapi Anda juga harus menjadi pihak kalah yang baik dan bertanggung jawab dalam kedua situasi tersebut,” tandas Eidevall.
“Saya senang dengan cara saya berperilaku. Orang lain perlu berkaca dan melihat apakah mereka bahagia dengan diri mereka sendiri,” imbuh mantan pelatih Rosengard tersebut.