Kala Anak-Anak Down Syndrome Jadi Player Escort di Sepak Bola Wanita PON

5 September 2024 19:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-Anak Down Syndrome Jadi Player Escort di Sepak Bola Wanita PON. Foto: PON 2024
zoom-in-whitePerbesar
Anak-Anak Down Syndrome Jadi Player Escort di Sepak Bola Wanita PON. Foto: PON 2024
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada yang spesial di laga pembuka cabor sepak bola wanita PON Aceh-Sumut 2024. Saat pemain Sumatera Utara dan Jawa Barat berbaris memasuki lapangan, tangan mereka digandeng sebaris anak-anak dengan kondisi down syndrome.
ADVERTISEMENT
Anak-anak dengan down syndrome tersebut tampil cerita sebagai player escort Reva Octaviani dkk. Dalam laga yang digelar di Stadion Mini Pancing Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (5/9) itu, antusiasme anak-anak tersebut merembet ke permainan kedua tim.
Anak-anak tersebut tergabung dalam Komunitas Pusat Informasi Kegiatan (PIK) Persatuan Orang Tua dengan Down Syndrome (Potads) Sumut.
Tifa, salah satu dari anak-anak tersebut, merupakan anak dari Umi Idayanti, Ketua Komunitas PIK Potads. Ia bilang, anak-anak tersebut tak kurang-kurangnya bersemangat untuk ikut menyukseskan penyelenggaraan PON XXI.
“Kami tadi siap-siap di rumah sejak pukul 06.00 WIB pagi karena pertandingan dimulai pukul 08.00 WIB. Karena tinggalnya di daerah yang berbeda-beda kami berangkat masing-masing dari rumah,” tutur Umi, dikutip dari website PON 2024.
Tim Sumatera Utara melawan Jawa Barat pada pertandingan PON 2024 di Stadion Mini Pancing, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (5/9/2024). Foto: Ahmad Maherdika
Saat itu Umi terlihat dikelilingi anggota komunitas lainnya yang mendampingi anak-anak mereka. Anak-anak ini terlihat ada yang menari, bermain, dan berlarian.
ADVERTISEMENT
Umi menuturkan, memiliki anak dengan kondisi down syndrome ibarat mendapat anugerah dari Allah SWT. Meski di awal kelahiran anaknya, Umi sempat merasa shock dan terpuruk, namun perlahan dia menyatakan harus menerima kenyataan dan merawat anak ketiganya tersebut dengan penuh kasih sayang.
Setiap Sabtu, Umi Idayanti dan ibu-ibu tergabung dalam Komunitas PIK Potads melakukan pelatihan pengembangan untuk anak-anak mereka di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), yakni Sekolah Luar Biasa (SLB) yang didirikan khusus untuk merawat anak-anak dengan kondisi tuna grahita.
Mereka akan mendapatkan pelatihan pengembangan minat bakat baik itu mewarnai, melukis, menyanyi dan mendapatkan perawatan fisioterapi. Khusus anaknya Tifa, kata Umi, memiliki hobi menari, memainkan alat musik zimbe dan olahraga boce, yakni olahraga untuk anak-anak tuna grahita.
ADVERTISEMENT
Pertandingan pembuka sepak bola wanita PON itu sendiri berakhir buat kemenangan Jawa Barat dengan skor 1-3.