Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kedua Orang Tua Dokter, Kenapa Shalika Aurelia Malah Jadi Pesepak Bola?
26 November 2023 12:45 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Berkarier jadi atlet karena menuruni bakat kedua orang tuanya adalah hal biasa. Tapi, bagaimana jika sang anak memilih jalan yang berbeda 180 derajat dari karier ayah dan ibunya? Anak tersebut memutuskan untuk terjun ke dunia sepak bola di saat kedua orang tuanya berkarier sebagai dokter?
ADVERTISEMENT
Anak tersebut adalah Shalika. Pemilik nama lengkap Shalika Aurelia Viandrisa itu merupakan seorang pemain Timnas Wanita Indonesia yang beberapa kali mengenakan ban kapten di lengan kirinya.
Meski memiliki peran penting di timnas, pada awalnya, Shalika tak begitu serius menggandrungi sepak bola. Ia menganggap itu tak lebih dari sekadar seru-seruan saja ketika bermain dengan sanak saudaranya waktu kecil.
Tapi, semakin ke sini, ia kian mencintai Si Kulit Bundar. Terobsesi, bahkan. Perempuan berusia 20 tahun itu serius terjun ke sepak bola saat usianya menginjak 11 tahun.
Namun, ketika Shalika sudah betul-betul serius mencintai sepak bola, kedua orang tuanya yang dokter itu sempat merasa ragu.
“Ya, pasti susah lah ya, untuk ngelepasin, apalagi di Indonesia di mana sepak bola untuk wanita itu belum hal yang wajar. Apalagi saat aku masih kecil ya. Dan mereka (orang tua) sempat ngelarang juga,” ungkap Shalika kepada kumparanBOLANITA, Senin (23/10).
ADVERTISEMENT
Namun, berkat usaha dan kerja kerasnya, Shalika akhirnya berhasil mendapat restu dari kedua orang tuanya untuk berkiprah di sepak bola. Saat dinyatakan lolos ke Tim Pra-PON DKI Jakarta, ayah dan ibu Shalika bahkan mengaku sangat senang.
Tapi, meski hatinya senang, sang ibunda tetap merasa khawatir saat anaknya harus bolak-balik setiap melakoni sesi pemusatan latihan (TC). Akan tetapi, Shalika tak gentar. Ia tetap meyakini ibunya kalau memang seperti inilah jalan yang harus dilalui saat menjadi pesepak bola.
“Aslinya mama kayak, ‘Ya kamu jangan TC lah, kamu di rumah aja nanti kayak bolak-balik gitu.’ Tapi, ‘Oke, no, nggak bisa, aku harus stay di TC sama temen-temen, sama pelatih’. Saya pengin fokus di sepak bola,” ujar Shalika.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan ibunya, sang ayah, yang merupakan seorang dokter rehabilitasi medis, malah menyuruh Shalika untuk terus fokus di sepak bola jika memang serius di bidang tersebut.
“My dad seneng, sih. Dia lebih kayak, ‘Oke, bagus, berarti kamu pengin jadi atlet, ya udah fokus, serius di bidang itu. Jangan macem-macem,’” tukas Shalika.
Keseriusan Shalika untuk berkarier menjadi seorang pesepak bola dibuktikannya dengan trial bersama beberapa klub besar di Benua Biru. Saat usianya baru 16 tahun, ia sudah melakoni trial atau uji coba di tiga klub bergengsi di Inggris: West Ham, Arsenal, dan Chelsea. Yang terakhir bahkan telah menawarinya full scholarship.
Tapi nahas, karena masalah paspor yang dialaminya, Shalika pun gagal untuk melanjutkan karier di sana. Justru, peruntungannya ada di klub divisi dua Italia, Roma CF, yang mengontraknya selama satu tahun.
ADVERTISEMENT
Saat kembali dari Italia, perempuan kelahiran Jakarta, 1 Agustus 2003 itu didiagnosa cedera ACL. Cedera itu ternyata sudah dialaminya sejak Shalika trial di London, Inggris, pada 2019 lalu.
Shalika akhirnya memutuskan untuk terbang ke Italia dan operasi di sana. Saat itu usianya masih 19 tahun. Namun, ayahnya yang dokter rehab medisnya terus mendukungnya untuk pulih.
“Pasti, untuk dia (ayah) juga sangat susah pas kemarin aku habis cedera. Dia yang ngebantu aku pas pemulihan. Pasti susah untuk kedua orang tuaku untuk ngeliat itu,” kata Shalika.
Kini, setelah hampir pulih dari cederanya, Shalika berambisi untuk kembali berpetualang di lapangan hijau. “Setelah aku ngerasa 100 persen (pulih), baru aku akan kontak-kontak klub dan kita lihat saja dari situ,” pungkas Shalika.
ADVERTISEMENT