Kemenag Kudus Apresiasi MilkLife Soccer Challenge yang Gandeng Siswi Madrasah

29 Agustus 2023 20:13
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
MI NU Al Khurriyah 01 (pink) vs SD NU Tanwirul Qulub (biru). Foto: Antika Fahira/kumparan
ADVERTISEMENT
MilkLife Soccer Challenge Batch 2 memang sangat berbeda jika dibandingkan dengan edisi pertama Juni lalu. Ada dua hal yang membedakannya: pertama, melonjaknya jumlah tim dari yang semula 34 menjadi 175; kedua, digelar di tiga kota berbeda (Kudus, Pati, dan Jepara); kedua, banyaknya Madrasah Ibitidaiyah (MI) yang ikut serta dalam turnamen MilkLife Soccer Challenge edisi kali ini.
ADVERTISEMENT
Keikutsertaan tim dari MI-MI di Kudus dan sekitarnya ini diapresiasi Kepala Kantor Kemenag Kudus, Suhadi. Menurutnya, kompetisi yang dibangun oleh MilkLife dan Djarum Foundation demi melahirkan bibit-bibit pesepak bola muda ini secara langsung memberi dampak baik bagi jasmani dan rohani siswi-siswi MI.
“Saya dari Kantor Kementerian Agama Kudus sangat berterima kasih kepada yang telah melibatkan Madrasah (sebagai) bagian dari ajang kegiatan ini,” ujar Suhadi saat sesi konferensi pers MilkLife Soccer Challenge, Kudus, Selasa (29/8).
Suhadi juga turut memberikan 100 persen dukungannya untuk MilkLife Soccer Challenge batch 2. Ia percaya bahwa turnamen ini dapat menjadi bagian dari upaya pengembangan kompetensi secara akademik maupun non-akademik.
Suhadi kemudian menyinggung kompetensi 4C yang ia bilang perlu ditanamkan ke anak-anak, yaitu berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaboration). Menurutnya, itu semua ada di sepak bola.
ADVERTISEMENT
"Karena olahraga tim, ini pastinya akan membentuk kecerdasan emosional-sosial," tambahnya.
Di luar sana, banyak yang berpikiran bahwa sepak bola kerap menganggu waktu belajar anak-anak sekolah, termasuk madrasah. Namun, Suhadi tak khawatir dengan anggapan tersebut. Menurutnya, sepak bola, yang pelaksanaannya di luar waktu belajar mengajar, tidak akan mengorbankan aspek akademis siswi-siswi.
“Kurikulum di madrasah memasukkan mata pelajaran olahraga itu setara dengan mata pelajaran lain, termasuk pelajaran agama,” terang Suhadi.
“Jadi, ada semacam tagline yang menitik madrasah itu ngaji, olahraga, dan sebagainya. Ngaji itu dalam konteks integritasnya, keilmuannya. (Kalau) olahraga itu skill-nya. Kolaboratif, intinya begitu,” tutupnya.