Liga Tak Kunjung Profesional, Asosiasi Pesepak Bola Wanita Australia Was-Was

9 Oktober 2024 14:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Timnas Wanita Australia usau kalah melawan Amerika Serikat pada pertandingan perebutan medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Ibaraki Kashima, Jepang, pada 5 Agustus 2021. Foto: JEFF PACHOUD/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Timnas Wanita Australia usau kalah melawan Amerika Serikat pada pertandingan perebutan medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Ibaraki Kashima, Jepang, pada 5 Agustus 2021. Foto: JEFF PACHOUD/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Timnas Wanita Australia tampil mengesankan di Piala Dunia Wanita 2023 lalu. Mereka mengukir sejarah dengan berhasil menembus semifinal untuk pertama kalinya. Tak cukup sampai di situ, Australia juga sukses besar sebagai tuan rumah gelaran sepak bola wanita paling bergengsi sejagat tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, capaian-capaian prestisius itu tak lantas membuat insan sepak bola wanita Australia sepenuhnya bangga. Sebab, keberhasilan timnas di kancah internasional tak selaras dengan kemajuan kompetisi domestiknya.
Asosiasi Pesepak Bola Profesional Australia (PFA) mengaku gusar dengan kondisi kompetisi sepak bola wanita domestik di negara mereka. Mereka memperingatkan federasi jika Australia berisiko kehilangan banyak talenta berbakatnya untuk berkompetisi di dalam negeri.
Kekhawatiran yang diungkapkan PFA bukan tanpa alasan, sebab kompetisi wanita mereka, A-League Women, hingga saat ini belum berstatus sepenuhnya profesional.
Dalam laporan tahunan yang dirilis pada Selasa (8/10) kemarin, PFA mengatakan bahwa 12 peserta tim A-League Women telah merekomendasikan agar kompetisi tersebut harus lebih profesional. Laporan itu juga mengatakan jika perkembangan pesat kompetisi sepak bola wanita di Amerika Serikat dan Eropa membuat A-League Women terancam kehilangan pemain-pemain berbakat untuk generasi Matildas berikutnya.
ADVERTISEMENT
"A-League Women telah kehilangan bakat-bakat terbaiknya selama lima tahun terakhir dan perkembangan baru ini berisiko membuat bakat-bakat terbaiknya terkuras habis," tulis laporan PFA.
"A-League Women sedang berkembang, tapi kesempatan bermain yang lebih baik tumbuh lebih cepat," sambung laporan tersebut.
Sebagai contoh, pada Olimpiade Paris 2024 kemarin Timnas Wanita Australia didominasi oleh pemain-pemain yang berkarier di luar negeri. Terhitung hanya empat pemain saja yang berkarier di liga domestik dari 18 nama yang dibawa ke Paris.
Beberapa talenta berbakat Australia yang memilih berkarier di luar negeri antara lain Sam Kerr (Chelsea), Ellie Carpenter (Lyon), Mary Fowler (Manchester City), Hayley Raso (Tottenham Hotspur), dan Cornee Vine (North Carolina Courage).
Striker Timnas Wanita Filipina saat bermain untuk Newcastle Jets, klub sepak bola wanita Australia. Foto: newcastlejetsfc.com

Ada Liga Belum Tentu Profesional

Lantas, mengapa A-League Women belum sepenuhnya disebut sebagai kompetisi profesional?
ADVERTISEMENT
Dalam laporan PFA pada 2023 lalu, tak semua pemain yang mentas di A-League Women terbutuhi kecukupannya hanya dari bermain sepak bola saja. Sebagian pemain harus bekerja part-time di luar sepak bola untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di Australia. Menurut PFA, tiga dari lima pemain A-League Women harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Hampir setengah dari pemain yang bekerja itu bekerja lebih dari 20 jam per minggu di tempat lain, dengan puluhan atlet mengatakan komitmen kerja mereka mempengaruhi dedikasi dan kemajuan mereka dalam dunia sepak bola.
Sebaliknya, hanya 15 persen pemain A-League pria yang melakukan pekerjaan di luar sepak bola, dan 93 persen dari mereka bekerja kurang dari 10 jam per minggu.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan media Australia, ABC, gaji minimum pemain A-League Women berkisar di angka 25 ribu dolar Australia atau sekitar Rp262 juta. Pemain juga hanya dikontrak selama 35 pekan untuk satu putaran musim reguler.
Dua aspek inilah, yakni gaji dan kontrak yang belum semusim penuh, yang membuat A-League Women belum bisa dikatakan sebagai liga profesional sepenuhnya.
Dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh A-League Women, PFA pun mendesak agar kompetisi tersebut bisa profesional secepatnya. Momentum Australia menjadi tuan rumah Piala Asia 2026 harus bisa dimanfaatkan sebagai titik A-League Women jadi kompetisi profesional penuh.
"Kita dapat menciptakan liga yang benar-benar hebat di Australia," kata Elise Kellond-Knight, eks-anggota eksekutif PFA.
"Kita butuh pemimpin yang bercita-cita tinggi. Kita tidak butuh strategi jangka panjang 10 tahun untuk mencapai profesionalisme penuh waktu. Misalnya, ini tahun 2024. Kita butuh itu besok. Kita butuh itu kemarin," sambungnya.
Timnas Wanita Australia lolos ke Olimpiade 2024 Paris usai menang agregat 13-0 atas Uzbekistan. Foto: matildas.com.au

A-League Women Diklaim Perlahan Berkembang

ADVERTISEMENT
Dengan segala kondisi yang ada saat ini, Komisaris A-League Nick Garcia, berkilah jika kompetisi yang ditanganinya sebenarnya sudah menunjukkan progres positif. Rekor penonton pecah, lalu ia juga mengeklaim sukses menarik pemain-pemain dari luar negeri untuk bermain di A-League Women.
Selain itu, Nick Garcia juga bilang kalau A-League Women sukses meningkatkan batas gaji sebesar 20 persen untuk pemain. Beberapa capaian itu menurutnya sudah menjadi hal positif bagi pertumbuhan A-League Women.
"Kami terus berinvestasi untuk mengembangkan sepak bola wanita di Australia dan Selandia Baru serta meningkatkan kesempatan bagi para pemain," tutur Garcia dikutip dari Daily Mail.
"Kami berada pada jalur pertumbuhan yang hebat menjelang Piala Asia Wanita di Australia pada 2026, dan kami tidak sabar menantikan musim yang menarik ke depan," tutupnya.
ADVERTISEMENT