Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Lily Yohannes, 16 Tahun, Dipanggil ke Timnas Wanita Senior Amerika Serikat
27 Maret 2024 15:41 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pelatih Timnas Wanita Amerika Serikat , Twila Kilgore, mengumumkan nama-nama yang akan berlaga di SheBelieves Cup 2024. Di antara ke-23 pemain yang dipanggil, ada Lily Yohannes, gadis termuda sepanjang sejarah yang menginjakkan kakinya di Liga Champions Wanita (UWCL).
ADVERTISEMENT
Ini adalah kali pertama Yohannes dipanggil ke tim senior AS. Beberapa waktu lalu, ia pernah menghadiri kamp pelatihan untuk timnas U-15 dan U-16 sebelum akhirnya ditawari untuk memperkuat timnas U-17. Namun, komitmennya terhadap Ajax—klub Yohannes saat ini—menghalangi langkahnya untuk bergabung ke timnas kelompok umur tersebut.
Mengutip Forbes pada Rabu (27/3), sang pelatih, Kilgore, mengaku senang dan antusias saat gadis berusia 16 tahun itu bersedia menerima tawarannya bergabung dengan skuad USWNT untuk SheBelieves Cup 2024.
“Kami menawarkan Lily undangan ke kamp ini dan dia menerimanya. Itu adalah pernyataan yang cukup besar. Saya pikir dia siap untuk datang dan melakukan apa pun yang diminta darinya,” ucap Kilgore kepada awak media usai pemanggilan 23 pemain USWNT untuk She BelievesCup 2024.
ADVERTISEMENT
Yohannes masuk ke posisi gelandang bersama dengan beberapa nama yang lebih senior darinya: Korbin Albert (PSG, 20 tahun), Sam Coffey (Portland Thorns, 25 tahun), Lindsey Horan (Lyon, 29 tahun), Olivia Moultrie (Portland Thorns, 18 tahun), dan Emily Sonnett (NJ/NY Gotham FC, 30 tahun).
SheBelieves Cup 2024 akan digelar di dua wilayah Amerika Serikat, yakni Atlanta dan Ohio, pada 6-9 April mendatang. Ada tiga tim yang diundang di SheBelieves Cup edisi kali ini, yaitu Kanada, Brasil, dan Jepang.
Lily Yohannes, Pemain Termuda di Panggung UWCL
Meski usianya terbilang masih muda, Yohannes tak bisa dipandang sebelah mata. Kelihaiannya dalam merumput berhasil menarik perhatian Suzanne Bakker, pelatih Ajax Vrouwen, yang kala itu tengah mencari beberapa pemain untuk berlaga di Liga Champions Wanita 2023/24.
ADVERTISEMENT
Di UWCL musim ini, Yohannes tampil sebagai starter untuk enam pertandingan fase grup dan satu laga perempat final. Di partai pamungkas Grup C, gelandang kelahiran Springfield, Virginia, Amerika Serikat itu dinobatkan sebagai MVP setelah menyumbang assist atas gol yang diciptakan rekannya.
Ya, pada 31 Januari lalu, Ajax bersua dengan tim unggulan Serie A, AS Roma, guna memperebutkan tiga poin di matchday terakhir Liga Champions Wanita.
Dalam pertandingan tersebut, Yohannes tampil bersinar. Mendekati akhir paruh pertama, ia menggiring bola dengan rapi, melewati lini belakang Roma, kemudian bola dioper ke rekannya, Tiny Hoekstra, dan berhasil dieksekusi menjadi sebuah gol. Tim Yohannes menang 2-1 dan lolos ke perempat final berstatus runner-up Grup C.
ADVERTISEMENT
Menjadi MVP di turnamen elite Eropa macam UWCL adalah suatu kebanggaan buat Yohannes. “Saya sangat bersemangat. Bermain di Liga Champions adalah impian saya sejak kecil,” katanya, seperti dikutip dari The Guardian beberapa waktu lalu.
Memiliki Darah Sepak Bola
Yohannes ternyata terlahir dengan darah sepak bola yang kental. Sang kakek, Bekuretsion Gebrehiwot, merupakan mantan pemain Timnas Ethiopia yang pernah mencetak gol legendaris di Piala Afrika 1968 silam.
Lily sendiri adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ia mengikuti jejak kedua kakak laki-lakinya, Aethan dan Jayden, untuk terjun ke sepak bola.
Pada 2017, saat ia dan keluarganya pindah ke Belanda karena pekerjaan sang ayah, Yohannes dimasukkan ke sekolah sepak bola oleh orang tuanya. Namun, karena kemampuannya terlalu overpower, ia pun tidak bergabung dengan tim perempuan, melainkan laki-laki.
ADVERTISEMENT
“Saat kami pindah ke Belanda, saya bergabung dengan tim putra. Saya dianggap sebagai pemain tingkat atas bagi perempuan, jadi saya ditempatkan bersama laki-laki. Itu cukup normal di sini,” ungkap Yohannes kepada The Guardian.
Bermain sepak bola di Belanda dengan di tanah kelahirannya, Amerika Serikat, tentu saja berbeda. Yohannes mengungkapkan apa perbedaannya.
“Saat berada di AS, saya hanya bermain dengan perempuan sepanjang waktu. Itulah perbedaan utamanya. Namun, saya beradaptasi cukup cepat,” katanya.