Michelle Kang: Meski Tidak Disukai, Sepak Bola Wanita Butuh Multi-Club Ownership

26 Maret 2024 17:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Michele Kang. Foto: REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Michele Kang. Foto: REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Michele Kang, taipan asal Amerika Serikat, menyebut sepak bola wanita butuh satu hal untuk mempercepat perkembangannya. Satu hal yang ia maksud adalah model kepemilikan multi-klub.
ADVERTISEMENT
Pengusaha berdarah Korea Selatan itu menyebut kepemilikan multi-klub memiliki beberapa keuntungan bagi sepak bola wanita. Dengan model itu, sepak bola wanita akan mengalami peningkatan dari segi finansial, misalnya, pemilik bisa memperluas market ke pasar global dengan beberapa klub yang ia miliki.
Selain menguntungkan secara finansial, model kepemilikan ini juga punya kelebihan lain. Dalam satu jaringan yang sama, tiap klub bisa bertukar pemain atau bahkan saling bertransfer pemain dengan harga yang lebih rendah.
Namun, model kepemilikan seperti ini sebenarnya cukup jarang ditemui di kancah sepak bola pria. Tak sedikit dari mereka yang berpendapat bahwa kepemilikan multi-klub bisa menciptakan konflik kepentingan hingga merusak persaingan pasar.
Meski dianggap miring, Michele Kang menganggap bahwa kepemilikan multi-klub ini bisa mempercepat sisi komersial sepak bola wanita di negara berkembang.
Lyon menang 1-5 atas En Avant Guingamp di Liga Prancis Wanita 2023/24. Foto: Instagram/@olfeminin
Michele Kang sendiri menjadi pionir yang menciptakan kepemilikan multi-klub di sepak bola wanita. Saat ini, ia merupakan pemilik tiga klub di tiga negara berbeda: Lyon (Prancis), Washington Spirit (Amerika Serikat), dan London City Lionesses (Inggris).
ADVERTISEMENT
"Saya tahu bahwa dalam beberapa kasus konsep multi-klub dipandang kurang positif. Tapi, untuk olahraga wanita ini sebenarnya sebuah kebutuhan, bukan sebuah kemewahan atau pilihan, karena ada begitu banyak investasi yang dibutuhkan," ucap Michele Kang di acara Financial Times Business of Football Summit, dikutip dari Sports Pro Media.
Saat ini, sepak bola wanita masih dalam bayang-bayang sepak bola pria baik dari segi teknis di lapangan hingga data-data penelitian di luar lapangan. Menurut Kang, 94 persen dari semua data penelitian untuk sepak bola itu diperuntukan untuk pria. Sedangkan informasi untuk wanita masih sangat sedikit.
Dengan kepemilikan multi-klub sepak bola wanita yang ia miliki, Michele Kang ingin mengikis hal-hal tersebut. Dengan jaringan bisnis yang ia punya, Kang ingin sepak bola wanita berdiri sendiri tanpa harus berpatokan ke sepak bola putra.
ADVERTISEMENT
"Saya memutuskan bahwa ini (sepak bola wanita) adalah bidang pertama yang akan saya investasikan, dan saat ini saya memiliki lebih dari 20 orang yang berdedikasi di bidang tersebut. Jumlahnya akan terus bertambah," tutur Michel Kang.
Kendati telah memiliki tiga klub sepak bola wanita, Kang masih ingin terus memperluas bisnisnya agar perkembangan sepak bola wanita bisa berlangsung optimal dengan model kepemilikan yang ia usung.
Ilustrasi sepak bola wanita. Foto: Shutterstock
Model kepemilikan grup di sepak bola wanita sebenarnya bukan hanya dimiliki oleh Michele Kang saja. Kini, ada satu perusahaan baru yang didirikan untuk membuat model kepemilikan multi-klub di sepak bola wanita, mereka ialah Mercury13.
Grup yang dipimpin oleh Victoire Cogevina dan Mario Malave ini baru saja mengakuisisi tim wanita Italia, Como Women FC. Langkah mereka tak berhenti di situ, Mercury13 dikabarkan memiliki dana investasi sebesar 100 juta dolar AS atau sekitar Rp1,5 triliun untuk memperluas pasarnya dengan mengakuisisi klub di Eropa dan Amerika Latin.
ADVERTISEMENT
Mercury13 punya satu visi besar saat memutuskan untuk terjun ke sepak bola wanita. Perusahaan itu ingin sepak bola wanita bisa mandiri, mereka percaya ini adalah saat yang tepat untuk mewujudkannya.
"Banyak dari klub-klub wanita ini berada di bawah bayang-bayang tim pria selama bertahun-tahun. Saat ini, ada momen luar biasa di mana sepak bola wanita sedang berkembang, namun hal ini memerlukan keahlian tertentu dan investasi sumber daya tertentu yang tidak dapat disediakan oleh sepak bola pria saat ini," tutur Cogevina di acara Business Football Summit.
"Saat melihat sepak bola pria, pikiran tertuju pada IPO. Namun, sepak bola wanita adalah sebuah startup. Banyak orang yang mencoba memahami cara membawa sepak bola wanita ke audiens baru, khususnya perempuan dan keluarga, hal ini tentu memerlukan keahlian yang berbeda," imbuhnya kemudian.
ADVERTISEMENT