MilkLife Soccer Challenge Bandung: Memupuk Generasi Pemenang di Kota Kembang

26 Juni 2024 13:56 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain andalan SDN 085 Ciumbuleuit, Naya Aisha Kirana melepaskan tembakan ke arah gawang lawan pada pertandingan final KU 10 MilkLife Soccer Challenge Bandung. Foto: Dok. MilkLife Soccer Challenge
zoom-in-whitePerbesar
Pemain andalan SDN 085 Ciumbuleuit, Naya Aisha Kirana melepaskan tembakan ke arah gawang lawan pada pertandingan final KU 10 MilkLife Soccer Challenge Bandung. Foto: Dok. MilkLife Soccer Challenge
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di antara silir angin Kota Bandung yang sejuk, gadis berkepang dua dari Citepus menari-nari di atas lapangan hijau. Ia meliuk meloloskan diri dari kepungan lawan, lalu melepas tendangan keras yang seperti hendak merobek jala lawan. Kawan atau lawan, semuanya terpukau melihat aksinya.
ADVERTISEMENT
Nhatasya Al-syafira Septiani Putri, menemukan panggung yang selama ini ia dambakan: MilkLife Soccer Challenge - Bandung Series 1. Bermain di kompetisi U-12, posturnya yang cukup tinggi untuk anak seumurannya membuatnya terlihat dominan di tengah lapangan. Tak ayal, ia dan teman-temannya dari SDN 154 Citepus Bandung terus tampil baik dan memenangi laga meski harus terhenti di perempat final.
Meski tak bisa melaju sampai final, sembilan gol dan permainan yang ia tunjukkan hingga babak 8 besar cukup membekas di tim scouting MilkLife Soccer Challenge - Bandung Series 1. Di ujung turnamen, Nhatasya dinobatkan sebagai pemain terbaik di MilkLife Soccer Challenge - Bandung Series 1.
Ketika namanya dipanggil ke depan untuk penyerahan trofi pemain terbaik, bibir mungil Nhatasya kesulitan menahan senyum. Rambut kepang dua pemain berusia 12 tahun itu bergoyang ke kanan dan kiri, seolah tak sabar merengkuh trofi kebanggaannya.
Pemain timnas putri Indonesia, Reva Octaviani, memberikan penghargaan best player kepada dua pemain KU 10 dan 12 pada perhelatan MilkLife Soccer Challenge Bandung. Foto: Dok. MilkLife Soccer Challenge
Kebintangan Nhatasya dari Citepus itu akhirnya bisa disaksikan banyak orang berkat turnamen MilkLife Soccer Challenge - Bandung Series 1. Turnamen sepak bola putri besutan MilkLife dan Djarum Foundation itu digelar di Progresif Sport Centre, Bandung, pada 20-23 Juni 2024.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 538 siswi dari 22 Sekolah Dasar (SD) di Kota Kembang meramaikan turnamen ini. Mereka terbagi menjadi dua kelompok usia, yaitu 15 tim di U-10 dan 32 tim di U-12.
Di KU 10, SDN 085 Ciumbuleuit berhasil menyabet trofi juara MilkLife Soccer Challenge usai mengalahkan SDN 075 Jatayu di partai final dengan skor 1-2. Sementara itu, pemenang KU 12 adalah SDN 043 Cimuncang C. Mereka menang atas SDN 036 Ujungberung dengan skor 2-1.
Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, mengatakan bahwa antusiasme dan kemeriahan di MilkLife Soccer Challenge-Bandung Series 1 2024 ini luar biasa. Bahkan, setiap hari pukul 07.00 WIB, satu jam sebelum acara berlangsung, tribun penonton sudah penuh sesak oleh sorak-sorai suporter.
ADVERTISEMENT
“Wah, antusiasmenya gede banget. Lebih besar dari Surabaya. Nanti saya manas-manasin orang Surabaya, ‘Masa kalah sama Bandung?’ Nah, itu. Saya senangnya manas-manasin, biar mereka bergelora. Memotivasi, bukan menjelekkan,” kata Yoppy saat diwawancarai oleh kumparanBOLANITA di Progresif Sport Centre, Bandung, Jumat (21/6).
Sebelum di Bandung, MilkLife Soccer Challenge juga sudah digalakkan terlebih dahulu di beberapa kota di Indonesia, yaitu Kudus, Surabaya, Jakarta, dan Tangerang. Total, sudah lebih dari 7.000 pemain berpartisipasi dalam turnamen ini. Angka tersebut terus akan bertambah di masa depan.
Tahun ini saja, MilkLife Soccer Challenge digelar di delapan kota. Selain lima kota yang sudah disebut sebelumnya, MilkLife Soccer Challenge juga akan hadir di Solo, Yogyakarta, dan Semarang. Pemassalan sepak bola putri, juga harapan MilkLife dan Djarum Foundation agar anak-anak Indonesia bisa tumbuh sehat dengan asupan nutrisi bergizi, hanya tinggal menunggu waktu saja.
ADVERTISEMENT
“Di usia dini, proses tumbuh kembang menjadi faktor yang sangat penting. Oleh karenanya, penyelenggaraan MilkLife Soccer Challenge diharapkan membentuk para siswi menjadi pribadi unggul, ditopang oleh kegiatan positif seperti berolahraga dan asupan nutrisi bergizi dengan rutin meminum susu. Selamat bertanding untuk seluruh peserta,” ujarnya.
Top skor KU 12 MilkLife Soccer Challenge - Bandung Series 1 2024, Sandrina Rachelia Suprapto berusaha melewati pertahanan lawan. Foto: Dok. MilkLife Soccer Challenge

Penuh Tantangan

Meski kini berjalan meriah, mengajak anak-anak putri berusia dini untuk bermain sepak bola bukanlah urusan yang mudah. Tak sedikit orang tua yang beranggapan bahwa olahraga bola sepak bukanlah “olahraga perempuan”. Entah karena alasan takut cedera sampai takut kulit anak jadi hitam dan diejek teman-temannya.
“Challenge-nya adalah meyakinkan sekolah. Kan ada ibu dari pemain yang bilang, ‘Ah, janganlah sepak bola.’ Tapi anaknya kan ada yang antusias, ‘Nggak bisa, saya harus ikut.’ Nah, ini yang harus diyakinkan,” ucap Yoppy.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit juga orang tua yang khawatir anak perempuannya kehilangan sisi feminimnya karena bermain sepak bola. Hal tersebut diyakinkan pelan-pelan oleh tim MilkLife Soccer Challenge seperti Yoppy Rosimin dan Coach Timo Scheunemann.
“Enggak, loh. Kamu lihat Claudia yang jadi bintang viralnya sepak bola putri Indonesia. Tetap feminim, kok. Semua yang jadi bintang pun feminim. Dan mereka sekarang jadi idolanya masyarakat sepak bola Indonesia,” lanjutnya.
Rasa takut ini sempat dirasakan oleh ibunda Nhatasya, Feni, sebelum mengikutsertakan anaknya di MilkLife Soccer Challenge. Kepada kumparan, ia mengatakan bahwa dirinya sempat melarang sang anak bermain bola hanya karena Nhatasya seorang perempuan.
Namun, pelan-pelan ia bisa memahami mengapa anaknya bisa jatuh hati dengan si kulit bundar. Setiap hari, Nhatasya tak henti-hentinya berlatih: di rumah, di sekolah, di mana saja! Bahkan, ketika tak ada teman perempuan yang menemani, Nhatasya tak ragu untuk bermain sepak bola dengan laki-laki.
ADVERTISEMENT
“Aku suka bola dari kelas 3 SD. Sampai sekarang masih suka main sama cowok,” kata Nhatasnya kepada kumparanBOLANITA di sela-sela pertandingan MilkLife Soccer Challenge-Bandung series 1 2024, Sabtu (22/6).
Timo Scheunemann, pelatih kepala MilkLife Soccer Challenge, ketika diwawancarai tim kumparanBOLANITA di Progresif Sport Centre, Bandung, Sabtu (22/6). Foto: Antika Fahira/kumparanBOLANITA

Berani Minum Susu, Berani Cetak Gol, Berani Main sama Cowok

Jika MilkLife Soccer Challenge punya tagline “Berani Minum Susu, Berani Cetak Gol”, Coach Timo Scheunemann, Pelatih Kepala MilkLife Soccer Challenge, menambah satu punchline: Berani Main sama Cowok!
Hal tersebut berulang-ulang kali Coach Timo sampaikan ke peserta MilkLife Soccer Challenge di Bandung. Menurutnya, bermain dengan laki-laki bisa mengembangkan kemampuan pesepak bola putri secara lebih cepat.
Nhatasya adalah salah satu peserta MilkLife Soccer Challenge yang berani bermain bola dengan laki-laki. Sebelumnya, ada Asyifa Sholawa, peserta MilkLife Soccer Challenge Kudus yang pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak. Jiwa kompetitif dan kemampuannya terpupuk dengan intensitas berlatih sepak bola dengan laki-laki yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
“Selain latihan di sekolah, mereka harus latihan di rumah dan mereka harus mencari SSB. Bukan cuma SSB putri, ya. Jadi kalau misalnya ada SSB putri, silakan. Tapi kalau pada datang ke SSB putra, sehingga kemudian mereka membuka kelas putri kan bagus,” ucap Timo Scheunemann, Pelatih Kepala MilkLife Soccer Challenge, ketika diwawancarai tim kumparanBOLANITA di Progresif Sport Centre, Sabtu (22/6).
“Kalaupun nggak cukup untuk membuka kelas putri, ya udah main sama cowok. Berani main sama cowok. Jadi tagline kita itu berani minum susu, ya kan? Berani cetak gol. Terus saya tambahin: berani main dengan cowok,” imbuh pelatih Timnas Wanita Indonesia era 2008/09 itu.
Timo juga menegaskan, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh anak-anak perempuan di sepak bola. Mulai dari mengasah kesenangan, mengasah kemampuan, mengasah bakat, hingga mengembangkan karakter. Anak-anak tanpa sadar tengah diajarkan untuk tidak cepat putus asa dan tidak cepat puas.
ADVERTISEMENT
“Itu hal-hal yang sulit diajarkan hanya dengan berbicara, hanya dengan mendengarkan wejangan. Jadi lewat sepak bola, mereka belajar untuk menurunkan ego mereka, untuk menjaga emosi, untuk bekerja sama. Itu hal-hal super-penting dan super-positif untuk kehidupan secara keseluruhan,” pungkas Timo.