Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
23 Ramadhan 1446 HMinggu, 23 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Profil dr. Risky Dwi Rahayu: Dokter Timnas Wanita Indonesia yang Siaga 24 Jam!
22 Maret 2025 12:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Di balik apiknya performa para pemain Timnas Wanita Indonesia, ada sosok-sosok yang mungkin jarang tersorot, tapi perannya tak kalah penting. Salah satunya tim medis yang setia mendampingi Garuda Pertiwi mulai dari sesi latihan, pertandingan uji coba, sampai laga-laga internasional.
ADVERTISEMENT
Salah satu nama yang ada di barisan penting itu adalah dr. Risky Dwi Rahayu. Ia adalah dokter spesialis kedokteran olahraga yang sekarang jadi andalan di tim medis Timnas Wanita Indonesia.
Sebagai dokter timnas, dr. Risky tak hanya memastikan para pemain selalu dalam kondisi fit, tapi juga jadi garda terdepan kalau cedera datang tiba-tiba. Perempuan asal Jember ini sudah dua tahun terakhir rutin mendampingi skuad Garuda Pertiwi, baik saat pemusatan latihan (TC) maupun di turnamen resmi.
Perannya cukup krusial. Di tengah padatnya jadwal latihan dan pertandingan Timnas Wanita Indonesia, risiko cedera selalu mengintai. Di sinilah dr. Risky dan tim medis lainnya hadir sebagai benteng pertama untuk memastikan semua pemain aman dan siap tempur.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparanBOLANITA, dr. Risky mengatakan bahwa tugas pertamanya di Timnas Wanita Indonesia dimulai pada Februari 2023. Saat itu, dirinya baru saja lulus dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
“Saya dihubungi oleh orang PSSI. Pada waktu itu, mereka sedang mencari dokter tim tambahan untuk Timnas Sepak Bola Wanita. Kemudian saya apply, deh. Masukin CV. Terus diminta datang untuk wawancara dengan medical head-nya. Setelah itu langsung ditugaskan untuk TC pertama,” kata dr. Risky.
Meski awalnya baru mengenal dunia sepak bola wanita dari sisi medis, dr. Risky langsung tune in dengan ritme kerja yang padat. Apalagi, dunia olahraga memang sudah jadi bagian dari hidupnya sejak lama.
“Saya juga suka olahraga. Jadi pada waktu itu sepertinya ini adalah spesialisasi yang cocok, karena bisa menikmatinya juga. Terus, banyak dibutuhin juga. Jadi ya masuklah. Alhamdulillah lulus,” ucap dr. Risky.
ADVERTISEMENT
Keputusannya untuk fokus di dunia kedokteran olahraga sendiri juga tak datang tiba-tiba. Waktu itu, dr. Risky sempat bertemu dengan dokter spesialis yang memberi banyak insight soal kebutuhannya di bidang ini.
“Setelah dipikir-pikir, ternyata memang kebutuhannya masih banyak. Jumlahnya juga masih sedikit,” ujarnya.
Di Timnas Wanita Indonesia sendiri, tim medis yang mendampingi pemain cukup lengkap. Ada dua dokter, empat fisioterapis, empat masseur, dan satu ahli gizi. Tapi, tak semua selalu berangkat bersama.
“Penugasannya itu biasanya sesuai dengan kebutuhan dari tim pada waktu itu. Jadi sesuai request dari sekretaris tim kepada medical head. Baru nanti kita deploy lah, ditugaskan untuk TC itu,” ujar dr. Risky.
ACL Jadi Tantangan Terberat
Menurut dr. Risky, tugas tim medis tak hanya soal penyembuhan. Mereka juga bertanggung jawab menjaga kondisi pemain tetap prima sejak awal, termasuk saat masa pemulihan setelah cedera. Apalagi, cedera dalam sepak bola wanita itu tak main-main.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang sempat menjadi perhatian adalah cedera ACL yang dialami beberapa pemain, terbaru adalah Jenna Almira. Menurut dr. Risky, proses pemulihan cedera semacam ini tak sebentar. Ada prosedur medis yang harus dilalui dengan sabar, termasuk konsultasi dengan dokter bedah ortopedi (SPOT) dan program rehabilitasi yang terstruktur.
“Yang paling berat itu ACL, ya. Waktu itu ada concussion, sudah observasi, aman untuk kepalanya, tapi ternyata ada perforasi membran timpani. Jadi gendang telinganya pecah. Saya rasa, itu yang paling berat karena membutuhkan observasi panjang,” ucap dr. Risky.
Sekarang, selain sibuk di Timnas Wanita Indonesia, dr. Risky juga praktik di dua tempat: RS Muhammadiyah Taman Puring dan Klinik Utama Royal Sport Performance Centre.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, ia juga aktif mengajar di Fakultas Kedokteran UI, tepatnya di Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga. Bahkan, dr. Risky masih sempat pegang tanggung jawab di KONI DKI Jakarta dan Asiana Soccer School.
Punya tim medis yang solid seperti dr. Risky dan kolega jelas jadi modal penting buat Timnas Wanita Indonesia terus melaju. Di balik selebrasi gol atau kemenangan tim, ada peran tim medis yang jarang terlihat di depan layar, namun amat vital untuk menjaga kebugaran para pemain.
Jadi, tiap kali lihat Garuda Pertiwi bertanding dengan penuh semangat, jangan lupa ada dr. Risky yang selalu siap siaga di pinggir lapangan. Bukan untuk mencetak gol, tapi buat menjaga para pemain agar tetap fit dan siap tempur.
ADVERTISEMENT
Terima kasih, dr. Risky!