Profil SGS Essen, Satu-satunya Klub Frauen-Bundesliga Tanpa Tim Profesional Pria

19 September 2023 11:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eintracht Frankfurt kalah dari SGS Essen di pekan pertama Frauen-Bundesliga (Liga Jerman Wanita) 2023/2024 dengan skor 2-0 pada laga yang digelar di Stadion Essen, Jerman, Minggu (17/9). Foto: Eintracht Frankfurt
zoom-in-whitePerbesar
Eintracht Frankfurt kalah dari SGS Essen di pekan pertama Frauen-Bundesliga (Liga Jerman Wanita) 2023/2024 dengan skor 2-0 pada laga yang digelar di Stadion Essen, Jerman, Minggu (17/9). Foto: Eintracht Frankfurt
ADVERTISEMENT
SGS Essen secara mengejutkan kandaskan klub papan atas Jerman, Eintracht Frankfurt, dengan skor 2-0 pada pekan pertama Frauen-Bundesliga (Liga Jerman Wanita) yang digelar di Stadion Essen, Minggu (17/9). Torehan ini mengejutkan, sebab selain SGS Essen adalah tim papan tengah Bundesliga, Frankfurt juga merupakan tim dengan gelar juara Liga Jerman Wanita terbanyak (tujuh trofi).
ADVERTISEMENT
SGS adalah klub sepak bola wanita yang berbasis di Kota Essen, Rhine-Westphalia Utara, Jerman. Klub yang didirikan pada 2000 silam itu adalah hasil merger dari VfB Borbeck dan SC Grün-Weiß Schönebeck.
SGS Bermarkas di Stadion Essen dengan kapasitas 20 ribu orang. Saat ini, tim dengan jersey kandang berwarna ungu itu dilatih oleh Markus Högner, pria yang pernah menangani VfL Wolfsburg selama satu musim (2018/2019).
Lantas, seperti apa klub SGS Essen itu? Apakah mereka sama hebatnya dengan the holy trinity-nya Frauen-Bundesliga: VfL Frankfurt, Eintracht Frankfurt, dan Bayern Muenchen?

Satu-satunya Klub yang Tak Miliki Tim Pria Profesional

Eintracht Frankfurt kalah dari SGS Essen di pekan pertama Frauen-Bundesliga (Liga Jerman Wanita) 2023/2024 dengan skor 2-0 pada laga yang digelar di Stadion Essen, Jerman, Minggu (17/9). Foto: Eintracht Frankfurt
Mengutip DW, Selasa (19/9), usai Turbine Potsdam terdegradasi, SGS Essen menjadi satu-satunya tim Frauen-Bundesliga yang tidak memiliki tim pria profesional. Padahal di dua musim sebelumnya, SGS adalah satu dari empat klub yang berstatus “independen”.
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak yang melihat “ketiadaan tim pria profesional” ini sebagai kerugian, khususnya dalam hal keuangan, di Essen ini sama sekali bukan masalah.
“Keyakinan utama kami adalah tidak pernah menempatkan klub dalam bahaya,” kata direktur pelaksana klub, Florian Zeutchler, yang dikutip dari DW, Selasa (19/9).
“Kami bekerja sesuai dengan pendapatan yang kami terima. Dan kami tidak membelanjakan lebih dari yang kami dapatkan.”

Tawarkan Cabang Olahraga Selain Sepak Bola

Klub sepak bola wanita Jerman, SGS Essen. Foto: Sumber: www.sgs-essen.de/
SGS Essen lebih dari sekadar tim sepak bola. Mereka adalah klub yang menawarkan kesempatan kepada pemainnya untuk ambil bagian dalam beberapa cabang olahraga (cabor) lain.
Tak hanya itu saja, SGS Essen juga dikabarkan menjadi salah satu klub yang memiliki suasana kekeluargaan yang baik. Suasana itu juga turut dirasakan oleh Turid Knaak, mantan pesepak bola Jerman yang memutuskan gantung sepatu di timnas sejak 30 Juni 2022.
ADVERTISEMENT
“Kamu merasa sangat nyaman sebagai pemain sepak bola. Apa yang mungkin tidak dapat ditawarkan SGS dalam hal profesionalisme, mereka menebusnya dengan cara lain,” pungkas Knaak.
“Kamu merasa diperhatikan dengan baik sebagai seorang pemain, sehingga kamu masih bisa tampil di level tertinggi,” lanjutnya, dikutip dari sumber yang sama.

Beri Kesempatan Pemain Muda untuk Main di Frauen-Bundesliga

Penyerang Leverkusen asal Jerman Barbara Reger (kiri) dan gelandang Jerman SGS Essen Elisa Senss berebut bola pada pertandingan sepak bola semifinal Piala Jerman putri Bayer Leverkusen v SGS Essen di Leverkusen, Jerman bagian barat pada 10 Juni 2020. Foto: ROLF VENNENBERND/AFP
SGS Essen terkenal akan klub yang memberikan kesempatan kepada pemain mudanya untuk tampil di Frauen-Bundesliga. Beberapa pemain yang baru menginjak usia 16 atau 17 tahun juga dikabarkan pernah membela SGS Essen di divisi teratas sepak bola wanita Jerman itu: Lea Schuller, Lena Obedorf, Linda Dallman, dan Jacqueline Meissner.
“Hal yang sangat penting adalah kami percaya kepada para pemain muda kami yang berbakat dan siap untuk mengambil resiko,” tukas Zuetchler.
ADVERTISEMENT
Jacqueline Meissner, pemain yang sudah melalang buana bersama SGS Essen sejak 2011 itu kini didapuk menjadi kapten sekaligus sosok yang dijadikan sebagai panutan oleh beberapa pemain muda di sana.

Berkembang Pesat: Mulai dari Infrastruktur hingga Prestasi

Gelandang SGS Essen asal Jerman Ramona Petzelberger (kanan) merayakan gol pembuka pada pertandingan sepak bola semifinal Piala Jerman putri Bayer Leverkusen v SGS Essen di Leverkusen, Jerman bagian barat pada 10 Juni 2020. Foto: ROLF VENNENBERND/AFP
Selama dua dekade terakhir, SGS Essen terus mengalami kemajuan dari berbagai sektor. Mereka bahkan dikabarkan tengah melakukan proyek besar, yakni pembangunan sebuah clubhouse yang diperkirakan bakal rampung tahun depan.
“Sangat penting untuk memiliki situasi yang terbaik dalam segi infrastruktur, baik itu tempat latihan maupun lapangan latihan. Memang tidak (lebih bagus) dibandingkan dengan tim-tim lain, tapi ini sesuai dengan kemampuan kami.”
Tak hanya dari segi fasilitas saja, SGS Essen juga memiliki sederet prestasi yang cukup membanggakan. Bisa dibilang, 2017-2019 merupakan tahun tersukses bagi SGS di kancah sepak bola Jerman.
ADVERTISEMENT
Di Frauen-Bundesliga musim 2018/2019, SGS Essen finis di posisi keempat dengan catatan 41 poin. Tak hanya itu saja, mereka juga pernah dua kali masuk final DFB Pokal (2013/2014 dan 2019/2020).
ADVERTISEMENT