Runyam Hubungan Pelatih-Pemain di Sepak Bola Wanita Inggris

18 Maret 2024 17:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Sheffield United, Jonathan Morgan. Foto: Dok. Sheffield United
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Sheffield United, Jonathan Morgan. Foto: Dok. Sheffield United
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada masalah pelik yang belakangan ini ramai diperbincangkan pemerhati sepak bola wanita, terutama yang ada di Inggris. Perkaranya adalah hubungan personal-asmara antara pelatih dan pemain perempuannya.
ADVERTISEMENT
Awal mula perkara ini ramai adalah karena masalah Jonathan Morgan, eks pelatih Sheffield United dan Leicester City yang ketahuan berpacaran dengan pemainnya.
Kasus itu muncul ke permukaan gara-gara kematian Maddy Cusack, pemain Sheffield United, yang menurut keluarganya mengalami tekanan hebat saat bermain plus bekerja buat Sheffield. Indikasi awal, Morgan punya andil kasus meninggalnya Cusack; meski investigasi klub dan lembaga independen menolak asumsi itu.
Meski begitu, sisi lain dari Morgan jadi terkuak, yaitu fakta bahwa ia berpacaran dengan salah satu pemainnya saat ia masih melatih Leicester. Pemain yang dimaksud mulai masuk Leicester saat ia berada dalam kondisi di bawah umur, meski Morgan dilaporkan membantah tuduhan ia memacari anak di bawah umur. Ia bilang kalau keduanya sudah sama-sama dewasa saat memulai hubungan. Morgan kini telah dipecat dari Sheffield.
ADVERTISEMENT
Kini, laporan terbaru Tom Garry dari The Telegraph menyebutkan bahwa setidaknya ada 36 hubungan antara pelatih dan pemain. Ini tersebar di enam divisi kompetisi sepak bola wanita Inggris.
Angka tersebut tak cuma hubungan antara manajer/pelatih kepala dengan pemain, namun termasuk dengan hubungan antara staf pelatih dan pemain. Menurut laporan yang sama, mereka semua mengaku sama-sama dewasa, dan banyak di antaranya mengaku “konsensual” dan “saling mencintai”.
Beberapa pelatih Liga Inggris Wanita (WSL) secara terbuka menentang hubungan pelatih-pemain ini. Carla Ward, pelatih Aston Villa, mengatakan hubungan pelatih-pemain tak bisa diterima. Jonas Eidevall pun begitu, menyebut hubungan ini sangat-sangat tidak pantas.
Tapi, apa masalahnya kalau memang konsensual dan saling mencintai?
Jonas Eidevall, Pelatih Arsenal Wanita. Foto: Instagram/@jonaseidevall
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian pegiat sepak bola wanita tentang hubungan pelatih-pemain tersebut. Yang pertama tentu saja apakah hubungan tersebut akan mempengaruhi permainan tim.
ADVERTISEMENT
Tentu Anda pernah berada dalam sebuah hubungan. Pasti ada masa ketika tak semuanya berjalan sesuai keinginan, bukan? Anda tetap berpacaran, tetapi hubungannya sedang tak baik. Belum lagi drama lain soal, misalnya, orang ketiga dst dst yang tak akan dibahas di artikel olahraga ini.
Apakah hal-hal tersebut mempengaruhi permainan dan performa tim? Sayangnya, seperti dilaporkan The Telegraph, begitulah adanya. Hubungan asmara tersebut ternyata punya dampak pada moral maupun dinamika tim tempat mereka bekerja.
Beberapa yang lain menyebut hubungan tersebut “tidak profesional”, menyiratkan dampak dari adanya bias terhadap keputusan pelatih, maupun kinerja pemain. Bukankah sangat mungkin pelatih memilih pacarnya ketimbang pemain lain, hanya karena dia pacar Anda?
Pelatih Everton Women, Brian Sorensen. Foto: Instagram/@evertonwomen
Tapi ada lapisan lain yang juga krusial dalam pembahasan hubungan pelatih-pemain ini. Tak cuma soal profesionalitas, hubungan pelatih-pemain juga dianggap bermasalah karena adanya ketimpangan kuasa. Beda dengan ulasan sebelumnya yang mendedah dampak permainan sepak bola, faktor ini menyinggung lebih jauh soal sisi personal hubungan pelatih-pemain tersebut.
ADVERTISEMENT
Menjadi pesepak bola, pada akhirnya, adalah masalah karier. Masalahnya, pemain menggantungkan mayoritas penghidupannya pada pelatih. Pelatihlah yang punya kuasa atas pemain, pada persoalan kontrak, gaji, pemilihan tim, promosi, bahkan soal kesan dan pemberian rekomendasi kepada klub/pelatih lain di masa depan.
Bayangkan saja skenario berikut: hanya karena si pelatih adalah pacar Anda, Anda jadi tidak punya pilihan untuk mengikuti kemauannya di luar lapangan sepak bola. Pacar Anda pelaku kekerasan dalam hubungan? Bukankah Anda mempertimbangkan untuk terima saja, ketimbang karier sepak bola Anda mandek di tempat?
Pelatih Timnas Wanita Spanyol Jorge Vilda. Foto: FRANCK FIFE / AFP
Meski kondisinya runyam dan lumayan gawat, hubungan pelatih-pemain ini tidak benar-benar dilarang di sepak bola Inggris. Tentu sudah ada beberapa langkah untuk menghindari kejadian serupa, meski ada kesan bahwa upayanya terlokalisasi, separuh-separuh, dan tak punya standar.
ADVERTISEMENT
Aturan yang ada, kebanyakan, dibuat dan ditegakkan di level klub semata. Dalam sampel di enam divisi sepak bola wanita Inggris, ada yang melarang, namun tak jarang yang cuma sebatas “tidak menyarankan” hubungan tersebut.
Menurut laporan Tom Garry, ada inkonsistensi terhadap aturan ini dari satu klub ke klub lain. Beberapa klub, terutama di liga-liga bawah, sama sekali tak mengatur hubungan pelatih-pemain ini.
FA sendiri menilai permasalahan seperti ini merupakan tanggung jawab WSL sebagai penyelenggara liga dan klub, untuk mengatur aturan di antara staf dan pemain.
“Kode etik mestinya dibuat senada dengan kebijakan masing-masing klub dan bidang SDM mereka, yang harusnya mengatur soal batas dalam hubungan profesional. Sementara itu, kontrak pemain dan aturan liga “Kebijakan soal Perilaku yang Tak Bisa Diterima” memberikan pemain sebuah dasar apabila ingin melakukan komplain.”
ADVERTISEMENT