Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
29 Ramadhan 1446 HSabtu, 29 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Suka Duka Dokter Timnas Wanita Indonesia: Dapat Umrah Hingga Siaga 24 Jam
26 Maret 2025 15:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
dr. Risky Dwi Rahayu, M.Gizi, Sp.KO, Dokter Timnas Wanita Indonesia, berbagi cerita suka dan dukanya menjadi tim medis Garuda Pertiwi. Baginya, banyak sekali hal yang ia rasakan dalam dua tahun menjadi dokter Shafira Ika dkk.
ADVERTISEMENT
Dalam obrolannya bersama kumparanBOLANITA, dr. Risky sudah paham betul dengan risiko ketika mengambil pekerjaan menjadi dokter Timnas Wanita Indonesia. Tak seperti dokter pada umumnya yang dominan di rumah sakit atau klinik, menjadi dokter sebuah tim olahraga tentu mengharuskannya untuk banyak beraktivitas di luar ruangan.
Di sisi lain, dokter tim juga tentunya harus selalu menempel tim untuk memastikan para atletnya dalam keadaan baik-baik saja.
Namun, berkat itulah dr. Risky mendapatkan beragam pengalaman luar biasa yang mungkin tak ia dapat jika tidak mengambil pekerjaan tersebut. Dengan menjadi dokter Garuda Pertiwi, ia pun bisa merasakan pengalaman berkeliling ke luar negeri dan banyak hal menakjubkan lainnya.
Keliling Dunia Plus Umrah
Raut wajah dr. Risky langsung semringah ketika bercerita soal momen paling mengesankan dengan Garuda Pertiwi. Hal yang paling ia sukai adalah saat dirinya punya kesempatan menjelajahi beberapa negara bersama Timnas Wanita Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mulai dari Arab Saudi, Jepang, hingga Belanda pernah ia kunjungi. Tapi, dr. Risky tak cuma jalan-jalan saja di negara tersebut, ia juga kerap menyempatkan diri untuk belajar bagaimana cara kerja tim medis di negara yang dikunjunginya.
"Kan saya punya kesempatan untuk banyak mengunjungi negara luar dalam mengunjungi negara luar itu tentunya saya juga banyak belajar mengenai bagaimana medical team-nya bekerja. Kemudian bagaimana sistem kesehatannya juga," tutur dokter yang juga menjadi dosen Prodi Kedokteran Olahraga di Universitas Indonesia (UI).
“Kemudian saya juga sempat dikirim oleh PSSI untuk mengikuti konferensi internasional, jadi kesempatan untuk belajar itu banyak.”
Setelah mengunjungi beberapa negara, mana yang paling mengesankan bagi dr. Risky? Jawabnya adalah Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga itu punya alasan tersendiri mengapa ia tak memilih negara yang punya banyak spot indah seperti Jepang dan Belanda. Sebab, ketika berkunjung ke Arab Saudi seluruh pemain dan staf yang beragama Islam mendapatkan bonus ibadah umrah.
"Tapi kalau boleh saya pilih satu paling mengesankan itu justru TC saya pertama. TC saya pertama saya itu ke Arab Saudi. Waktu itu friendly match dengan KSA, dan seperti biasa kalau ke Arab Saudi kita dikasih hadiahnya umrah," tutur dr. Risky.
"Jadi itu sih yang paling mengesankan, pertama kali pergi TC terus langsung ke Arab Saudi dan langsung dapet umrah. Jadi alhamdulillah banget. Itu sih yang paling mengesankan," lanjutnya.
Tantangannya Harus Siaga 24 Jam
Selain bercerita soal momen-momen mengesankan, dr. Risky juga berbagi cerita soal beragam tantangan yang pernah ia alami. Sebagai dokter tim, dirinya paham betul jika tim medis selalu dibutuhkan ketika kondisi emergency. Oleh karena itu ia dan tim harus siaga 24 jam untuk menangani Garuda Pertiwi.
ADVERTISEMENT
"Tantangan terberatnya itu kita kan mengikut ya, melekat dengan tim. Artinya kita harus siap 24 jam. 24 jam ini bisa mengganggu tidur kita juga, karena kalau misalkan ada kondisi emergency, ya mau gak mau kita harus handle," kata dr. Risky.
Karena harus siaga 24 jam, dr. Risky pun bilang bahwa ia kerap bertemu dengan kasus seperti pemain yang tiba-tiba mengalami keluhan di tengah malam. Entah itu demam, cedera, atau apa pun itu.
dr. Risky bilang, biasanya keluhan-keluhan di tengah malam itu terjadi ketika Garuda Pertiwi sedang menjalani agenda turnamen. Intensitas yang meninggi buat pemain bisa saja drop sewaktu-waktu.
"Jadi biasanya itu yang suasananya mencekam itu pas waktu turnamen. Kalau TC biasa mungkin gak terlalu gitu. Tapi kalau turnamen itu biasanya pas pertandingan itu kita mesti siaga. Karena kadang-kadang ada atlet yang muncul gejalanya pas waktu udah istirahat," tutur dokter kelahiran Jember, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
"Terus atau mungkin juga tiba-tiba sakit, pagi-pagi badannya demam, atau apa gitu. Itu saya pernah alami. Jadi digedor jam 1 malam, pergi ke rumah sakit jam 3 pagi, itu saya pernah semua," lanjutnya.