Tak Berhenti di Usia SMA, Pembinaan Sepak Bola Wanita Berlanjut di Kampus

2 November 2025 15:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Tak Berhenti di Usia SMA, Pembinaan Sepak Bola Wanita Berlanjut di Kampus
Presiden Direktur Djarum Foundation, Victor Hartono, mengatakan pihaknya sedang siapkan kompetisi sepak bola wanita di level universitas. #bolanita #bola #bolasports #text
kumparanBOLANITA
Presiden Direktur Djarum Foundation Victor Hartono (kanan) menghadiri laga Hydroplus Liga sepak bola wanita U-15 & 18 di kawasan Citereup, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/11/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Direktur Djarum Foundation Victor Hartono (kanan) menghadiri laga Hydroplus Liga sepak bola wanita U-15 & 18 di kawasan Citereup, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/11/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengembangan sepak bola wanita usia dini oleh MilkLife, HYDROPLUS, dan Djarum Foundation belum akan berhenti dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Setelah sukses dengan MilkLife Soccer Challenge (MLSC) di U-8, U-10, dan U-12, juga HYDROPLUS Piala Pertiwi U-14 dan U-16, serta HYDROPLUS Soccer League (HPSL) U-16 dan U-18, ternyata Djarum Foundation menyiapkan langkah selanjutnya untuk menjaga perkembangan atlet sepak bola wanita tetap berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal tersebut dijamin oleh Presiden Direktur Djarum Foundation, Victor Hartono. Saat ditemui dalam kunjungannya ke gelaran HPSL Jakarta, Sabtu (1/11), Victor mengatakan bahwa pihaknya tengah menggodok kompetisi di tingkat universitas.
"Akan ada Campus League, liga di tingkat S-1. Jadi nantinya yang U-18 setelah dari sini, kita harapkan akan jadi mahasiswi dan mewakili sekolah-sekolahnya dari seluruh Indonesia," ujar Victor kepada kumparanBOLANITA.
Kompetisi Campus League tersebut untuk sampai 2026 akan berfokus di Pulau Jawa. Selain di Jakarta, kompetisi antar-kampus dan multi-cabor itu juga akan digelar di Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
ADVERTISEMENT
Menurut Victor, dengan menjadi atlet-mahasiswa, para pemain akan memiliki jaminan karier masa depan yang lebih menjanjikan.
"Jadi ada alternatif. Kalau nggak jadi pemain hebat, pemain pro, dibayar tinggi; ya syukur-syukur lulus S-1. Syukur-syukur dapat beasiswa juga dari sekolahnya," kata Victor.
"Jadi ya ini insentif juga buat orang tua, agar anaknya bisa menjadi pesepak bola putri," tutup pria 53 tahun itu.