Terinspirasi Jepang, Pemuda Tasikmalaya Gelar Turnamen Sepak Bola Putri

17 Oktober 2023 11:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Turnamen sepak bola putri T-Village Women's Football 2023. Foto: T-Village
zoom-in-whitePerbesar
Turnamen sepak bola putri T-Village Women's Football 2023. Foto: T-Village
ADVERTISEMENT
Akhir pekan lalu, sebuah organisasi bernama T-Village menggelar turnamen sepak bola putri di Tasikmalaya, Jawa Barat. T-Village menggelar turnamen sepak bola wanita untuk tiga kelompok usia, yakni U-10, U-12, dan U-15.
ADVERTISEMENT
Turnamen bernama T-Village Womens Football 2023 berlangsung selama tiga hari, mulai Minggu (8/10), Sabtu (14/10), dan Minggu (15/10). Tak kurang dari 700 siswi dari 67 tim se-Kota dan Kabupaten Tasikmalaya ambil bagian dalam gelaran tersebut.
Turnamen itu pun digelar di dua tempat, pertama yakni Stadion Brigif untuk babak penyisihan. Sementara, partai semifinal dan final digelar di Stadion Wiradadaha.
kumparanBOLANITA berbincang dengan Ketua Penyelenggara T-Village Womens Football 2023, Azhar Sirodjudin, untuk mengetahui bagaimana awal mula organisasi itu dibentuk dan apa rencana ke depan dari organisasi tersebut. Berikut petikan wawancaranya:
Turnamen sepak bola putri T-Village Women's Football 2023. Foto: T-Village

Bisa diceritakan bagaimana awal mulai dibentuknya T-Village?

Awalnya adalah inisiasi dari Direktur T-Village, Pak Sarif Saefuloh. Dia adalah teman lama yang banyak menjadi mentor untuk saya sendiri dan teman-teman. Nah, pertama, ini adalah perkumpulan teman-teman di Tasikmalaya yang memang memiliki kepedulian terhadap olahraga, salah satunya sepak bola. Dalam perkumpulan tersebut ada pemain sepak bola di salah satu klub lokal Tasikmalaya. Kemudian juga mahasiswa, aktivis, pegiat olahraga dan lain sebagainya. Nah, kami memiliki satu gagasan utama, yakni menciptakan iklim sepak bola dan kesetaraan. Sehingga kami mengadakan kegiatan sepak bola untuk perempuan.
ADVERTISEMENT

Apa alasan utama dibuat T-Village?

Untuk alasan utama, kembali ke tadi bahwa kita berkumpul, kemudian sering membahas tentang kegiatan olahraga seperti sepak bola. Kita tertarik untuk mengembangkan kegiatan sepak bola tersebut, apalagi untuk perempuan. Karena memang menurut kami untuk perempuan belum memiliki ruang yang sangat besar di sepak bola, khususnya di Indonesia. Sejauh ini kita tahu ada beberapa klub yang menaungi sepak bola perempuan, tapi liganya tidak jalan baik di lokal atau nasional. Hanya liga untuk atlet laki-laki saja. Kemarin ditambah lebih tragis lagi Persis Women bubar. Itu yang mendasari kami mendirikan T-Village dan kita khususkan untuk kegiatan women's football.

Terinspirasi dari apa T-Village ini?

Dibentuknya T-Village ini diilhami dan termotivasi oleh adanya Japan Village. Japan Village itu adalah konsep pusat olahraga atau pengembangan olahraga di Jepang, di Fukushima yang dibangun tahun 1997. Mereka menggunakan sports science dalam kegiatan olahraga mereka. Seperti training center di Japan Village tersebut. Makanya kita mengambil T-Village itu, karena kata T-Village itu memang pedesaan. Meskipun kita melaksanakan kegiatan ini di kawasan urban, di kota.
Turnamen sepak bola putri T-Village Women's Football 2023. Foto: T-Village

Akhir pekan lalu, T-Village mengadakan turnamen sepak bola putri. Berapa jumlah peserta dan sekolah yang turut serta?

ADVERTISEMENT
Untuk sekolah atau tim yang turut serta kita bagi dalam tiga kategori usia. Usia 10, 12, dan 15 tahun.
Untuk usia 10 itu terdaftar 21 tim. Dan satu tim itu maksimal 12 orang untuk usia 10. Kalau usia 12 tahun itu kita terdaftar 34 tim, dengan maksimal pemain dalam juknis kami itu ada 14 atlet dalam satu tim. Kemudian untuk usia 15 tahun itu terdaftar 12 tim. Yang mana usia 15 tahun ini untuk kapasitasnya di juknis kami itu maksimal 18 orang.
Kemudian dalam kalkulasi kami dari total keseluruhan tersebut ada lebih daripada 700 pemain sepak bola perempuan atau 700 atlet sepak bola lokal di kota Tasikmalaya.

Rencana kapan digelar lagi dan apakah akan menjadi turnamen rutin?

Hal ini menjadi pembicaraan bagi kami di T-Village. Karena gerakan kami adalah gerakan grassroots. Kemudian kita tidak membuka sponsorship, lalu pendaftaran yang digratiskan. Bukan merupakan kegiatan komersil dan mendatangkan income.
ADVERTISEMENT
Namun kita tahu bagaimana organisasi bergerak. Kami sedang memikirkan strategi untuk pengembangan dari atlet-atlet yang kemarin memiliki potensi dan itu harus tersalurkan. Dari pelajar, guru-guru, dari pelatih-pelatih SSB lokal di Tasikmalaya memang menginginkan supaya kegiatan ini diselenggarakan secara tahunan. Alhamdulillah hasilnya positif. Mereka ingin kegiatan ini berjalan tahunan. Apakah nanti akan dimasukkan ke program tahunan sekolah atau lain sebagainya.
Tapi kami berkomitmen, ingin untuk kegiatan ini kembali diadakan tahun depan. Untuk sekalian mungkin ada yang berubah. Sekarang kan kota Tasikmalaya, lebih jauh mungkin nanti Priangan Timur. Mungkin nanti mudah-mudahan. Cita-cita kami nanti sekalian Jawa Barat lah.

Turnamen ini tidak ada sponsor dan peserta tidak dikenakan biaya pendaftaran. Di lain sisi, tentunya sebuah kegiatan memerlukan pendanaan. Sejauh ini, pendanaan T-Village Womens Football dari mana?

Untuk pendanaan untuk turnamen yang kemarin, kami melakukan pendanaan kolektif. Memang ada beberapa mitra yang melirik dari direktur kami. Seperti kalau dulu Persib itu dibangun ada inohong-inohong (tokoh-tokoh pendiri).
ADVERTISEMENT
Kami belum membuka sponsorship karena memang kami masih baru. Pada awalnya memang kurang optimis ketika T-Village itu bergerak di sepak bola perempuan. Karena memang mana adalah untuk lokal pendidikan perempuan. Awalnya seperti itu.

Jika berbicara sepak bola di Indonesia, yang masih ramai kan sepak bola putra. Mengapa T-Village tertarik untuk melirik sepak bola putri? Sedangkan, kita tahu sepak bola wanita Indonesia itu seperti mati suri.

Memang benar, sepak bola wanita di Indonesia seperti mati suri. Dulu ada galanita, sekarang nggak ada. Nggak ada liga sama sekali.
Kita memiliki tiga misi. Pertama, kita menghadirkan kesetaraan bahwa sepak bola wanita memiliki kesempatan yang sama untuk dapat berkembang dan berprestasi. Kemudian misi kedua mengubah image sepak bola wanita menjadi luar biasa. Karena kami yakin kemampuan sepak bola wanita berdampak pada kemajuan industri sepak bola. Kita lihat sepak bola itu dikatakan industri bukan sebagai bisnis. Karena di sana akan melahirkan aspek ekonomi aspek sosial, aspek politik dan lain sebagainya dari industri tersebut.
ADVERTISEMENT
Kemudian misi ketiga, menciptakan iklim pembinaan dan turnamen usia dini sepak bola wanita profesional, kompetitif dan berkelanjutan. Secara ideologis ada yang ingin disampaikan ada pesan-pesan (tersebut). Kalau bahasa football mungkin underdog-nya. Pertama, kami ingin memberikan pesan-pesan bahwa sepak bola wanita itu tidak semengerikan itu.

Apa harapan untuk sepak bola wanita Indonesia?

Untuk harapan sepak bola Indonesia pertama, atlet-atlet banyak dan pengin liga itu kemudian berjalan, dulu kayak galanita. Apa pun dan siapa pun itu yang menanginya kami akan mengapresiasi sebesar mungkin. Baik itu liga satu, liga dua ataupun liga tiga. Itu untuk harapan kami.
Yang kedua, dengan adanya T-Village harapan saya perempuan-perempuan baik itu lokal daerah kota Tasikmalaya ataupun Jawa Barat hingga nasaional mampu melakukan kegiatan terobosan-terobosan seperti sepak bola pengadaan atau penyaluran sepak bola perempuan seperti adanya turnamen.
ADVERTISEMENT
Kami memantik hal tersebut untuk kemudian nanti subur di daerah mana pun. Sehingga ketika memang sudah terjadi dan banyak atlet mudah-mudahan akan menopang pada keberlanjutannya seperti liga ataupun lain sebagainya. Itu harapan untuk sepak bola wanita di Indonesia.