Timnas Wanita Indonesia Gencar Panggil Diaspora, Sampai Kapan?

12 Juli 2024 12:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sydney Hopper dalam latihan Timnas Wanita Indonesia pada Rabu (10/7) jelang laga vs Hong Kong.  Foto: Dok. Timnas Indonesia.
zoom-in-whitePerbesar
Sydney Hopper dalam latihan Timnas Wanita Indonesia pada Rabu (10/7) jelang laga vs Hong Kong. Foto: Dok. Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam tiga pekan terakhir, Timnas Wanita Indonesia kedatangan sederet pemain diaspora. Di gelombang pertama, akhir Juni lalu Noa Leatomu dan Estella Loupatty datang dari Belanda.
ADVERTISEMENT
Lalu, sepekan berselang muncul gelombang kedua tatkala trio diaspora dari Amerika Serikat datang menyusul. Ketiganya ialah Sydney Sari Hopper, Katalina Stalin, dan Kayla Ristianto.
Lima nama di atas adalah yang memenuhi undangan PSSI untuk trial bersama tim Garuda Pertiwi. PSSI sebenarnya memanggil setidaknya tujuh pemain dalam kurun waktu sebulan ini. Dua lainnya yakni Djenna de Jong dan Talia Grossman tak bisa hadir karena sakit dan cedera.
Hadirnya gelombang diaspora ini serupa dengan fenomena di Timnas Pria Indonesia pada medio 2022-2023. Kala itu, nama-nama seperti Elkan Baggot, Justin Hubner hingga Ivar Jenner dipanggil untuk mengenakan jersey dengan lambang Garuda di dada.
Namun, pertanyaannya adalah, sampai kapan Timnas Wanita Indonesia akan terus memanggil para diaspora? Apakah PSSI sudah menetapkan batas soal hal ini?
Vivin Cahyani Sungkono saat diwawancarai kumparanBOLANITA di Stadion Madya, Jakarta, Selasa (6/7). Foto: Andi Fajar/kumparan
Vivin Cahyani, Exco PSSI yang memimpin Komite Sepak Bola Wanita, menyatakan bahwa belum ada batasan soal pemanggilan diaspora ini. Sebab, menurutnya, tak semua pemain yang dipanggilnya mau hadir ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, PSSI juga ingin menyempitkan kategori pemain yang dipanggilnya. Hanya pemain-pemain yang memiliki kualitas yang bakal diundang ke Garuda Pertiwi.
"Sampai hari ini karena prosesnya juga nggak gampang, cari anak-anak diaspora yang, satu diasporanya juga di mana-mana gitu kita nyarinya juga susah. Kemudian yang bisa main sepak bola lebih lebih narrow (sempit) lagi. Kemudian sepak bolanya harus bagus untuk level timnas. Itu lebih sempit lagi," tutur Vivin kepada kumparanBOLANITA di Stadion Madya, Jakarta, Selasa (2/7).
"Jadi sampai hari ini walaupun kita bilang kita membuka keran sebanyak-banyaknya, tapi nggak segitu banyak juga yang datang," lanjut Vivin.
Dalam pemanggilan diaspora ini, Vivin bilang, bahwa peran PSSI hanya melakukan filtering dan mengundang pemain-pemainnya saja untuk dilihat kemampuannya. Urusan dipilih atau tidak untuk membela Garuda Pertiwi itu keputusan dari Coach Mochi.
ADVERTISEMENT
"Paling enggak mereka trial dulu, masalah kemampuan juga kalau saya dikirimin video-CV kelihatannya bagus, saya nggak bisa nilai bagus. Yang bisa nilai kan coach," kata wanita asal Surabaya itu.
Noa Leatomu dan Estella Loupatty jalani TC di Timnas Wanita Indonesia, Selasa (25/6/2024). Foto: PSSI

PSSI Tanggung Biaya Akomodasi

Dalam proses pemanggilan diaspora, setelah pemain setuju untuk memenuhi panggilannya maka PSSI akan menyiapkan akomodasi. Serupa dengan pemain-pemain Indonesia lainnya, diaspora ini juga akan diberi tiket pulang pergi dari tempat asalnya.
Soal diaspora ini, tak sedikit pemain yang punya kualitas tapi masih di bawah umur. PSSI pun memperkenankan sang pemain didampingi orang tuanya selama melakoni trial di Indonesia.
"Jadi kita memang berikan fasilitas mereka, kita biayain tiketnya. Bahkan kalau perlu diantar orang tuanya untuk anak yang masih di bawah umur, kita berikan fasilitas juga orang tuanya untuk datang lihat, untuk mereka merasa nyaman dulu. Bahwa baik dan terhormat dan bagus mereka bisa bermain untuk tim nasional di Indonesia," pungkas Vivin.
ADVERTISEMENT