7 Budaya Kuliner Dunia yang Diakui UNESCO, Salah Satunya Warisan Suku Aztec

21 Januari 2021 18:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kuliner khas negara-negara di dunia. Foto: Macao Government Tourism Office
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kuliner khas negara-negara di dunia. Foto: Macao Government Tourism Office
ADVERTISEMENT
Kuliner bukan melulu soal kenikmatan dari sajian yang hendak kita makan. Lebih luas dari itu, kuliner juga merupakan sebuah budaya hasil kebiasaan dari cara makan hingga kisah unik yang menyelimutinya. Wajar, kalau budaya yang menjadi nilai keunikan dari sebuah makanan tersebut mampu menambah daya tarik kita terhadap suatu hidangan --khususnya kuliner tradisional.
ADVERTISEMENT
Bahkan, organisasi budaya seperti UNESCO pun tertarik untuk menjadikan kuliner sebagai warisan tak benda. Mengutip Wander Lush, budaya yang tidak memiliki bentuk fisik sama pentingnya untuk membentuk budaya yang hidup, dan salah satunya adalah kuliner.
Proses yang dalam menyiapkan, menyajikan, dan berbagi makanan dan minuman mungkin tampak sederhana. Padahal, proses dan hasil tersebut seringkali membawa makna yang jauh lebih besar. Beberapa pengetahuan bahkan sudah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Penasaran? Berikut ada 7 budaya kuliner dunia yang keberadaannya telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda.

1. Kimchi, Korea

com-Kimchi Kuliner Korea Foto: Shutterstock
Seperti yang kita tahu, kimchi adalah nama dari sajian sayuran yang difermentasikan khas Korea. Lebih dari itu, kimchi juga merupakan sebutan untuk makanan laut yang difermentasi. Di Korea, kimchi merupakan tradisi dan resep wajib yang harus diturunkan dari ibu ke anaknya selama berabad-abad lamanya.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, pertanian modern masih memproduksi kimchi seperti yang dilakukan orang Korea ratusan tahun lalu. Kubis dipanen, difermentasi dan diasinkan, serta diberi tambahan pasta cabai dan makanan laut. Setelahnya, hidangan tersebut disimpan selama setahun penuh.
Karena keunikan sayuran dengan rasa asam menyengat ini, serta tradisi berabad-abad lamanya, kimchi berhasil terdaftar dalam situs UNESCO sebagai bagian dari Warisan Budaya Tak Benda Korea.

2. Terere, Paraguay

Terere adalah minuman khas Amerika Selatan, Paraguay —terbuat dari campuran Poha Nana (tanaman herbal untuk pengobatan) yang dihancurkan dengan air dingin. Setiap ramuan herbal memiliki khasiat yang unik. Bukan cuma itu, ada cara khusus dalam membuat ramuan yang menjadi bagian dari tradisi setiap keluarga di Paraguay.
ADVERTISEMENT
UNESCO menetapkan Terere sebagai budaya tak benda pada tahun 2020 —dengan mengapresiasi pengetahuan tentang obat herbal yang dibagikan dari generasi ke generasi melalui proses pembuatan minuman ini. Kamu bisa menikmati Terere menggunakan sedotan khusus yang disebut bombilla, mengikuti tradisi Paraguay yang sudah ada sejak abad ke-16.

3. Diet Mediterania, wilayah Mediterania

Aneka tapas di Nidcielo Foto: Azalia Amadea/Kumparan
Diet Mediterania di Spanyol (dan enam negara lain) sudah terdaftar dalam Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Meskipun pola makan ini menjadi tren di banyak negara, UNESCO mengapresiasi diet Mediterania sebagai bagian dari perayaan ritual penting dari budaya Spanyol.
Beberapa restoran yang kental dengan diet Mediterania di Spanyol menggunakan sedikit bahan untuk membuat hidangan yang nikmat —sambil menghilangkan jumlah limbah makanan. Salah satunya dengan cara menikmati makanan dalam porsi kecil, dan memandang diet sebagai ritual sosial. Contohnya, budaya tapas di Spanyol, kamu akan menemukan sekelompok teman yang pergi dan berbagi makanan dalam porsi kecil.
ADVERTISEMENT

4. Airag, Mongolia

Airag adalah produk susu fermentasi yang khas Asia Tengah. Di Mongolia, airag dibuat dengan mengaduk susu kuda segar dalam khokhuur (wadah khusus yang dibuat dari kulit sapi). Selain mengandung sumber nutrisi penting, airag mempunyai nilai sejarah dan tradisi yang tinggi.
Pembuatan airag berlangsung secara lambat, dan membutuhkan banyak energi. Untuk membuatnya, susu harus diaduk hingga lebih dari 500 kali, sebelum ragi ditambahkan untuk memulai proses fermentasi. Walau begitu, produk ini telah menjadi hidangan sehari-hari banyak keluarga di sana. Airag juga digunakan dalam ritual keagamaan dan upacara budaya yang semakin menambah nilai kebudayaannya.

5. Masakan Tradisional Meksiko

Ilustrasi taco Foto: Dok.Shutterstock
Tidak heran kalau masakan Meksiko telah mendapatkan status Warisan Budaya Tak Benda dari UNESCO. Makanan adalah salah satu bahan utama dalam kebudayaan Meksiko yang selalu ada di setiap pertemuan sosial —salah satu alasan mengapa makanan di sana dinilai begitu enak!
ADVERTISEMENT
Sebagian besar makanan Meksiko yang kita makan hari ini adalah kombinasi dari tradisi kuno suku Aztec, Maya, dan Spanyol. Masakan Meksiko kontemporer merupakan hasil campuran bahan-bahan modern dari pengaruh Eropa, Amerika Utara, dan bahkan Asia. Kekayaan budaya ini tidak dapat kamu temukan di tempat lain di dunia —membuatnya sulit untuk meniru makanan Meksiko asli di luar negara tersebut.

6. Il-Ftira, Malta

Il-Ftira adalah roti pipih khas negara pulau Malta —dan telah tertanam erat di sejarah Malta. Membuatnya istimewa, lantaran kuliner tradisional ini dibentuk dengan tangan telanjang sehingga prosesnya tidak dapat ditiru oleh mesin. Resep ftira juga menggunakan bumbu yang unik dan berbeda dari roti pada umumnya; seperti zaitun atau caper.
ADVERTISEMENT
Di sekolah-sekolah di Malta, Ftira Days diadakan untuk mengajari siswa tentang makan sehat. Selain itu, anak muda yang ingin menjadi pembuat kue ftira ketika sudah besar, juga harus melalui proses belajar yang panjang dan rumit.

7. Budaya Jajanan Hawker, Singapura

Ilustrasi Singapura. Foto: Shutterstock
Pada akhir tahun 2020, UNESCO baru saja mengakui pentingnya budaya pusat jajanan kaki lima atau hawker food di Singapura —dan menambahkannya ke dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda.
Pusat jajanan ini terdiri dari restoran kecil dengan koki yang giat menyiapkan menu makanan bercita rasa Melayu, India, dan China. Banyak juru masak yang menyempurnakan keahlian memasaknya dengan berfokus pada satu atau dua hidangan. Bukan hal yang baru, budaya jajanan ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1960-an, dan tempatnya berubah-ubah seiring waktu.
ADVERTISEMENT
UNESCO mengakui pusat jajanan ini sangat penting untuk kehidupan sosial di Singapura —sebagai 'ruang makan komunitas' yang melengkapi lanskap kuliner Singapura selama beberapa generasi.
Reporter: Natashia Loi