Ahli Gizi Ini Beri Saran Aman Konsumsi Micin pada Makanan

2 September 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
"Acara talkshow dan cooking class mengusung tema ' Luruskan Hoax tentang Micin' yang diselenggarakan Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat (P2MI), di Jakarta". Foto: Azalia Amadea/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
"Acara talkshow dan cooking class mengusung tema ' Luruskan Hoax tentang Micin' yang diselenggarakan Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat (P2MI), di Jakarta". Foto: Azalia Amadea/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa Monosodium Glutamat (MSG) atau micin, dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan, seperti memicu terjadinya kelebihan berat badan (obesitas), kanker, hingga disebut sebagai penyebab kebodohan.
ADVERTISEMENT
Padahal, Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) menyatakan bahwa MSG sebagai bahan tambahan pangan (BTP) kategori penguat rasa telah diizinkan penggunaannya di Indonesia dan diatur melalui PERMENKES No. 033 Tahun 2012.
Tak hanya itu, lembaga skala internasional yang mengkaji risiko penggunaan BTP seperti JECFA (Joint Expert Committee on Food Additive), juga menyatakan bahwa penggunaan MSG termasuk dalam kategori ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat diterima) sebagai not specified; yang berarti penggunaannya tidak dibatasi atau boleh dikonsumsi secukupnya.

Lantas, bagaimana sebaiknya kita mengonsumsi MSG atau micin pada masakan?

"Acara talkshow dan cooking class mengusung tema ' Luruskan Hoax tentang Micin' yang diselenggarakan Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat (P2MI), di Jakarta". Foto: Azalia Amadea/kumparan
Menurut dr. Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K, MSG dengan penggunaan micin secukupnya sangat aman dikonsumsi. Bahkan lanjutnya, penggunaan MSG dalam makanan memiliki beberapa manfaat, seperti membantu meningkatkan nafsu makan sehingga asupan gizi seimbang bisa lebih terpenuhi, dan sebagai strategi diet rendah garam.
ADVERTISEMENT
“Kandungan MSG itu terdiri atas 78 persen glutamat, 12 persen natrium, dan 10 persen air, kadar natrium (garam) yang terdapat dalam MSG itu hanya 1/3 dari kadar natrium garam dapur biasa, sehingga pada masakan, yang diberi sedikit MSG, kita dapat mengurangi asupan natrium (garam), namun cita rasa makanan hasil masakan kita tetap terjaga kelezatannya,” ungkap dr. Yohan seperti dikutip dari siaran resmi yang kumparanFOOD terima, Senin (2/9).
Dengan mengonsumsi bumbu masakan tambahan seperti micin, menurut dr. Yohan juga bisa mencegah kita dari berbagai risiko kelebihan asupan garam.
“Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu bisa mengontrol asupan garam harian,” tambahnya.
"Acara talkshow dan cooking class mengusung tema ' Luruskan Hoax tentang Micin' yang diselenggarakan Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat (P2MI), di Jakarta". Foto: Azalia Amadea/kumparan
Dia juga menyarankan, kita sebagai konsumen harus pintar dalam memilih makanan atau kudapan kemasan dengan hidden salt. Maka itu, pastikan kamu selalu cek label saat membeli makanan apa pun.
ADVERTISEMENT
Edukasi mengenai penggunaan aman micin ini diadakan oleh Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat (P2MI), yang terdiri atas PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, dan PT Daesang Ingredients Indonesia di Jakarta.
Acara talkshow ini juga dimeriahkan dengan cooking class interaktif, yang mengajak peserta untuk praktik memasak dua menu harian yakni capcay seafood dan ayam crispy saus Padang.
“Kami berharap, melalui acara MSG (Mbahas Seputar Gizi) hari ini, masyarakat dapat terinformasi mengenai fakta yang sebenarnya terkait MSG melalui pemberitaan dari rekan-rekan yang hadir. Selain itu, masyarakat dapat terpicu untuk bisa menerapkan gaya hidup sehat dengan mengontrol asupan gula, garam, lemak (GGL), sebagaimana yang dianjurkan juga oleh Kemenkes RI,” pungkas Satria Pinandita, Ketua Asosiasi Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat (P2MI) di akhir acara.
ADVERTISEMENT