Apakah MSG Benar-benar Buruk untuk Kesehatan? Begini Hasil Studi Terbaru

2 Desember 2021 13:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
MSG Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
MSG Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Banyak orang menghindari monosodium glutamat (MSG) sebagai bumbu tambahan dalam masakan karena alasan kesehatan. Tak jarang juga orang yang masih setia menggunakannya karena dinilai membuat makanan lebih terasa kaya dan gurih. Kendati begitu, apakah MSG memang benar-benar menjadi masalah yang selama ini selalu kita percaya?
ADVERTISEMENT
Perlu kamu ketahui, MSG adalah senyawa yang terbuat dari dua zat alami; natrium dan asam glutamat alias glutamat. Diketahui, asam glutamat ialah asam amino, atau bahan penyusun protein yang ditemukan dalam tubuh kita. Hal ini juga hadir secara alami dalam makanan tertentu.
Mengutip Today, ahli diet terdaftar di New York, Toby Amidor mengatakan bahwa kita mendapatkan sekitar setengah gram glutamat sehari dalam bentuk MSG yang ditambahkan ke makanan. “Tubuh mencerna bumbu MSG dan glutamat dari makanan dengan cara yang sama dan tidak dapat membedakan antara keduanya,” ujarnya.
MSG dibuat dengan memfermentasi tebu, tapioka atau jagung; sama seperti yoghurt yang dibuat dengan memfermentasi susu atau cuka dari anggur. Pada dasarnya, MSG memang tidak memiliki banyak rasa. Tetapi begitu dimasukkan ke dalam makanan tertentu, itu bisa meningkatkan cita rasa.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itulah, MSG banyak ditemui pada berbagai makanan olahan. Seperti hot dog, mi instan, kerupuk, keripik, saus salad, kecap, dan sup kaleng. Hingga pada berbagai masakan seperti tumisan, pasta, dan sebagainya.

Mengapa MSG dianggap buruk?

MSG Foto: Shutter Stock
MSG bukanlah hal baru, bahan ini telah digunakan untuk membumbui makanan selama lebih dari 100 tahun. Bahkan hingga enam dekade, MSG menjadi hal yang biasa dan tidak pernah dipermasalahkan. Sampai pada tahun 1968, seorang dokter telah melaporkan dalam sebuah surat kepada New England Journal of Medicine, bahwa ia telah mengalami gangguan pada jantungnya dan mati rasa di leher, punggung, serta lengannya setelah mengonsumsi makanan China.
“Meskipun penulis mengatakan bahwa gejala-gejala ini mungkin berasal dari beberapa hal dalam makanannya, termasuk natrium, alkohol dari anggur masak atau MSG, masyarakat mengambil MSG dan menjuluki kondisi 'Sindrom Restoran China,'” ujar Amidor.
ADVERTISEMENT
Dalam 50 tahun terakhir, berbagai laporan telah menghubungkannya dengan berbagai penyakit. Mulai dari mual, sakit kepala, wajah memerah, mati rasa, kesemutan, rasa terbakar, nyeri dada, hingga gangguan pada jantung.
Meski begitu, Food and Drug Administration (FDA) mengatakan bahwa MSG itu aman bila dikonsumsi. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Kesehatan Kanada, dan Federasi Masyarakat Amerika untuk Biologi Eksperimental juga menyetujui akan hal itu.
Ilustrasi garam Foto: Shutter Stock
Terlebih lagi, studi terbaru dalam jurnal Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety, menyimpulkan bahwa ada tidak ada bukti yang mendukung terkait banyak masalah kesehatan yang disebabkan oleh MSG. Serta menunjukkan bahwa banyak penelitian telah menggunakan dosis MSG yang jauh melebihi apa yang biasanya dikonsumsi orang.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, bukan berarti semua orang bisa mengonsumsi makanan yang mengandung MSG begitu saja. Penelitian itu lebih lanjut menunjukkan bahwa bagi sejumlah kecil orang yang sangat sensitif MSG, mengonsumsinya dinilai dapat memicu gejala yang telah disebutkan. Meskipun hal ini terdengar menakutkan, namun para ahli medis tidak menganggap MSG berbahaya.
Di sisi lain, mungkin sisi baik dari MSG. Bahan yang mampu meningkatkan cita rasa ini, sebenarnya dapat membantu produsen makanan untuk mengurangi jumlah natrium yang biasanya mereka tambahkan ke makanan. Kendati, tetap penggunaannya harus sesuai takaran.
MSG memiliki dua pertiga lebih sedikit natrium dibandingkan garam meja, jadi ini adalah bumbu yang bagus untuk digunakan jika kamu mencoba mengurangi natrium, terutama karena dapat meningkatkan kedalaman rasa hidangan dengan menambahkan rasa umami,” pungkas Amidor.
ADVERTISEMENT
Reporter: Destihara Suci Milenia