Asal-usul Perasa Vanila dan Apa Hubungannya dengan Anus Berang-berang?

13 November 2020 16:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berang-berang Foto: Pixabay/Alexas
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berang-berang Foto: Pixabay/Alexas
ADVERTISEMENT
Isu mengenai asal-usul rasa vanila dan cara pembuatannya dari kelenjar anus berang-berang sebenarnya sudah terdengar sejak lama. Namun, hal ini kembali menjadi perbincangan setelah munculnya video TikTok yang viral, merekam reaksi orang-orang saat mencari informasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengutip Metro UK, video TikTok yang diunggah oleh Sloowmoee, meminta orang-orang untuk merekam diri sendiri sebelum dan sesudah mencari melalui Google dengan kalimat kunci “dari mana rasa vanila berasal.”
Hasilnya, Sloowmoee membuatnya begitu terkejut —sampai dia bersumpah untuk tidak minum vanila latte lagi sepanjang hidupnya. Reaksi yang ekstrem ini muncul setelah mengetahui kalau perasa vanila berkaitan dengan kelenjar anus berang-berang.

Terjadi akibat tingginya harga biji dan tanaman vanili

Ilusutrasi berang-berang Foto: Shutter Stock
Perasa vanila biasanya menjadi alternatif yang digunakan beberapa perusahaan, akibat tingginya harga biji dan tanaman vanili.
Karena itu, perusahaan tersebut menggunakan campuran castoreum, yang berasal dari organ castor sac berang-berang —tepat di antara pangkal ekor dan panggul mamalia itu. Penggunaan ekstrak castoreum tersebut merupakan perasa alami yang aman untuk dikonsumsi, menurut Food and Drug Administration Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Pada satu titik, permintaan akan castoreum menjadi sangat tinggi sehingga hampir memusnahkan populasi berang-berang di dunia. Berang-berang sering kali harus dibunuh untuk mengekstrak zat kuning yang kental; yang digunakan untuk perasa vanili. Tetapi, tenang saja, tidak semua produk vanila sekarang menggunakan castoreum dari berang-berang lagi karena isu kepunahan itu.
Biji vanili Foto: Shutter Stock
“Untungnya, ahli kimia Jerman menemukan bahwa vanillin (salah satu bahan kimia yang bertanggung jawab atas rasa vanila) dapat diekstrak dari tumbuhan konifer,” ungkap Robert Chilcott dari University of Hertfordshire.
Saat ini, penggunaan vanillin sintetis digunakan sekitar 94 persen dari semua penyedap vanili yang digunakan dalam industri makanan (sekitar 37.286 ton) —dengan ekstrak vanili alami menyumbang sebagian besar dari 6 persen sisanya. Kontribusi berang-berang terhadap industri makanan sekarang juga hanya digunakan dalam sebagian kecil dari perasa vanila alami, dan cenderung terbatas pada makanan dan minuman mewah saja.
ADVERTISEMENT
Reporter: Natashia Loi