Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2003, sepeninggal M. Zein pemiliknya, usaha ini dilanjutkan oleh Hidayatullah. Ia adalah anak dari M. Zein. Di bawah kepemilikannya, ada banyak juga perubahan yang ia lakukan.
"Dulu jaman bapak dipukul dan dicincang. Tekstur tentu lebih kasar. Sekarang kami menggiling dagingnya. Bedanya, dulu ada juga yang bakso telur. Tapi, bikin bakso telur itu susah dan sekarang lebih banyak yang suka halus atau urat," jelas Hidayatullah sambil menyiapkan semangkuk bakso untuk kumparan.
Benar saja, kami mendapati dua bakso besar --urat dan halus-- yang sungguh menggoda. Ditambah seledri dan sambal hijau hidangan ini jadi makin enak.
Saat dibelah, baksonya sangat lembut dengan warna merah muda di tengahnya. Sementara itu, yang bakso urat lebih bertekstur meski lebih lembut dari kebanyakan bakso urat lainnya.
Bakso Kumis juga tidak menyediakan mi kuning, bihun, atau sayuran lainnya. Bagi saya, dua bakso sudah cukup mengenyangkan dan menghangatkan perut saat malam hari.
Mungkin, itu juga yang jadi alasan sebagian orang makan Bakso Kumis, padahal itu sudah sekitar jam 21.00. Bahkan dari banyak tempat makan di Pujasera Blok S, Bakso Kumis seakan masih mencuri perhatian karena pengunjungnya yang datang dan pergi untuk semangkuk bakso hangat di sana.
ADVERTISEMENT