Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Benarkah Soda Diet Bisa Memicu Penyakit Jantung?
20 Februari 2019 16:30 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
Diet Coke atau soda diet kerap dijadikan sebagai pilihan alternatif bagi mereka yang tetap ingin mengkonsumsi soda, namun juga berniat memangkas asupan kalori sehari-hari di saat yang sama. Jumlah kadar gula dan kalori yang terdapat pada soda diet memang diklaim lebih rendah ketimbang soda reguler, ini membuatnya banyak dicari oleh orang-orang yang sedang diet.
ADVERTISEMENT
Bahkan, mendiang ahli mode Karl Lagerfeld yang baru saja tutup usia juga dikabarkan menggandrungi minuman tersebut, baik saat masih menjalani diet maupun untuk minuman sehari-harinya.
Dalam wawancaranya di Harpers Bazaar, Karl mengaku mengkonsumsi Diet Coke sejak membuka mata hingga tidur kembali. Ia bahkan tak suka minum jenis minuman lain seperti kopi, teh, atau air putih.
Namun, berkebalikan dengan fungsi dari soda diet sebagai minuman untuk memangkas asupan kalori, beberapa waktu lalu justru beredar banyak kabar yang menyebutkan bahwa minuman soda ini dapat memicu berbagai penyakit, mulai dari jantung, stroke, hingga kanker.
Dilansir CNN, mengkonsumsi minuman yang mengandung pemanis buatan (termasuk di dalamnya soda diet) sebanyak dua kali atau lebih dalam sehari dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya stroke karena penyumbatan darah, serangan jantung, dan kematian dini bagi perempuan berusia di atas 50 tahun.
ADVERTISEMENT
Konsumsi soda diet yang berlebihan pun dikaitkan sebagai salah satu penyebab meninggalnya desainer Karl Lagerfeld, mengingat ia adalah penggemar berat produk Diet Coke tersebut.
Benarkah demikian?
Untuk menemukan penjelasan di balik konsumsi soda diet yang dianggap berbahaya bagi kesehatan, tim kumparanFOOD pun mengkonfirmasi hal tersebut pada Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku Guru besar di bidang Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB.
Menurut Profesor Ali, soda diet mungkin tidak memberikan pengaruh terhadap timbulnya penyakit jantung; mengingat penyakit tersebut lebih sering dihubungkan dengan obesitas, faktor keturunan, konsumsi lemak atau kolesterol, serta stres.
Soda diet sendiri memiliki kadar kalori yang lebih rendah dan dikonsumsi oleh mereka yang justru ingin mengurangi berat badan, sehingga jenis minuman ini belum bisa dikatakan sebagai penyebab timbulnya penyakit jantung.
ADVERTISEMENT
"Perbedaan utama dalam minuman diet dan non-diet itu adalah jumlah kalorinya. Minuman yang diklaim sebagai minuman diet sudah memiliki kalori yang lebih rendah, dan ketika dikonsumsi tak akan memberikan asupan kalori yang terlalu banyak," terang Profesor Ali saat dihubungi oleh kumparanFOOD.
"Karenanya kalau ada yang mengaitkan penyakit jantung dengan minuman diet, saya rasa belum cukup sahih," imbuhnya.
Meski belum ada pernyataan resmi terkait batas maksimal asupan soda dan dampak tertentu yang terkait dengan minum air soda berlebihan, jumlah konsumsi minuman diet berbasis soda tetap harus dibatasi. Setidaknya, tak melebihi dua liter per harinya.
Tapi, secara umum, apakah soda diet bisa menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan kematian dini? Apalagi, banyak rumor yang menyebutkan bahwa minuman ini dapat menjadi pemicu penyakit kanker.
ADVERTISEMENT
Faktanya, penyakit kanker sendiri sangat kompleks dan dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari radikal bebas, kurangnya asupan serat, hingga radiasi. Belum ada suatu kasus timbulnya penyakit kanker karena konsumsi soda diet.
Deteksi penyebab kanker pun membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama, sehingga tak bisa asal dikaitkan dengan jenis makanan ataupun minuman tertentu.
Pada intinya, orang yang melakukan diet bertujuan untuk memangkas asupan kalorinya sehari-hari, dan soda diet menjadi salah satu pilihan alternatif yang sudah terbiasa mengkonsumsi minuman manis.
"Orang-orang di negara maju mendapat asupan kalori juga dari kue-kue dan minuman manis, yang pada akhirnya diasumsikan bahwa minuman manis tersebut bisa diganti dengan minuman diet yang kadar gulanya sudah dikurangi," jelas Profesor Ali.
ADVERTISEMENT
"Apalagi orang Barat kan sudah terbiasa mengkonsumsi minuman bersoda, oleh karena itu mereka menjatuhkan pilihannya ke minuman bersoda yang level-nya diet," pungkasnya.