Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Benarkah Tempe Lebih Baik daripada Daging? Ini Penjelasan Ahli
31 Oktober 2022 18:05 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kapan terakhir kali kamu makan tempe ? Sebagian dari kamu mungkin akan menjawab dua hari lalu, kemarin, atau bahkan hari ini. Ya, makanan yang umumnya berasal dari fermentasi kedelai ini memang begitu mudah dijumpai dan banyak dikonsumsi orang Indonesia. Namun, pernahkah kamu mendengar bahwa tempe lebih baik daripada daging?
ADVERTISEMENT
Tentu, selain karena harganya yang lebih murah, sebagian dari kamu mungkin akan menganggap bahwa daging jauh lebih baik daripada tempe. Namun, jangan salah, tempe ternyata memang bisa menjadi makanan yang lebih baik daripada daging, lho.
Menurut riset yang dilakukan oleh Dr. Amadeus Driando Ahnan-Winarno, selaku Co-Founder Indonesia Tempe Movement, mengatakan bahwa tempe berkontribusi terhadap 10 persen kebutuhan protein orang Indonesia. Adapun, sebagai perbandingan, kontribusi protein tersebut lebih tinggi 3,15 persen dari daging, 1,25 persen dari telur, dan 8,1 persen dari tahu bagi orang Indonesia.
Tempe vs daging dalam aspek kesehatan
Driando menambahkan bahwa protein memberikan banyak manfaat bagi tubuh; seperti membuat otot, organ, dan tulang yang lebih kuat. Sementara itu, kebanyakan orang Indonesia berhasil mendapatkan beragam manfaat tersebut hanya dari makanan tempe; seperti yang sudah disebutkan dengan kontribusi 10 persen asupan protein .
ADVERTISEMENT
“Nah, ada apa dengan tempe? Itu kan, secara singkat dengan daging sapi; tempe itu enggak kalah protein, energi, (dan) zat besinya mirip. (Sedangkan) serat jauh lebih tinggi, kalsium jauh lebih tinggi; (sementara) lemak jenuh dan garam jauh lebih rendah (dibanding daging),” ujar Driando saat mengisi acara NutriClass virtual, pada Kamis, (27/10).
Lebih lanjut, menurut data yang dipaparkan oleh Driando, menunjukkan bahwa orang Indonesia mengonsumsi sebanyak tujuh kilogram tempe per orang per tahun secara kapita. Oleh karena itu, tempe menjadi alasan mengapa tingkat konsumsi daging merah di Indonesia, masih berada dalam batas ideal, menurut standar Planetary Health Diet.
Adapun, Planetary Health Diet adalah sebuah standar yang dibuat oleh lembaga EAT Lancet, bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO); dengan berfokus pada pola makan sehat dan ramah lingkungan. Lebih lanjut, data tersebut mencakup semua negara yang tergabung dalam G20; seperti Inggris, Italia, Amerika, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
“Mereka (EAT dan FAO) menetapkan batasan seperti ini, karena daging merah sangat boros sumber daya lingkungan dan meningkatkan beberapa risiko kesehatan. Nah, ini dibatasi supaya orang-orang enggak cepat sakit dan buminya enggak cepat habis sumber dayanya,” ujar Driando.
Tempe vs daging dalam aspek lingkungan
Di sisi lain, tempe juga memberikan dampak yang jauh lebih ramah bagi lingkungan, dibandingkan dengan produk hewani; seperti daging. Menurut Driando, dibandingkan dengan daging, tempe empat kali lebih hemat energi untuk diproduksi dan 20 kali lebih hemat dalam hal gas emisi.
“Ya, kebayanglah enggak harus nungguin kedelai, dikasih makan ke hewan, hewannya ditunggu dewasa, disembelih. Ini kayak yaudah nungguin kedelai, dipanen, fermentasi dua hari, udah beres. Harganya juga kita tahu, jauh lebih murah delapan kali (dibandingkan daging),” ujar Driando.
ADVERTISEMENT
Nah, oleh karena itu, tempe menjadi salah satu makanan terbaik yang bisa dicoba, khususnya bagi kamu yang mengadopsi pola makan plant-based food. Dengan berbagai keuntungan tersebut; seperti harga murah, ramah lingkungan, dan kandungan protein yang tidak kalah dengan daging, sudahkah kamu makan tempe hari ini?
Reporter: Riad Nur Hikmah