Bisnis Minuman Keras di Jepang Mulai Beralih ke Non-Alkohol, Begini Alasannya

15 Oktober 2022 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sake, minuman alkohol tradisional Jepang Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sake, minuman alkohol tradisional Jepang Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Jepang adalah negara yang begitu menghargai nilai budaya dan tradisinya. Salah satu hal yang tidak bisa lepas dari budaya Negeri Sakura adalah sake atau minuman alkohol tradisional. Namun, bagaimana bila kebiasaan mengonsumsi minuman keras, berganti ke non-alkohol? Kira-kira apa yang menyebabkan peralihan tersebut, ya?
ADVERTISEMENT
Mengutip Indian Express, alasan peralihan tersebut terlihat sederhana, tetapi begitu penting; yaitu masalah kesehatan. Pandemi COVID-19 telah membuat semua orang lebih sadar akan kesehatan; dan salah satu dampaknya adalah popularitas minuman rendah atau non-alkohol telah meningkat di seluruh dunia, khususnya di Jepang.
Menurut survei pemerintah Jepang, menunjukkan bahwa hanya 7,8 persen generasi muda berusia 20-an yang menjadi peminum alkohol pada tahun 2019. Sedangkan pada tahun 1999 dengan kelompok usia yang sama, menunjukkan data sebanyak 20,3 persen. Menurut data tersebut menunjukkan adanya penurunan yang drastis mengenai popularitas minuman alkohol bagi generasi muda di Jepang.
Seorang pria berusia 20 tahun (tengah) memasukkan kepalanya ke dalam tong sake di luar Todoroki Arena selama upacara perayaan untuk menandai "Hari Kedewasaan". Foto: Behrouz Mehri / AFP
Bahkan, pada bulan Juli lalu, kantor pajak di Jepang membuat sebuah kompetisi agar angka peminum di negara tersebut meningkat kembali. Namun, sepertinya hal tersebut tidak berjalan dengan begitu baik. Hal ini dibuktikan dengan berbagai perusahaan minuman keras di Jepang mulai beralih ke minuman non-alkohol.
ADVERTISEMENT
Menurut Masako Koura, selaku Manajer Umum Suntory Holdings Group, sebuah perusahaan minuman beralkohol; mengatakan bahwa terdapat alasan lain popularitas minuman alkohol mulai menurun di Negeri Matahari Terbit itu.
“Konsumen tidak hanya menikmati minuman beralkohol. Kami pikir mereka lebih menghargai komunikasi yang dihasilkan saat minum atau ingin menikmati suasana tempat mereka minum,” ujar Koura.
Selain itu, perusahaan minuman beralkohol lainnya, yaitu Kirin Holdings Co, mengatakan bahwa penjualan bir tanpa alkohol meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tiga bulan, dibandingkan dengan tahun lalu.
Ilustrasi bir 0% alkohol. Foto: BigNazik/Shutterstock
Serupa dengan perusahaan minuman beralkohol Kirin Holldings Co; Sapporo Holdings Ltd, juga mengatakan penjualan domestik bir rendah alkohol dan non-alkohol naik 20 persen dalam setengah tahun, sedangkan penjualan bir kalengan turun 4 persen.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Sumadori Bar di Shibuya, menawarkan cocktail manis yang dapat dibuat tanpa alkohol atau hanya sampai tiga persen saja. Menurut Mizuho Kajiura, Kepala Eksekutif Usaha di bawah naungan Asahi Holdings, mengatakan bahwa Sumadori bar menawarkan lingkungan bagi setiap orang untuk dapat menikmati minuman bersama, baik itu untuk peminum maupun tidak.
Kajiura menambahkan, bahwa pengalaman yang ia dapatkan ketika bekerja di Indonesia selama dua tahun telah memberinya pandangan yang berbeda. Bekerja di negara yang sebagian besar penduduknya, adalah Muslim membuat Kajiura ingin menciptakan tempat atau bar yang juga bisa disinggahi oleh non-peminum.
“Tujuan dari bar ini adalah untuk menghargai pelanggan yang tidak bisa minum, sehingga mereka dapat dengan senang hati datang ke sini bersama orang-orang yang minum. Jika restoran dan bar lain dapat memahami tujuan kami, maka saya pikir mereka akan mendapatkan lebih banyak pelanggan,” pungkas Kajiura.
ADVERTISEMENT
Penulis: Riad Nur Hikmah